Tuesday, November 30, 2010

Komunitas Berbagi ASI di jaringan sosial Facebook

Beberapa waktu ini jaringan sosial Facebook menjadi menarik bagi banyak ibu di seluruh dunia karena keberadaan sebuah komunitas berbagi ASI (Milk Sharing) Eats On Feets Global. http://www.eatsonfeets.org/

Indonesia pun menjadi salah satu Negara yang mendukung kegiatan tersebut, dengan keberadaan halaman Facebook Eats On Feets – Indonesia. http://www.facebook.com/pages/Eats-On-Feets-Indonesia/166525713366512

Sebagai sebuah komunitas berbagi ASI (Milk Sharing), Eats On Feets Global telah bergabung 28 negara dengan 107 halaman di Facebook. Komunitas ini bertujuan untuk menggalakkan kembali sebuah perilaku sosial berbagi ASI atau memiliki ibu persusuan sebagaimana yang dilakukan pada tahun-tahun yang lampau. Cara ini lebih disukai karena memberikan kewenangan penuh bagi ibu untuk menentukan sendiri apa yang bisa dilakukan oleh dirinya, dalam hal ini adalah Air Susu Ibu tersebut.

Sedikit uraian mengapa nama Eats On Feets dipilih menjadi sebuah jargon, adalah “Eats on Feets” hanyalah permainan kata-kata untuk masyarakat di Amerika Serikat. Ada sebuah program sosial disana yang sudah cukup lama dilakukan, yaitu “Meals On Wheels” yang mengantarkan makanan kepada para lansia dengan menggunakan mobil. Sebagai seorang wanita yang produktif memproduksi Air Susu Ibu (ASI) bagi buah hati, secara umum berdiri dan bergerak menggunakan kedua kaki. Atas dasar pemikiran ASI sebagai makanan (Eats) dan bergerak dengan (On) kaki (Feets). maka - ‘Eats on Feets”.

Keterlibatan Indonesia dalam komunitas ini berawal dari informasi yang diperoleh oleh dr Henny Zainal, BC dari Emma Kwasnica, seorang Laktivis Kanada, mengenai seorang warga Negara Canada yang mencari ASI bagi buah hatinya. Melalui jaringan Facebook, yaitu grup Tanya ASI (Bersama PAdI) http://www.facebook.com/group.php?gid=193924016025 informasi ini disebarkan dan hingga saat ini dimana bayi berusia 3 bulan-dapat terpenuhi kebutuhan ASI melalui sistem BAGI ASI (Milk Sharing) dan tidak setetespun susu formula memasuki tubuh bayi “B”.

Mengenai sistem BAGI ASI, baik di dunia internasional maupun nasional masih menjadi sebuah isu yang serius. Untuk dunia internasional, sistem BAGI ASI (milk sharing) dianggap memiliki resiko tinggi terhadap penularan penyakit seperti HIV/AIDS, dan sebagainya. Bahkan Departemen Kesehatan Kanada juga dr Jack newman sebagai pakar ASI yang paling berpengaruh di dunia pun menolak untuk memberikan dukungan.

Press Release yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Kanada, bisa dibaca disini http://www.hc-sc.gc.ca/ahc-asc/media/advisories-avis/_2010/2010_202-eng.php

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan media Kanada, dr Jack Newman yang merupakan Pakar ASI Internasional mengatakan bahwa resiko transmisi atau penularan kecil, namun beliau tetap beranggapan bahwa Bank ASI lebih aman.

Still, Newman doesn’t support woman-to-woman sharing, even though he says the risk of disease transmission is small. “I’m worried about it. I think this should not be done on an informal basis,” says the founder of the Newman Breastfeeding Clinic and Institute in Toronto. “This is why it’s so important to have a system of breast-milk banks.”

http://www.thestar.com/living/article/898077–breast-milk-banks-latch-on-to-social-media

Bahkan Federal Drug Association melihat kegiatan berbagi ASI (milk sharing) sebagai sebuah tindakan berbahaya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Reuters.com.

“FDA recommends against feeding your baby breast milk acquired directly from individuals or through the Internet,” the agency wrote.

Sedangkan di Indonesia, isu terbesar terkait dengan BAGI ASI adalah bukan sekedar masalah penularan penyakit, namun lebih kepada isu mengenai hukum persusuan dalam Islam. Indonesia sebagai Negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, maka isu ini menjadi sangat penting.

