Friday, February 19, 2010

MENYapih ala islam

Bismillahirahmanirahim.
Assalaamuálaikum warahmatullahi wabarakatuh.

MENYAPIH ALA ISLAM *

*Muqaddimah*

Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah, kita memujiNya dan memohon
ampunanNya, dan kita berlindung dari kejahatan diri kita sendiri dan
keburukan amal kita. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk padanya maka tidak
ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang sesat maka tidak ada
yang dapat memberi petunjuk kepadanya (selain Allah). Aku bersaksi bahwa
tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah Yang tidak ada
sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad (adalah) hambaNya dan
RasulNya -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Ama ba’du

Banyak orang yang mengira setelah anak mencapai usia tepat dua tahun, maka
ia wajib disapih. Bagaimana pun caranya akan dilakukan ibu agar anaknya
berhenti menyusu pada usia itu, mulai dari mengolesi puting dengan sesuatu
yang tidak disukai anak seperti jamu, saos, lipstik, bahkan sampai
membiarkannya menangis berjam-jam. Hal ini tidak lepas dari keinginan para
ibu (dalam hal ini yang muslimah) untuk menjalankan perintah Allah yang
disebutkan dalam Al Qurán agar ibu menyusui anaknya dengan sempurna yaitu
selama dua tahun. Maka mereka mengira wajib bagi setiap ibu untuk
menghentikan menyusui anaknya yang telah mencapai dua tahun seketika itu
juga, bagaimanapun caranya. Benarkah demikian? Apa yang dimaksud para ulama
bahwa tidak ada penyusuan setelah dua tahun? Mari kita simak dalil-dalil
dalam Al Qurán dan As-Sunnah seputar penyusuan yang sempurna dan penyapihan.


*Islam Mengajarkan untuk Menyayangi Anak-anak *

Tidak diragukan lagi bahwa Islam sangat memperhatikan anak-anak. Itu
ditunjukkan dari perilaku Nabi Muhammad -shallallahuálayhi wa sallam- yang
sangat sayang kepada anak-anak. Beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam-
pernah memperpendek sholatnya karena mendengar anak yang menangis. Beliau
bersabda, *"Aku melakukan sholat dan aku ingin memperpanjang bacaannya,
akan tetapi tiba-tiba aku mendengar suara tangis bayi sehingga aku
memperpendek sholatku karena aku tahu betapa gelisah ibunya karena tangis
bayi itu."* [HR Bukhari dan Muslim]

Dan pernah Nabi -shallallahuálayhi wa sallam- ketika berkhutbah melihat
kedua cucu beliau Hasan dan Husain –radhiyallahu 'anhuma- menghampiri
beliau, maka beliau turun dari mimbar dan menggendong keduanya ke atas
mimbar, beliau pun bersabda, *"Sesungguhnya aku melihat kedua anak ini
berjalan dan jatuh, aku tidak sabar hingga turun mengambil keduanya."* [HR.
Abu Dawud]

Lihatlah bagaimana anak-anak dapat mempengaruhi pelaksanaan perkara sebesar
sholat dan khutbah. Dan masih banyak lagi kisah tentang bagaimana Nabi
-shallallahu ‘alaihi wa sallam- memperlakukan anak-anak dengan penuh kasih
sayang
. Sesungguhnya telah ada pada beliau suri teladan yang baik. [QS
al-Ahzab: 21]. Maka demikian pulalah Islam mengajarkan umatnya melalui Nabi
Allah Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tersebut agar menyayangi
anak-anak, bahkan dari sebelum anak itu lahir sampai setelah dilahirkan.

*Pemberian ASI selama Dua Tahun dalam Islam*

Salah satu bentuk kasih sayang yang diajarkan Islam adalah penyusuan atau
pemberian ASI (air susu ibu) kepada anak yang baru lahir hingga dua tahun.
Allah berfirman: *“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan
warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa
atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.”* [QS Al Baqarah: 233]

Ayat di atas menjelaskan tentang anjuran kepada para ibu untuk menyusui
anak-anak mereka hingga dua tahun, dan dibolehkan bagi mereka untuk
mencarikan ibu susu bila mereka mau. Ini menunjukkan betapa perihal
pemberian ASI ini bukanlah hal yang sepele, sampai-sampai anjurannya
tercantum dalam Kitab Suci umat Islam. Dan rahasia mengapa Allah menyebutkan
"dua tahun" sebagai masa menyusui yang sempurna maka hanya Allah saja lah
yang tahu. Namun manusia kini mengetahui tentang manfaat yang luar biasa
dari pemberian ASI selama dua tahun. Hal itu diperkuat dengan anjuran dari
WHO kepada para ibu di seluruh dunia, tidak hanya yang muslimah, untuk
menyusui anak-anak mereka yang disebutkan selama dua tahun pula.

Dan Nabi -shallallahuálayhi wa sallam- sebagai pembawa risalah ini, tidak
pernah melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang telah beliau bawakan.

Dalam sebuah hadits shahih yang panjang yang diriwayatkan oleh Al Imam
Muslim, disebutkan ada seorang perempuan yang telah berbuat zina. Lalu
datanglah ia kepada Rasulullah –shallallau’alaihi wa sallam- untuk bertobat.
Namun Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menolak pengakuan perempuan
tersebut. Keesokannya perempuan itu datang lagi dan berkata bahwa ia telah
hamil akibat perbuatan zina tersebut. Lalu Nabi –shallallahu ‘alaihi wa
sallam- menyuruhnya pulang sampai melahirkan. Setelah melahirkan, perempuan
itu datang lagi sambil membawa bayi laki-lakinya yang dibungkus dengan
secarik kain. Dia mengatakan bahwa bayi itu adalah bayi yang telah dia
lahirkan. Lalu Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, *“Pulanglah
kamu dulu dan susuilah dia sampai kamu menyapihnya.”* Setelah tiba masa
menyapih, perempuan itu datang lagi membawa bayinya dan di tangan bayi itu
ada sepotong roti. Dia mengatakan bahwa ia telah menyapih anaknya dan dia
sudah bisa memakan makanan. Akhirnya Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-
menyerahkan bayi tersebut kepada salah seorang sahabat, kemudian beliau
mengeluarkan perintah supaya dilaksanakan hukuman terhadap perempuan
tersebut. Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- kemudian memerintahkan agar
jenazah perempuan tersebut diurus, dan beliau pun menyolatinya dan
menguburkannya.

Lihatlah betapa pedulinya Islam terhadap pemeliharaan seorang bayi yang
masih dalam kandungan sampai dia dilahirkan untuk kemudian disusui sampai
disapih. Sungguh hanya orang-orang bodoh yang berpendapat bahwa Islam telah
berbuat kezhaliman melaksanakan hukuman tersebut kepada sang ibu. Padahal
justru sebaliknya, Allah menyayangi hambaNya yang bertaubat, dan Dia tidak
menginginkan hambaNya hidup lebih lama karena dia bisa saja melakukan dosa
lagi. Ketahuilah bahwa perempuan itu diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Dan beruntunglah sang anak karena telah lahir ke dunia ini dengan selamat,
mendapatkan ASI penuh hingga dua tahun, dan disusui oleh ibunya sendiri yang
telah bertaubat.

Dalam kisah serupa disebutkan, *"Sesungguhnya dia telah bertobat dengan
sungguh-sungguh. Seandainya tobat perempuan ini dibagi-bagikan kepada tujuh
puluh orang penduduk Madinah, maka hal itu masih cukup. Pernahkah kamu
menemukan tobat yang lebih baik dibandingkan apa yang dilakukan perempuan
ini? Dengan jujur dia menyerahkan dirinya supaya dilaksanakan hukuman Allah
atasnya."* (HR Muslim)

Hanya Allah pemberi taufik dan hidayah.

*Penyapihan: Wajib di Usia Tepat Dua Tahun?*

Dalam tafsir Ibnu Katsir, ketika menjelaskan surat Al Baqarah ayat 233
tentang anjuran pemberian ASI, disebutkan, “Ini adalah bimbingan dari Allah
Taála bagi para ibu supaya mereka menyusui anak-anaknya dengan sempurna,
yaitu dua tahun penuh. Dan setelah itu tidak ada lagi penyusuan.”

Yang dimaksud dengan “setelah itu tidak ada lagi penyusuan” adalah bahwa
penyusuan yang terjadi setelah anak mencapai dua tahun itu tidak dianggap
“penyusuan”. Hal ini berkaitan dengan hukum mahram yang terjadi antara anak
dengan ibu susu, seperti yang dijelaskan dalam tafsir tersebut. Rasulullah
-shallallahuálayhi wa sallam- bersabda, *“Tidak menjadikan mahram akibat
penyusuan, kecuali yang dilakukan kurang dari dua tahun.”* [HR.
Ad-Daruquthni]. Dan dalam hadits lain disebutkan dengan tambahan, *“Dan
penyusuan setelah dua tahun itu tidak mempengaruhi apa-apa.”*

Kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa penyusuan atau pemberian ASI yang
sebenarnya adalah dalam kurun waktu dua tahun, sedangkan yang setelahnya
tidak dianggap “memberi ASI”. Karena seperti yang disebutkan dalam hadits
lain, *“Sesungguhnya penyusuan itu karena rasa lapar.” [HR Bukhari dan
Muslim]*. Maka pemberian ASI kepada seorang anak sebelum ia berusia dua
tahun dianggap sebagai penyusuan yang sebenarnya karena ASI ketika itu
dibutuhkan untuk mengenyangkan perutnya, sedangkan yang setelahnya tidak
dianggap demikian. Dan memang seperti yang dijumpai di dalam realita, bahwa
anak-anak yang telah mencapai dua tahun atau lebih yang masih menyusu ASI
kepada ibunya adalah memang bukan untuk mengenyangkan perutnya, melainkan
karena mereka masih ingin selalu bersama ibunya, dalam pelukannya sambil
“menyusu”.

Dan ini merupakan merupakan salah satu contoh lain dari kasih sayang dalam
Islam
, Alhamdulillah. Tidak diwajibkannya menghentikan penyusuan atau
menyapih setelah anak mencapai usia dua tahun merupakan bukti dari betapa
Islam memperhatikan anak-anak. Allah telah menakdirkan kesulitan bagi
seorang anak untuk begitu saja lepas dari dekapan ibunya, begitu juga
sebaliknya, betapa sulitnya ibu melepaskan anaknya dari dekapannya.