Sejauh ini terdapat dua pendapat yang berbeda terkait hukum BAGI ASI. Menurut ulama Quraish Shihab, bahwa BAGI ASI dimana bayi mendapatkan ASI tidak dengan penyusuan langsung maka bukan sebagai persusuan. Sejalan dengan ulama Yusuf Qardhawi di dalam bukunya “Fatwa-fatwa Kontemporer”, http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Kontemporer/BankSusu1.html yang mengatakan persusuan jika bayi menyusu langsung di payudara ibu susuannya dan terjalin ikatan secara emosi. Sedangkan ASI yang dikonsumsi melalui perah dan diberikan dengan menggunakan cara lain dianggap bukan persusuan.

Pendapat lain, dari Huzaemah Tahida Yanggo, seorang dosen dan ulama perempuan di Indonesia dalam bukunya yang berjudul “Fiqih Anak” mengungkapkan bahwa ASI yang memasuki tubuh seorang anak manusia tetap dianggap persusuan dengan cara apapun, baik menyusu langsung maupun ASI Perah.

Dan jika melihat komposisi dari ASI, salah satunya terkandung gen RNA atau lebih dikenal sebagai gen pembawa sifat seseorang. Dengan demikian, bukankah pendapat yang terakhir bahwa melalui cara apapun ASI memasuki tubuh seorang anak adalah persusuan menjadi lebih tepat?

Lalu, bagaimana dengan Bank ASI? Bagi kalangan dunia internasional, bank ASI dianggap lebih aman dibandingkan BAGI ASI dimana ASI yang diperoleh dari banyak ibu sebelum diserahkan kepada yang membutuhkan harus melalui sebuah proses pasteurisasi. Jika melihat secara gamblang proses bank ASI yang dilakukan di luar negeri, sepertinya sulit untuk dilakukan di Indonesia. Mengingat bahwa ASI yang diproses merupakan kumpulan ASI dari banyak ibu kemudian diproses pasteurisasi bersama-sama, baru dibagikan. Melihat proses ini menimbulkan kekhawatiran akan kepemilikan ASI tersebut menjadi tidak jelas. Hal inilah yang dilakukan di sebuah bank ASI milik RS swasta di Indonesia.

Jika merujuk kepada firman Allah subhana wa ta’ala,

“ …dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS. Ath-Thalaq : 6)

Maka, BAGI ASI merupakan solusi aman kala ibu menemui kendala dalam memberikan ASI pada buah hatinya. Bahkan Rasulullah shalallaahu alayhi wa sallam pun memiliki ibu susuan, sebagaimana dikisahkan dalam shirah nabawiyyah.

Dan melihat dari pernyataan WHO di pada halaman 10 dokumen yang berjudul ‘Global Strategy for Infant and Young Child Feeding’ (http://whqlibdoc.who.int/publications/2003/9241562218.pdf), di bawah judul “Exercising other feeding options”, disana tercatat bahwa:

18. The vast majority of mothers can and should breastfeed, just as the vast majority of infants can and should be breastfed. Only under exceptional circumstances can a mother’s milk be considered unsuitable for her infant. For those few health situations where infants cannot, or should not, be breastfed, the choice of the best alternative – expressed breast milk from an infant’s own mother, breast milk from a healthy wet-nurse or a human-milk bank, or a breast-milk substitute fed with a cup, which is a safer method than a feeding bottle and teat – depends on individual circumstances.

19. For infants who do not receive breast milk, feeding with a suitable breast-milk substitute – for example an infant formula prepared in accordance with applicable Codex Alimentarius standards, or a home-prepared formula with micronutrient supplements – should be demonstrated only by health workers, or other community workers if necessary, and only to the mothers and other family members who need to use it; and the information given should include adequate instructions for appropriate preparation and the health hazards of inappropriate preparation and use. Infants who are not breastfed, for whatever reason, should receive special attention from the health and social welfare system since they constitute a risk group.

(Silakan terjemahkan melalui link ini http://translate.google.co.id/#)

Makanan lain pengganti ASI dalam hal ini berupa susu pengganti (susu formula) menjadi pilihan terakhir kala ASI tidak ditemukan. Pilihan utama adalah ASI Perah ibu kandung, menyusui pada ibu susuan atau pemberian ASI Perah dari ibu lain melalui berbagi ASI atau Donor ASI dari Bank ASI, dan terakhir adalah susu pengganti ASI. Dan pemberian susu pengganti ASI selayaknya didemonstrasikan oleh tenaga kesehatan, atau relawan kepada ibu dan anggota keluarga yang bersangkutan.

Ditambah adanya fakta resiko ilmiah http://www.facebook.com/note.php?note_id=103444963058640, http://www.infactcanada.ca/RisksofFormulaFeeding.pdf terhadap susu formula, mendorong sebagian orang tua memilih untuk menemukan BAGI ASI demi buah hati daripada memberikan susu formula.

Eats On Feets ingin membangkitkan kembali peranan dan kepedulian masyarakat sosial dalam menyelamatkan bayi dari pemberian susu formula. Membangkitkan sebuah perilaku sosial dengan BAGI ASI (Milk Sharing) yang telah lama ditinggalkan.

BAGI ASI lebih mendorong terjalinnya komunikasi antar ibu menyusui dan memperkuat tali silaturahim antar dua kelaurga. Kekhawatiran mengenai transmisi/penularan penyakit, Eats On Feets – Indonesia sangat menganjurkan untuk setiap ibu yang menerima BAGI ASI untuk melakukan pasteurisasi di rumah. Segala informasi lebih lanjut terkait pasteurisasi dan hal lainnya, dapat dibaca pada FAQ Eats On Feets GLOBAL. http://www.eatsonfeets.org/#faq

Di bawah ini adalah beberapa link yang terkait dengan proses pasteurisasi dari ASI Perah yang diperoleh jika kita kurang yakin dengan kesehatan ibu bersangkutan.

Mengenai masalah persusuan, maka khusus untuk Eats On Feets Indonesia didukung penuh oleh organisasi non profit Peduli ASI di Indonesia dengan sistem Bank Data BAGI ASI. Sistem ini mencatat dan setiap satu kali dalam setahun dilakukan pembaharuan data, dengan tujuan menekan kekahwatiran para orang tua akan terjadinya pernikahan antar saudara persusuan.

Sunday, November 28, 2010

BREASTFEEDING IS BEST OR NORMAL? Part 4

Henny Zainal November 28 at 4:13pm Reply • Report
Beberapa kali dalam diskusi terkait ASI dan Susu Formula, lebih mendorong pada perdebatan tiada akhir. Banyak ibu yang menjadi sakit hati bahkan memberikan label pada mereka yang menyusui atau pelaku kampanye ASI sebagai “Radikal”, “Keras”, “Tidak Punya Hati”, atau bahkan baru-baru ini menempelkan label “NAZI”.

Melihat hal demikian, in my opinion..
Bukanlah masalah GAGAL MENYUSUI atau TIDAK, dan juga bukanlah masalah BAGUS atau TIDAK terkait dengan kualitas ASI.
Namun yang seharusnya menjadi isu terbesar adalah apakah pemberian susu sapi kepada bayi manusia adalah NORMAL atau TIDAK? Apakah mengganti ASI dengan susu formula adalah cara yang terbaik ataukah ada cara lain?

Menurut James Akre penulis buku “The Problem with Breastfeeding: A personal reflection” dalam wawancaranya di sebuah website, mengungkapkan bahwa :

"by adopting this perspective we avoid implying that artificial feeding is the norm and that breastfeeding is somehow better than the norm. On the contrary, anything else is a deviation from the norm. Breastfeeding should be normal, routine, commonplace, and, as I have just said, even ho-hum ordinary."

http://www.thebreastway.com/index.php/breastfeeding-bits-and-boobs/interview-with-james-akre

Dan berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh Pat Thomas, ditemukan bahwa kegagalan ibu menyusui lebih disebabkan karena kegagalan dari pihak tenaga kesehatan dan pemerintah dalam mengedukasi dan memberikan dukungan kepada proses pemberian ASI.

“Women do not fail to breastfeed. Health professionals, health agencies and governments fail to educate and support women who want to breastfeed.”

Silakan dibaca lebih lanjut pada link ini (http://www.theecologist.org/trial_investigations/268337/breastmilk_vs_formula_food.html)

Uraian artikel tersebut sesuai dengan temuan saya kala melakukan konseling bagi ibu menyusui. Banyak ibu yang telah mempersiapkan diri dengan baik, namun kala proses menyusui itu tiba – nasehat dan dukungan yang diberikan lebih mendorong ibu untuk gagal menyusui.

Pada akhirnya pemberian ASI lebih tepat dikatakan Normal atau Alamiah, daripada “Lebih baik” (Breastmilk isn’t Best but Breastfeeding is Normal).

etiap anak manusia yang lahir ke dunia, Allah subhana wa ta’ala telah mempersiapkan makanan bagi mereka. Sesuai dengan firmanNya dalam QS. Al Baqarah : 233,

“ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya, dan juga seorang ayah karena anaknya.”

Dalam surat lain disebutkan,

“ Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hinga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)-mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik, dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS. Ath-Thalaq : 6)

Dan pada halaman 10 dokumen WHO berjudul 'Global Strategy for Infant and Young Child Feeding' (http://whqlibdoc.who.int/publications/2003/9241562218.pdf), di bawah judul "Exercising other feeding options", disana tercatat bahwa:

18. The vast majority of mothers can and should breastfeed, just as the vast majority of infants can and should be breastfed. Only under exceptional circumstances can a mother’s milk be considered unsuitable for her infant. For those few health situations where infants cannot, or should not, be breastfed, the choice of the best alternative – expressed breast milk from an infant’s own mother, breast milk from a healthy wet-nurse or a human-milk bank, or a breast-milk substitute fed with a cup, which is a safer method than a feeding bottle and teat – depends on individual circumstances.