Memahami surat Al Baqarah ayat 233 di atas sebagai dalil wajibnya menyapih
terhadap anak yang telah mencapai usia dua tahun adalah tidak tepat. Karena
ayat di atas tidak berbicara tentang hal itu, melainkan tentang anjuran agar
para ibu menyusui anaknya hingga penyusuan itu sempurna yaitu hingga dua
tahun. Adapun yang wajib dilakukan setelah itu tidak disebutkan. Seandainya
yang dimaksud adalah demikian, maka tentu akan kita dapatkan penjelasan
ulama tentang hal ini, namun tidak ada satupun penjelasan ulama mengenai hal
tersebut. Yang ada justru apabila penyapihan dilakukan sebelum dua tahun,
yaitu bila memang ada suatu sebab yang tidak memungkinkan untuk terus
melakukan penyusuan hingga sempurna selama dua tahun maka menyapihnya
sebelum itu dibolehkan, yang berarti perkara penyusuan hingga dua tahun ini
adalah suatu hal yang amat dianjurkan, bahkan dalam literatur Arab, anjuran
tersebut bermakna lebih kepada perintah.

Ada satu kisah yang insya Allah dapat menjelaskan hal ini, yaitu kisah Ummu
Sulaim yang dikenal sebagai shahabiyyah yang hidup di zaman Nabi
–shallallahu ‘alaihi wa sallam-, teladan wanita shalihah, ibu dari Anas bin
Malik –radhiyallahu ’anhu- yang merupakan salah seorang sahabat yang banyak
meriwayatkan hadits Nabi –shallallahu ‘alaihi w sallam-

Ketika Islam bersinar di muka bumi, cahayanya sampai di hadapan Ummu Sulaim,
maka yang pertama kali dia dakwahi adalah keluarganya, yaitu suaminya. Namun
suaminya menolak, hingga ia mati dalam keadaan kafir. Ketika Ummu Sulaim
mengetahui suaminya terbunuh, ia tetap tabah dan mengatakan, *”Aku tidak
akan
menyapih Anas hingga dia sendiri yang memutuskannya, dan aku tidak akan
menikah sehingga Anas menyuruhku.” *

Dari kisah di atas dapat kita ketahui bahwa kemungkinan ketika itu Anas bin
Malik masih kecil dan masih menyusu. Seandainya penyapihan wajib dilakukan
ketika anak berusia dua tahun, maka tentu Ummu Sulaim tidak akan mengatakan
bahwa ia tidak akan menyapih Anas sampai anaknya itu sendiri yang
memutuskan. Karena bila demikian halnya maka Ummu Sulaim telah menyelisihi
syariat Islam, yang tentunya hal itu akan mendapat teguran dari
Nabi-shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang masih hidup di zaman itu. Namun
tidak ada keterangan dari para ulama mengenai hal ini, sedangkan kisah ini
mahsyur di kalangan mereka. Wallahua’lam.

*Menyapih Ala Islam*

Tidak disebutkannya kewajiban menyapih di usia tepat dua tahun, bukan
berarti anak seterusnya tidak disapih. Tentu saja, bagi siapa saja yang
ingin menyapih anaknya tepat di usia dua tahun, maka itu adalah yang terbaik
karena telah disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 233 bahwa penyusuan
hingga dua tahun adalah penyusuan yang telah sempurna. Namun bagimana cara
menyapihnya adalah dikembalikan kepada orang tua masing-masing.

Namun salah satu faidah yang dapat kita ambil dari ayat tersebut tentang
penyapihan sebelum dua tahun, adalah bahwa hal itu haruslah dilakukan dengan
kerelaan dan musyawarah antara ayah dan ibu. Karena tidak jarang penyapihan
ingin dilakukan oleh sang ibu saja, karena sudah lelah, kerepotan atau
karena alasan lain, ataupun ayah saja yang menginginkannya karena tidak
ingin ikut-ikutan repot, atau agar istrinya bisa merawat diri, dan
lain-lain. Maka tidak menutup kemungkinan penyapihan setelah anak mencapai
dua tahun pun seharusnya dengan kerelaan dan musyawarah antara ayah dan ibu.
Ditambah lagi anak yang yang telah berusia dua tahun pun sudah bisa diajak
bermusyawarah, maka tentu adalah hal yang sangat terpuji bila penyapihan
dapat dilakukan dengan kerelaan sang anak pula. Apalagi Islam telah
mengajarkan melalui Nabi Allah Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- agar
menyayangi anak-anak. Maka apakah menolak menyusui anak dan membiarkannya
menangis adalah kasih sayang seperti yang diajarkan Islam, sementara Nabi
–shallallahu’alayhi wasallam- pernah memperpendek sholatnya karena mendengar
seorang anak yang menangis?

Allah berfirman,* “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”* [QS Luqman :
14]

Ayat di atas menunjukkan bahwa pemberian ASI yang sempurna hingga penyapihan
adalah jasa kedua orang tua. Maka jadikanlah jasa ini sebagai kenangan indah
yang akan dikenang baik oleh anak-anak hingga mereka besar nanti.
Menyapihlah dengan kasih sayang, sebagaimana Islam telah mengajarkannya.

Wallahua’lam.

*Ummu Sumayyah Mutiara*
(Selesai ditulis pada hari Jum’at, tanggal19 Februari 2010, Jam 16.15 WIB)

Sumber Bacaan:
- Al Qur’an Digital
- Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam Syafi’i
- Al Bidayah wan Nihayah, Darul Haq
- Subulus Salam Syarah Bulghul Maram, Darus Sunnah
- Al Wajiz, Pustaka As Sunnah
- Sukses Mendidik Buah Hati Sejak Dini, Al Qowam
- www. almanhaj.or.id
- www.thalib.wordpress.com
- www.asysyariah.com

pemberian asi secara eksklusif

(Silakan buka link ini http://www.youtube.com/watch?v=xVBdMDl4RXo, agar lebih jelas)

Pemberian ASI secara Eksklusif berarti memberikan HANYA ASI selama 6 bulan pertama usia kehidupan bayi. Madu, kurma, juga air putih tidak diberikan dalam 6 bulan pertama usia bayi.

Bagaimana dengan proses tahnik yang biasa dilakukan pada bayi baru lahir pada umat muslim? Hal ini memerlukan pembahasan lebih lanjut oleh beberapa ahli agama. Namun, dari hasil penelitian ternyata bayi tidak memerlukan makanan lain selain Air Susu Ibu, berdasarkan dari kesiapan secara fungsional organ pencernaan bayi maka proses tahnik harus dipertimbangkan kembali jika menggunakan makanan lain selain ASI.

Mungkinkah proses tahnik dilakukan setelah bayi menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk makanan penambah ASI? Sehingga hal ini akan memudahkan para ibu untuk memulai proses pemberian makanan penambah ASI. Mengingat proses tahnik diyakini membantu perkembangan otot lidah dan rahang bayi, dimana hal tersebut di contohkan oleh Rasulullah SAW.

Banyak penelitian yang telah membuktikan manfaat menunda makanan penambah ASI hingga usia 6 bulan, terlebih temuan bahwa usus pencernaan bayi pada usia 6 bulan mencapai kesempurnaan sehingga ia siap untuk menerima makanan selain ASI.

Sehingga beberapa organisasi internasional maupun nasional seperti WHO, UNICEF, American Academy of Pediatrics (AAP), La Leche League International (LLLI), International Lactation Consultant Association (ILCA), DEPKES RI, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan Sentra Laktasi Indonesia (SELASI) telah menganjurkan bahwa pemberian MP-ASI dilakukan setelah usia 6 bulan.

Berdasarkan hal diatas, maka akan lebih baik bagi para ibu untuk menunda pemberian makanan penambah ASI hingga usia 6 bulan.

Beberapa tanda yang perlu diketahui oleh para ibu mengenai kesiapan bayi untuk MP-ASI adalah :
1. Bayi dapat duduk dengan baik tanpa bantuan
2. Bayi telah dapat meraih benda-benda atau bahkan makanan yang sedang dipegang oleh orang dewasa
3. Bayi tidak lagi ditemukan reflex primitif seperti “tongue thrust reflex”, yaitu saat bibir bayi disentuh lidahnya akan bergerak kearah mulut
4. Bayi telah siap dan mau untuk mengunyah makanan, dapat ditunjukkan dengan perilaku bayi memasukkan benda-benda yang dipegang kearah mulut
5. Bayi telah memiliki kemampuan untuk mengambil atau meraih benda-benda dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk (“pincer” grasp)
6. Bayi terlihat bersemangat saat memasuki waktu makan dan terlihat mencoba meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut.

Mengenai MP-ASI, seorang ibu bertanya mengenai “Baby Led Weaning” atau pemberian MP-ASI secara langsung kepada makanan keluarga tanpa melalui tahapan makanan dengan konsistensi lembut, seperti puree buah/bubur ASI. Dimana biasanya MP-ASI diberikan melalui beberapa tahapan, yaitu pada usia tertentu bayi diberikan bubur ASI/puree buah, kemudian mencapai usia tertentu mulai meningkat dengan tim dan akhirnya makanan keluarga.

Pada “baby led weaning”, bayi diberikan makanan keluarga secara langsung tanpa melalui tahapan tersebut. Gill Rapley dalam bukunya “Baby Led Weaning”, menggambarkan bahwa pada bayi yang menyusu dapat dengan mudah menerima MP-ASI berupa makanan keluarga.

Proses menyusui merupakan bagian dari proses bayi untuk memenuhi kebutuhan makanannya sendiri (self-feeding). “Baby led weaning” merupakan proses lanjutan dari menyusui, dimana bayi yang menentukan apa yang mau dimakan dirinya. Ibu memiliki peran untuk mengatur dan memperkenalkan jenis-jenis makanan yang merupakan makanan keseharian keluarga.
Saat bayi mencapai usia 1 tahun, bayi akan lebih mudah menggunakan sendok-garpu dan mengenali makanan yang ia sukai.

Teknik ini seringkali menimbulkan banyak pertanyaan dari para ibu, “Apakah bayi mampu mengunyah?”, “Apakah bayi tidak akan tersedak?”, dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya.