19. For infants who do not receive breast milk, feeding with a suitable breast-milk substitute – for example an infant formula prepared in accordance with applicable Codex Alimentarius standards, or a home-prepared formula with micronutrient supplements – should be demonstrated only by health workers, or other community workers if necessary, and only to the mothers and other family members who need to use it; and the information given should include adequate instructions for appropriate preparation and the health hazards of inappropriate preparation and use. Infants who are not breastfed, for whatever reason, should receive special attention from the health and social welfare system since they constitute a risk group.

(Silakan terjemahkan melalui link ini http://translate.google.co.id/#)

Dari dua hal diatas terungkap bahwa makanan lain pengganti ASI dalam hal ini berupa susu pengganti (susu formula) menjadi pilihan terakhir kala ASI tidak ditemukan.

Pilihan utama adalah ASI Perah ibu kandung, menyusui pada ibu susuan atau pemberian ASI Perah dari ibu lain melalui berbagi ASI atau Donor ASI dari Bank ASI, dan terakhir adalah susu pengganti ASI. Dan pemberian susu pengganti ASI selayaknya didemonstrasikan oleh tenaga kesehatan, atau relawan kepada ibu dan anggota keluarga yang bersangkutan.

Sayangnya yang terjadi di lapangan, bahwa baik tenaga kesehatan atau masyarakat luas menganggap bahwa susu formula adalah pengganti utama ASI. Produk susu formula yang dijual bebas dengan harga bervariasi dari murah hingga mahal, membuat tinggi kesalahan dalam pembuatan susu formula kepada bayi. Dengan demikian hal ini memicu semakin tingginya kemungkinan terjadinya kesalahan prosedur dalam pembuatan, baik dari dosis hingga kebersihan pembuatan. Semua ini pada berujung pada tingginya kematian bayi akibat diare dan sebagainya.

Di bawah ini beberapa link lain terkait dengan pembuktian kehebatan ASI secara ilmiah.
1. Human breast milk is a rich source of multipotent mesenchymal stem cells.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20712706
2. HAMLET interacts with lipid membranes and perturbs their structure and integrity.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20186341
3. Study: Breast-milk compound kills warts
http://www.obgyn.net/newsheadlines/womens_health-Human_Papillomavirus-20040720-80.asp?print=1
4. Human milk - Tables of the antimicrobial factors and microbiological contaminants relevant to human milk banking
http://www.latrobe.edu.au/microbiology/milk.html
5. Substance in Breast Milk Kills Cancer Cells, Study Suggests
http://www.sciencedaily.com/releases/2010/04/100419132403.htm
6. Breastmilk to Threat Cancer
http://www.youtube.com/watch?v=xjnIqf6nAIY
7. June Interview: Howard Cohen on Fighting Cancer with Mothers' Milk
http://jellytheory.blogspot.com/2009/06/june-interview-howard-cohen-on-fighting.html
8. The Medicinal Use of Breastmilk
http://www.drmomma.org/2009/09/medicinal-uses-of-breastmilk.html
9. Milk therapy: breast-milk compounds could be a tonic for adult ills
http://www.thefreelibrary.com/Milk+therapy:+breast%20milk+compounds+could+be+a+tonic+for+adult+ills-a0156002012
10. Mother's Milk: precious protection
http://www.archetypeltd.co.nz/Mothers_milk.htm

Menanggapi himbauan dari Departemen Kesehatan Kanada juga Academy Breastfeeding Medicine (ABM) bahwa keberadaan berbagi ASI memiliki resiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS dan sebagainya, maka di bawah ini saya bagi beberapa link lain yang terkait dengan proses pasteurisasi ASI.
Health Canada Press Release
http://www.hc-sc.gc.ca/ahc-asc/media/advisories-avis/_2010/2010_202-eng.php

Indonesia sebagai peringkat ke 4 dunia untuk penderita HIV/AIDS, jelas membuat saya harus berhati-hati dalam proses berbagi ASI. Namun bukan berarti menolak proses berbagi ASI dan menggantinya dengan susu formula.
Dari uraian diatas, jelas bahwa ASI adalah satu-satunya makanan alami yang dipersiapkan Allah subhana wa ta’ala. Dan proses pasteurisasi telah terbukti dapat mengatasi keberadaan HIV/AIDS.
1. Effect of flash-heat treatment on immunoglobulins in breast milk
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19421069
2. Effect of Flash-Heat Treatment on Antimicrobial Activity of Breastmilk.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21091243
3. Flash Heating Breast Milk Kills HIV
http://www.youtube.com/watch?v=NNw1odieIoI
4. How You can Safely Heat Treat Breast Milk
http://www.qaproject.org/strat/Tanzania%20job%20aids/pdfs/english/engheattreatinsert4web.pdf