Menurut paparan Gill Rapley, bahwa jika tanda-tanda kesiapan bayi akan MP-ASI telah ada maka bayi telah mampu mengunyah dengan baik. Saat pemberian MP-ASI melalui teknik “baby led weaning”, sangat dianjurkan agar ibu mengawasi pemberian makanan. Bahkan akan lebih mudah bagi bayi jika saat memakan makanan tidak menggunakan sendok atau garpu, hanya dengan menggunakan tangan (finger food).

Teknik ini membutuhkan kesabaran dari ibu, oleh karena saat bayi mulai makan maka janganlah berharap bayi atau rumah akan bersih. Sehingga, nikmatilah setiap momen perkembangan anak kita dengan hati bahagia.

Proses pemberian MP-ASI, baik melalui tahapan ataupun langsung merupakan pilihan dari ibu. Apa yang terbaik bagi bayi, hanyalah ibu yang memahaminya.

Happy parenting Moms and Dads.. ^_^

Referensi :

AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRICS: Breastfeeding and the Use of Human Milk (http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;100/6/1035)

Bonyata. KS; “Is my baby ready for solid foods?” (http://www.kellymom.com/nutrition/solids/solids-when.html)
Lynette Quigley,Nevada. LEAVEN, Vol. 23 No. 2, March-April 1987,p.23 (http://www.llli.org/llleaderweb/LV/LVMarApr87p23.html)

Rapley. G; “Guidelines for implementing a baby-led approach to the introduction of solid food” (http://www.rapley.weaning.com)

UNICEF (http://www.unicef.org/nutrition/index_breastfeeding.html)

WHO (http://www.who.int/nutrition/topics/infantfeeding/en/index.html)

Wilson. AC, J Stewart Forsyth, Greene. SA, Irvine. L, Hau. C, Howie. PW; “Relation of infant diet to childhood health: seven year follow up of cohort of children in Dundee infant feeding study” (http://www.bmj.com/cgi/content/full/316/7124/21)

http://www.wholesomebabyfood.com/babyledweaning.htm

Sunday, February 14, 2010

Breastfeeding News - August 26, 2009 (Ellen McIntyre) Reply to Topic

Breastfeeding as obesity prevention in the United States: A sibling difference model.
Metzger MW, McDade TW.
Am J Hum Biol. 2009 Aug 19;. [Epub ahead of print]
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19693959
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19693959

The effects of breast reduction on successful breastfeeding: a systematic review.
Thibaudeau S, Sinno H, Williams B.
J Plast Reconstr Aesthet Surg. 2009 Aug 17;. [Epub ahead of print]
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19692299
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19692299

Is 6 months still the best for exclusive breastfeeding and introduction of solids? A literature review with consideration to the risk of the development of allergies.
Anderson J, Malley K, Snell R.
Breastfeed Rev. 2009 Jul;17(2):23-31.
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19685855
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19685855

Why calcium in breastmilk is independent of maternal dietary calcium and vitamin D.
Kent JC, Arthur PG, Mitoulas LR, Hartmann PE.
Breastfeed Rev. 2009 Jul;17(2):5-11.
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19685853
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19685853

Lactation and incidence of premenopausal breast cancer: a longitudinal study.
Stuebe AM, Willett WC, Xue F, Michels KB.
Arch Intern Med. 2009 Aug 10;169(15):1364-71.
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19667298
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19667298

Candida versus breastfeeding--which is winning?
Jacobsen PJ.
Midwifery Today Int Midwife. 2009 Summer;(90):26-7, 66.
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19627056
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19627056

Use of the new world health organization child growth standards to describe longitudinal growth of Beastfed rural Bangladeshi infants and young children.
Saha KK, Frongillo EA, Alam DS, Arifeen SE, Persson LA, Rasmussen KM.
Food Nutr Bull. 2009 Jun;30(2):137-44.
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19689092
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19689092

Factors associated with early breastfeeding cessation in Frankston, Victoria: a descriptive study.
Gilmour C, Hall H, McIntyre M, Gillies L, Harrison B.
Breastfeed Rev. 2009 Jul;17(2):13-9.
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19685854
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19685854

What can we learn from the 2008 melamine crisis in China?
Chen JS.
Biomed Environ Sci. 2009 Apr;22(2):109-11.
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19618687
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19618687

The use of social network methodological framework in nursing care to breastfeeding women.
Souza MH, Souza IE, Tocantins FR.
Rev Lat Am Enfermagem. 2009 Jun;17(3):354-360.
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19669046
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19669046

Indices of Multiple Deprivation predict breastfeeding duration in England and Wales.
Brown AE, Raynor P, Benton D, Lee MD.
Eur J Public Health. 2009 Aug 10;. [Epub ahead of print]
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19667052
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19667052

Bottle feeding simulates child loss: Postpartum depression and evolutionary medicine.
Gallup GG Jr, Nathan Pipitone R, Carrone KJ, Leadholm KL.
Med Hypotheses. 2009 Aug 8;. [Epub ahead of print]
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19666213
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19666213

The Differential Impact of WIC Peer Counseling Programs on Breastfeeding Initiation across the State of Maryland.
Gross SM, Resnik AK, Cross-Barnet C, Nanda JP, Augustyn M, Paige DM.
J Hum Lact. 2009 Aug 3;. [Epub ahead of print]
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19652195
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19652195

Clinical inquiries: Which factors increase the risk of an infant becoming an overweight child?
Rowland K, Wallace R.
J Fam Pract. 2009 Jul;58(7):383-4.
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19607779
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19607779