***The End***

Salam Bagi ASI,
Peduli ASI di Indonesia

BREASTFEEDING IS BEST OR NORMAL? Part 1

Teringat sebuah kisah hati ini semakin terenyuh. Kisah nyata yang dialami oleh seorang ibu di Pakistan, dimana beliau memiliki anak kembar.
Oleh karena pemahaman yang kurang disertai tiadanya dukungan maupun informasi dari tenaga kesehatan, dan budaya bahwa anak lelaki adalah utama,maka ia hanya menyusui anak lelakinya. Sedangkan anak perempuannya ia berikan susu formula.

Tidak beberapa lama usia bayi perempuan tersebut, akhirnya anak perempuannya yang diberikan susu formula meninggal dunia. Kisah ibu ini diabadikan dalam sebuah foto seorang ibu pakistan menggendong dua anak, yang satu sehat karena menyusui dan yang satu terlihat sangat kecil atau gagal tumbuh.

Ibu ini berpesan agar foto ini disebarkan ke seluruh dunia, memberikan pencerahan pada banyak ibu akan bahaya susu formula.

Saya yakin, bukan hanya diri saya pribadi tapi juga banyak ibu yang akan mengernyitkan dahi.. "Bahaya Susu Formula? Kebohongan saya pribadai ataukah kejujuran? Lalu bagaimana yang diiklankan oleh mereka di media massa?"

Di bawah ini ada beberapa link terkait dengan kebohongan publikasi yang dilakukan oleh produsen susu formula.

1. Fakta Resiko Ilmiah Susu Formula
http://www.facebook.com/note.php?note_id=103444963058640

2. Risk of Formula Feeding
http://www.infactcanada.ca/RisksofFormulaFeeding.pdf

3. Replacing Mother : Dangers of DHA-ARA in Formula
http://iinformedparenting.blogspot.com/2010/09/replacing-mother-dangers-of-dha-ara-in.html

Pada artikel ini tercantum bahwa Federal Drugs Association (FDA) di Amreika Serikat mengungkapkan bahwa keberadaan DHA-ARA menimbulkan diare pada bayi.

"The FDA did not affirm the safety of Martek’s DHASCO and ARASCO for use in infant formula. Among its reasons: stud-ies showing adverse events including diarrhea in infants."

Bahkan beberapa waktu ini FDA telah mengeluarkan pernyataan untuk melarang penggunaan DHA-ARA didalam susu formula.

http://www.ams.usda.gov/AMSv1.0/ams.printData.do?template=printPage&navID&page=printPage&dDocId=STELPRDC5084118&dID=130819&wf=false&docTitle=National+Organic+Program+Announces+Re-Interpretation+of+Allowable+Accessory+Nutrients+to+Strengthen+Program+Integrity%2C+Transparency

4. What Everyone Needs to Know About Infant Formula Ingerdients
http://www.breastfeedingmomsunite.com/2010/10/what-everyone-needs-to-know-about-infant-formula-ingredients/

Artikel ini menguraikan bahwa sangat berbahaya jika kita memiliki persepsi bahwa Air Susu Ibu memiliki kualitas yang sama dengan Susu Formula. Pada kenyataannya tidaklah demikian. Dibutuhkan kejelian dan ketajaman analisa dari setiap orang terutama orang tua dalam menentukan mana yang terbaik bagi buah hati.

5. Understanding Nutritionism and The Problem with Infant Formula
http://www.breastfeedingmomsunite.com/2010/09/understanding-nutritionism-and-the-problem-with-infant-formula/

Pada artikel ini lebih diulas mengenai pemahaman nutrisi yang selama ini dipahami oleh masyarakat. Jika melihat daftar komposisi nutrisi di setiap produk, menunjukkan bahwa tidak semua makanan memiliki kelengkapan nutrisi yang sempurna. Nothing is perfect.

Tapi tidak pada ASI, dimana kandungan yang ada begitu sempurna dan memenuhi seluruh kebutuhan seorang bayi manusia untuk mulai tumbuh dan berkembang. ASI adalah bekal amunisi seorang anak manusia dalam mempersiapkan masa depan sehat nan gemilang.

bersambung..