Expressing yourself: A feminist analysis of talk around expressing breast milk.
Johnson S, Williamson I, Lyttle S, Leeming D.
Soc Sci Med. 2009 Jul 29;. [Epub ahead of print]
Link: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&dopt=Abstract&db=PubMed&list_uids=19646802
Related Articles: http://www.ncbi.nlm.nih.gov:80/entrez/query.fcgi?db=PubMed&cmd=Display&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=19646802

Memahami Pneumokokus Pada Bayi

quote :

*Lantas, bagaimana sebaiknya sikap­ orang tua menghadapi kondisi ini? Dokter Purnamawati, spesialis anak yang juga salah satu pendiri Yayasan Orang Tua Peduli, menyatakan penyebab pneumonia dan meningitis banyak sekali. Virus dan kumannya macammacam, tak selalu Streptococcus pneumoniae, tapi bisa saja kuman HiB, tuberkulosis, dan lainnya. Belum ada data tentang virus atau bakteri apa yang paling banyak menyebabkan pneumonia dan meningitis di sini

Memang, vaksin IPD yang masuk ke Indonesia bagus, karena mengandung tujuh jenis kuman Streptococcus pneumoniae. Tidak soal jika orang tua memberikan vaksin ini pada anak. Masalahnya, apakah bakteri Streptococcus yang ada di sini termasuk tujuh jenis bakteri di dalam vaksin itu. Jangan sampai, seperti terjadi di beberapa negara Asia dan Afrika, vaksin ini ternyata tidak mencakup bakteri Streptococcus yang ada di sini.*

Pengancam Bayi
Pneumokokus, penyebab utama kematian anak. Dapat dicegah dengan vaksin dan peningkatan kekebalan tubuh.

TANTY masih pedih mengenang peristiwa itu. Pukul satu dini hari beberapa tahun lalu, Farel Nauval Isya, anaknya, tibatiba mengerang. Wajah bayi yang belum genap setahun itu mendadak pucat. Tanty segera memboyongnya ke rumah sakit. Setiba di ruang dokter, putranya tak bisa bernapas sehingga diberi pernapasan buatan. Farel menggelepar, hingga akhirnya maut menjemput.

Baru belakangan Tanty paham, putra tercintanya terinfeksi bakteri pneumokokus yang menyerang saluran pernapasan. Kasus ini diangkat dalam advokasi Asian Strategic Alliance for Pneumococcal Disease Prevention (ASAP) Indonesia yang dihadiri sekitar 250 dokter dan tenaga medis di Denpa­sar, 25 Maret lalu.

Aliansi strategis pencegahan infeksi pneumokokus ini adalah kelompok independen di Asia yang beranggotakan 20 negara, termasuk Indonesia.

Di negeri kita, pneumokokus menyebabkan sekitar dua juta kematian setiap tahun. Hampir separuhnya adalah anak di bawah lima tahun. Dari beraneka penyakit pneumokokus, yang paling tinggi menyebabkan maut adalah pneumonia (radang paru).

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), 98 orang bayi meninggal setiap jam akibat pneumonia di Asia Pasifik. Satu dari lima kematian anak di dunia disebabkan penyakit ini. Maka WHO pun menyebut pneumonia sebagai ”penyakit terlupakan pembunuh anakanak”. Badan Perserikatan BangsaBangsa juga menempatkan Indonesia di urutan keenam—setelah India, Cina, Nigeria, Pakistan, Bangladesh—terbanyak penderita pneumonia.

Profesor Sri Rezeki Hadinegoro, spesialis anak konsultan penyakit tropis dan infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang juga wakil Indonesia di ASAP, menjelaskan penyakit pneumokokus adalah sekumpulan penyakit yang disebabkan bakteri Streptococcus pneumoniae. Bakteri pneumokokus ada lebih dari 90 tipe. Sebelas di antaranya ganas dan mematikan.

Pneumokokus dapat menyebabkan invasive pneumococcal disease atau IPD, antara lain, pneumonia (radang paru), bakteremial (infeksi bakteri dalam darah), sepsis (darah yang teracuni), meningitis (radang selaput otak).

Ada pula pneumokokus yang bersifat noninvasif, yaitu yang menyebabkan penyakit di telinga, hidung, atau tenggorokan (THT), seperti media otitis (radang telinga tengah) dan sinusitis (infeksi pada sinus). Jika tidak ditangkal atau ditangani dengan tepat, penyakit pneumokokus dapat menyebabkan hilangnya pendengaran, kemunduran inteligensi, kesulitan berbicara, kelumpuhan, hingga kematian.

Profesor Soetjiningsih, guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, mengungkapkan bakteri pneumokokus ini dapat ditemukan pada tenggorokan dan rongga hidung orang dewasa serta bayi dan anakanak. Yang patut diwaspadai, penyakit ini bisa dengan mudah menjangkiti anak sehat yang datang dari lingkungan sehat. Ia menyebar dengan sangat mudah hanya melalui udara, yaitu ketika penderita atau pembawa penyakit (carrier) batuk, bersin, dan memercikkan ludah.

Memang, berdasarkan data WHO, tak semua kasus pneumonia disebabkan pneumokokus. Hanya setengah dari jumlah total penderita pneumonia yang terjangkit pneumokokus. Sedangkan 30 persen akibat terinfeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B (HiB). Sisa­nya disebabkan virus dan bakteri lain. Dua bakteri itu—pneumokokus dan HiB—juga menjadi penyebab meningitis pada anak.

Dari berbagai macam penyakit yang disebabkan pneumokokus, dua yang utama adalah pneumonia dan meningitis. Pneumonia adalah radang paru atau dalam bahasa awam paruparu basah. Kantong udara di paru dipenuhi cairan. Artinya, organ pernapasan itu tak bisa mengantar oksigen secara efektif ke pembuluh darah. Selain karena pneumokokus, pneumonia juga bisa disebabkan virus dan bakteri lain, serta parasit dan jamur.

Sedangkan meningitis adalah penyakit yang menyerang selaput otak atau pembuluh yang melindungi otak dan susunan saraf pusat. Penyebabnya infeksi bakteri atau virus meningitis. Kasus ini paling sering menimpa anak di bawah lima tahun, 1725 tahun, dan di atas 55 tahun. Yang paling rentan adalah mereka yang sistem kekebalan tubuhnya lemah. Efek meningitis sangat beragam, mulai dari kehilangan tungkai atau lengan, gangguan pendengar­an, gangguan mental, hingga kematian.

Bakteri pneumokokus secara normal berada di dalam rongga hidung dan tenggorokan anakanak dan dewasa yang sehat, dengan empat serotipe berbeda yang terkandung secara bersamaan. Artinya, tidak semua individu akan menderita penyakit ini ketika terkena bakteri ini. Namun tetap saja pa­tut waspada. Sebab, ketika sudah terjadi kolonisasi bakteri dalam tubuh, orang tersebut akan menjadi pembawa sekaligus penyebar penyakit melalui partikel udara: lewat bersin, batuk, percik­an ludah, serta kontak tubuh.

Karena tak ada keluhan atau gejala apa pun, si carrier sering tak menyadari kondisinya. Ironisnya, seperti dikemukakan Soetjiningsih, yang paling banyak menularkan bakteri ini justru orang rumah. Ia mengemukakan sebuah penelitian di Bandung terhadap bayi baru lahir hingga usia dua bulan pada 2006. Ternyata, dari semua res­ponden yang mengidap pneumokokus, lebih dari setengahnya tertular pneumokokus dari kakaknya dan 11,9 dari ibunya. Sisanya tertular dari orang lain di luar keluarga.

Soetjiningsih menyebutkan, kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi pneumokokus adalah bayi di bawah dua tahun, yang tidak atau hanya sebentar mendapat ASI, tinggal di hunian padat, terpapar polusi atau asap rokok, sering mendapat antibiotik (sehingga bakteri menjadi resisten), kurang gizi, dan tidak diimunisasi.

Karena ada berbagai jenis penyakit yang disebabkan pneumokokus, gejalanya juga beragam. Gejala meningitis antara lain demam dan sakit kepala, mual, muntah, kaku pada leher dan fotofobia (sakit karena melihat cahaya) pada anak yang lebih besar. Pada bayi biasanya ditandai demam dan tandatanda penyakit tidak spesifik lainnya. Sedangkan gejala pneumonia adalah gemetar tibatiba, kedinginan, batuk, demam, dan sesak. Media otitis akut (radang telinga tengah) ditandai demam, sakit pada telinga, dan pende­ngaran terganggu.

Salah satu pencegahan pneumokokus adalah dengan imunisasi Pneumococcal Saccharine Conjugated Vaccine (PCV7). Vaksin ini membantu mencegah penyakit pneumokokus invasif (IPD) pada anak di bawah dua tahun, dan melin­dungi anak hingga sembilan tahun.

Masalahnya, di Indonesia harga vaksin ini termasuk mahal: Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta sekali suntik. Padahal vaksin ini mesti diberikan satu seri, yakni tiga kali. Selain itu, baru ada satu perusahaan obat yang memproduksi vaksin ini, sehingga dikhawatirkan bisa terjadi ”monopoli”.

Lantas, bagaimana sebaiknya sikap­ orang tua menghadapi kondisi ini? Dokter Purnamawati, spesialis anak yang juga salah satu pendiri Yayasan Orang Tua Peduli, menyatakan penyebab pneumonia dan meningitis banyak sekali. Virus dan kumannya macammacam, tak selalu Streptococcus pneumoniae, tapi bisa saja kuman HiB, tuberkulosis, dan lainnya. Belum ada data tentang virus atau bakteri apa yang paling banyak menyebabkan pneumonia dan meningitis di sini

Memang, vaksin IPD yang masuk ke Indonesia bagus, karena mengandung tujuh jenis kuman Streptococcus pneumoniae. Tidak soal jika orang tua memberikan vaksin ini pada anak. Masalahnya, apakah bakteri Streptococcus yang ada di sini termasuk tujuh jenis bakteri di dalam vaksin itu. Jangan sampai, seperti terjadi di beberapa negara Asia dan Afrika, vaksin ini ternyata tidak mencakup bakteri Streptococcus yang ada di sini.