Salam Bagi ASI,
Peduli ASI di Indonesia

Monday, November 22, 2010

DONOR ASI ADALAH PERSUSUAN

“… maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS An Nahl : 43)



Assalamu'alaykum, semoga tulisan di bawah ini bermanfaat dan segala puji hanya kepada Allah subhana wa ta'ala. Sungguh seluruh kesempurnaan hanyalah milik Allah semata dan segala kekurangan ada pada diri hamba. Mohon maaf jika ada kesalahan dan terbuka lebar untuk diskusi lebih lanjut.



Menyusui Anak, Buah Hati Kita Allah subhana wa ta’ala memerintahkan para ibu untuk menyusui anak-anaknya, dan Dia menetapkan batas waktu minimal menyusui selama dua tahun sempurna. Masa selama itu cukup untuk anak melepaskan penyusuan kepada ibunya. Setelah itu anak mulai belajar makan dan minum di luar air susu ibunya.



Air susu setiap spesies berbeda, dimana Allah subhana wa ta’ala telah memberikan pada masing-masing spesies komposisi nutrient yang bermanfaat bagi masing-masing anak dari spesies tersebut. Sebagai contoh air susu seekor ibu sapi, memiliki kandungan protein yang bersifat antibodi lebih sedikit dari air susu manusia. Selain itu perbedaan jumlah vitamin, mineral dan lemak yang terkandung sangat jauh berbeda. Banyak jurnal, artikel ilmiah juga buku-buku yang telah mengungkapfakta mengenai komposisi emas dari air susu ibu.



Namun masih banyak ibu yang memilih mengganti pemberian air susu ibu dengan susu formula yang tentunya berasal dari susu sapi. Seorang pakar ASI Internasional, dr Jack Newman (1997) memberikan pendapatnya :“..even a modern formulas are only superficially similar to breastmilk. Fundamentally, they areinexact copies based on updated and incomplete knowledge of what breastmilk is. Formulas contain no antibodies, no living cells, no emzymes, no hormones. They contain much more alumunium, manganese, cadmium, and iron than breastmilk. They contain significantly more protein than breastmilk. The proteins and fats are fundamentally different from those in breastmilk. Formulas do not vary from beginning of the feed to the end of the feed, or from day 1 to day 7 to day 30, or from woman to woman, or from baby to baby.”(Czank C, Mitoulas LR, Hartmann PE. Human Milk Composition-Fat. In: Hale&Hartmann’s. Textbook of Human Lactation (1st Ed). Texas : Hale Publishing; 2007)



Sapi memiliki masa hidup dan pola hidup yang berbeda dengan anak manusia, dimana dalam waktu singkat anak sapi sudah dapat berdiri dan berjalan sendiri, kemudian dalam dua minggu anak sapi telah diajak merumput oleh ibunya. Kegiatan yang demikian menuntut anak sapi untuk mendapatkan komponen lemak dan hormon pertumbuhan yang berbeda jumlahnya, dimana lebih banyak dibandingkan anak manusia.



Hikmah ilahiah dari proses menyusui, bahwa pemberian air susu ibu kepada anak akan sangat berpengaruh terhadap akhlak, perilaku, dan etika sang anak, sebab susu keluar dari darah sang ibu.



Air susu ibu akan membantu tumbuh kembang anak secara lahiriah dan mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak secara psikologis, intelektual, dan spiritual.Organ yang telah berkembang dengan sempurna dari seorang manusia sejak ia dalam kandungan adalah telinga. Sehingga, pendidikan dan pembinaan anak akan siapa Tuhannya sesungguhnya telah berjalan sejak awal ruh ditiupkan.



Sangat disayangkan pada masa ini, dukungan terhadap proses menyusui dan pemberian ASI secara eksklusif dan dilanjutkan hingga dua tahun menemui banyak hambatan. Mulai dengan minimnya dukungan dari keluarga terdekat, lingkungan, tenaga kesehatan hingga minimnya kelayakan fasilitas bagi ibu menyusui di tempat umum maupun tempat bekerja. Atau juga keengganan ibu untuk menyusui buah hatinya dengan alasan akan mempengaruhi keindahan tubuhnya ataupun beralasan bahwa air susunya sedikit.



Proses menyusui adalah sebuah fitrah mulia dari setiap wanita dan dengan ilmu yang semakin mudah di akses, maka sesungguhnya kendala tersebut dapat dihindari. Mematuhi perintah Allah subhana wa ta’ala dimana Dia sangat memuliakan setiap ibu untuk memperbaiki generasi penerusnya melalui menyusui, dengan menjadikan setiap IBU sebagai madrasah utama terhadap anak-anaknya dan meletakkan syurga di telapak kaki ibu.



Ya Allah..tunjukkanlah kepada kami jalan untuk menuju dan mengikuti petunjuk Islam. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan pertolongan. Tolonglah setiap ibu yang sedang berjuang keras demi memnuhi perintahMu dengan memberikan air susunya.. Mudahkanlah segala urusan mereka.. Dan Mudahkanlah tugas kami dalam membantu serta membimbing mereka.



Definisi Menyusui (ar Radha’) dan Masanya



Menurut makna etimologisnya, ar radha’ adalah imtishâsh ats-tsady (mengisap tetek atau menyusu). Dikatakan radhi’a ash shabiyyu radh’an atau radhâ’a shabiyyu seperti kata-kata syariba. Yang pertama logat Ahli Tihamah, dan penduduk Mekkah pun menggunakan logat tersebut. Sedang yang kedua adalah logat bangsa Najd. Tetapi menurut bentuk yang ketiga, dapat juga dikatakan radhâ’a yardhi’u radhâ’an wa radhâ’aatan.



Sementara walau dikatakan, ardha’athu ummuhu fa-irtadha ‘a fa-hiya murdhi’un wa murdhi’atun. Jika sekedar mensifati seorang ibu sebagai yang menyusui, maka disebut murdhi’ saja; Yakni, bahwa ia mempunyai anak yang sedang disusuinya. Tetapi jika ia-wanita itu- sebagai tempat atau tukang menyusui, maka ketika ia sedang dalam proses menyusui, ia disebut murdhi’ah. (Al Qâmus Al Muhîth, juz III : 30-31; Al Mishbâh Al Munîr, Juz I : 312)



Sebagaimana dipergunakan dalam QS. Al Hajj : 2; Allah subhana wa ta’ala berfirman yang artinya,“(Ingatlah pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya.”



Sedang ar Radhâ’ menurut makna terminologisnya ialah :

1) Menurut madzhab Hanafi, ar Radhâ’ ialah isapan anak yang disusui terhadap susu atau payudara wanita anak Adam pada waktu tertentu. (Lihat Tabyîn al Haqâ’iq, Juz II : 180, Radd Al Mukhtâr, Juz II : 533-554; dan Durar al Hukkâm fi Syarh Ghurar Al Ahkâm, juz I: 355)



2) Menurut madzhab Maliki, ar Radhâ’ ialah sampainya air susu perempuan pada perut-meskipun perempuan tersebut mati atau masih kecil-dengan menggunakan alat-untuk memasukkan sesuatu ke dalam perut-atau melalui suntikan yang menjadi makanan. (Al Dardyry, as Syarh Al-Kabîr, Juz II : 502-503; Asy Syarh ash Shaghir bi Hâmisy Bulghat as Salik, Juz I : 477-478; Al Fawâkih ad Dawâny ‘ala Risâlat ibn Abi Zayd al Qayrawany, Juz II : 88; Mukhtasar Khalîl, h. 180-181)



3) Madzhab Syafi’i mendefinisikannya sebagai, “Sampainya air susu wanita atau apa yang dihasilkan dari air susu tersebut pada bayi atau pada otak/sumsumnya.” (Mughny al-Muhtâj, juz III : 414; Nihâyat al Muhtâj, juz VI : 172; Qalyuby wa “Umayruh, juz IV : 62)



4) Madzhab Hambali mendefinisikan ar Radhâ’ dengan mengatakan, “Mengisap atau meminum air susu yang terkumpul karena kehamilan dari payudara seorang wanita dan yang seperti itu.” (Muntaha al irâdât, juz II : 360; Kasyf al-Qinâ’, juz V:442, keduanya karangan Bahuty)



Dari pendapat diatas, nampaknya definisi madzhab Maliki lebih mencakup dan menyeluruh di banding definisi-definisi yang lainnya. Karena definisi tersebut menggunakan sebagian pengikat dan batasan yang tidak dimuat oleh definisi yang lainnya. Oleh karena itu, definisi madzhab Maliki tersebut dapat dinilai sebagai definisi yang jâmi-mencakup-dan mâni-terbatas. Penjelasan Definisi Kata “susu wanita” mencakup setiap susu, sehingga yang bukan air susu tidak termasuk dalam definisi ini, seperti air kuning dan darah. Kedua macam cairan tersebut tidak menimbulkan keharaman nikah.Sedang yang dimaksudkan “masuk ke dalam perut” adalah masuknya ke dalam perut anak yang disusukan.



Jika syarat ini terpenuhi maka haram menikah anak tersebut dengan ibu yang menyusukan atau saudara sesusuannya. Dengan demikian, maka air susu yang hanya sampai ke tenggorokan saja tidak menyebabkan keharaman nikah; demikian menurut pendapat yang masyhur.

Demikian pula sampainya air susu tersebut ke dalam perut, dapat dibenarkan, baik air susunya itu banyak atau sedikit atau sekedar mengisap (sedikit sekali).



Sedangkan yang dimaksud “meskipun perempuan itu mati atau kecil” adalah jika seorang perempuan mati dan padanya masih ada air susu, lalu ada bayi atau anak kecil yang menyusu kepadanya, atau ada orang lain yang memerah air susunya lalu diminumkan ke anak kecil, maka itu menimbulkan tahrîm—menyebabkan haram menikah dengan yang sesusuan.



Demikian pula jika ada anak perempuan yang mempunyai air susu lalu air susu itu dipakai untuk menyusui bayi, maka berlakulah at tahrîm pada anak tersebut. Baik anak tersebut belum baligh atau sudah balig; baik sudah kuat digauli atau belum kuat. Baik ia masih gadis atau sudah bukan gadis lagi. Yang sama seperti perempuan yang belum/tidak kuat berjimak adalah perempuan yang telah lanjut usia yang sudah menopause, yakni, tidak lagi melahirkan. Jika ia memiliki air susu dan menyusui bayi, maka tetap berlaku at tahrîm karenanya.



Adapun kata-kata “meskipun air susu itu masuknya ke perut lewat cara lain selain menyusu” maksudnya sungguhpun masuknya air susu tersebut kepada anak tidak melalui penyusuan, seperti ke dalam perut lewat tenggorokan atau hidung, maka tetap saja keharaman karena sesusuan berlaku padanya.



Sedang kata-kata “atau suntikan yang menjadi makanan” maksudnya adalah bahwa air susu yang dimasukkan lewat suntikan pun menyebabkan keharaman nikah. Tetapi sebagaimana disebutkan dalam definisi, bahwa suntikan tersebut ditujukan sebagai “makanan” bagi anak. Maka jika suntikan itu untuk tujuan lain selain memberikan makanan, maka suntikan tersebut tidak akan menimbulkan keharaman nikah.



Dari keterangan di atas, maka dapat dikecualikan bahwa memasukkan air susu ke perut anak lewat mata, atau telinga, atau pori-pori kulit kepala, ataupun lewat suntikan yang bukan untuk pemberian makanan, tidak menyebabkan keharaman nikah.



Sebab air susu tersebut tidak melewati jalan yang biasa, sehngga dengan cara seperti itu, tidak akan membuahkan daging dan tulang. Demikian juga air susu yang disuntikkan ke dalam tubuh tidak dimaksudkan sebagai makanan, tidak menyebabkan keharaman nikah.



Jan Riodan, seorang konsultan laktasi internasional memaparkan bahwa, “BREASTMILK SOMETIMES REFFERED to as white blood because it is considered similar to the placental blood of intrauterine life. Indeed, human milk is similar to unstructured living tissue, such as blood, and is capable of transporting nutrients, affecting biochemical systems, enhancing immunity, and destroying pathogens.”(Riodan J. The Biological Specificity of Breastmilk. In: Riodan J, Wambach K. Breastfeeding and Human Lactation. 4th Ed. Boston: Jones and Bartlett Publishers, LLC. 2010)



Berkenaan dengan keberadaan donor ASI, maka paparan diatas lebih menegaskan bahwa pemberian ASI baik melalui menyusu langsung maupun melalui gelas/cangkir/botol-dot/pipet memiliki hukum saudara sepersusuan. Dan, paparan ini hanyalah sebagai ketegasan secara hukum mengenai donor asi demi menjaga kelurusan langkah dalam ibdaha.



Dan dalam QS At Thalaq : 6, ALlah SWT berfirman yang artinya, "..dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain akan menyusukan (anak itu) untuknya."



Berbagi air susu kita, menambah dan memperkuat tali silaturahim dengan saudara muslim kita. Sungguh Allah swt telah mengatur dalam agamaNya sebuah bentuk pendidikan yang paripurna. Dan sungguh luar biasa seorang ibu yang berjuang mencari air susu ibu untuk buah hatinya. Keikhlasannya menerima air susu dari ibu lain bagi buah hatinya, agar tumbuh kembang buah hatinya paripurna.



Subhanallah..walhamdulillaah..wa Laa ilaaha ilallah..

Sungguh tiada yang lain selain sebuah kebaikan dari perintah Allah SWT..



Sumber :

Al Mubarakfury SS. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al Kautsar. Cetakan Kelimabelas. Jakarta. 2004

Newman, J., : The Ultimate Breastfeeding Book of Answers. Segala yang Perlu Anda Tahu Soal Menyusui. Penerbit Lentera Hati. Jakarta. 2008

Yanggo, HT. "Fiqih Anak". Al Mawardi Prima. Cetakan Pertama. Jakarta. 2004

Riordan J, Wambach K. 4th Edition. Breastfeeding and Human Lactation. Jones & Bartlett Publishers. Sudburry. 2010