Jadi yang terpenting adalah membentuk kekebalan tubuh anak sejak dini. Yang paling sakti adalah air susu ibu. Dokter Sri Rezeki mengingatkan salah satu risiko tertinggi terkena pneumokokus adalah tidak atau hanya sebentar mendapat ASI. ”Menyusui terbukti menurunkan angka terkena penyakit infeksi pada bayi dan anak,” katanya.

Andari Karina Anom

Sumber : http://majalah.tempointeraktif.com

anak kampung vs anak kota

Dear all
makin numpuk hutang saya hehe
tadi mencoba buka2 email tg 30 Mei … ceritanya mau bikin BR sesuai
kemampuan
sampai tg berapa gitu hehehe tapi mata keburu kriyep2 bueraat

Tapi pas mau shut down lho ada 2 email baru
satu dari teman muda saya di fakultas kedokteran .. rencana mau ketemuan
Semoga
kali ini kesampaian) dan satunya dari Maya … wah lantas melek lagi
Hehehe Thanks Maya n Fitria yang “menepis” pandangan ASI = tak metropolis
hehehe
kira2 gitu deh emailnya Widya kan ya

Hmmm…. jadi tertarik nih
Sudah sejak lama kalau saya kasih ceramah saya bikin statement kampung vs
kota
hehehe

Anak kampung ingusan vs anak kota ingusan ….
Di kampung mah …. ingusan gak masyalah .. teteup mai bola, teteup
nyemplung ke
kali, teteup ujan2an hehehe
Di kota …. anak ingusan serumah sewot … entah takut apa .. ada yang
bilang
.. takut turun ke paru-paru2 … padahal kan ada refleks batuk … ingusnya
kan
jadi “mental”
Jadilah anak kota dapat puyer pilek ibarat jamu campur sari
Ada antihistamin, ada efedrin/pseudioefedrin, ada antibiotik, ada luminal,
dengan atau tanpa steroid

… Salahkah saya kalu terus bergumam … hmmmm nikmatnya jadi anak kampung
….
hehehe

Anak kampung mencret vs anak kota mencret
Anak kampung mencret emaknya nggodong daun jambu … srusup srusup … kudu
habis … fluid kan … biar gak dehidrasi … kalau masih nemen .. ke
puskesmas
.. dikasih oralit deh
Anak kota pup lembak atau diare ringan … dibawa ke RS the best in town
hehehe
… Puyer AB dengan ensim, lactoB, Nifural, dan nafsu makan … katanya
“obat”
nafsu makan hehe
Malah tambah lembek pupnya wong gak butuh tapi kok dikasih AB.

….Salahkah saya kalau lantas bergumam … Hmmm nikmatnya jadi anak desa
….

Anak desa batuk vs anak kota batuk
Anak desa batuk dikasih air jeruk nipis hangat … air jahe … hehehe …
uenak
and nikmat tenan …
Nemen? …. jalan ke Puskesmas … dapat OBH
Kalau rada kaya Puskesmasnya dikasih puyer batuk hehehe tapi isinya lebih
slim
ketimbang puyer kota

Anak kota batuk … duh … begitu keluh Ibu
Ada data rinci tanggal sekian batuk kering … 2 hari kemudian grok grok,
lalu
muntah … pokoknya laiknya penyusunan suatu delik aduan .,.. rinciiii
banget
Ke dokter, obatnya salbutamol teofilin, bisa juga tambah codein, terus ada
anti
alergi dan AB, dan hampir pasti steroid … hikkkkkksss
Medicine is an arts …
Hus … Medicine is a science!

…. Salahkah saya kalau lantas bergumam …. Subhanallah … Betapa
beruntungnya jadi anak desa …

Anak kampung asli makan … vs … anak kota makan semu
Anak kampung makan belut seger baru ambil dari sawah, pake sambel sama lalap
lalapan ….
Keringetan … nambah …. adanya tinggal pepes tahu … cocol lagi ke
sambel
… ah masih ada daunsingkong rebus .. lumayan pake sisa ikan asin …

Anak kota … katanya gak nafsu makan (meski perutnya tambun) …. meski
hidangan di meja makan apa sih kurangnya … dan kalau masihb kurang tinggal
teriak sama mbak/BS … kalau perlu bisa delivery order hehehe
Gak gak … anak kota selera makannya rendah
Menu makanan pun jadi beda banget
Ada multivitamin, ada susu plus plus, ada nafsu makan, ada buat sistem imun
(kalau gak nafsu makan kan nanti daya imun bisa turun begitu celetuk seorang
ibu
kota) … sayurnya juga bukan rebusan atau kukusan atau lalapan mentah …
sayurnya anak kota dah dalam bentuk kapsul, serbuk, sirup dll

… salahkah saya kalau lantas bergumam … hmmm … nikmatnya jadi anak
desa

Anak kampung main layangan, main di kali, main di sawah … vs …. anak
kota
main di mall
… salahkah saya kalau lantas bergumam … duh kayanya kehidupan anak
kampung….

Ibu kampung bedding in …. vs … Ibu Kota bingung rooming in gak ya
… enaknya lahir di kampung .. 24 jam dipeluk mamah …. serasa masih dalam
kandungan … gak berasa dah di dorong brojol ke dunia yang “keras” ini
Masih hangat, masih mendengar degup jantung mu Mak
24 jam nyium bau badanmu Mak
Aku merasa aman mamah …
ternyata dunia tak sekeras yang aku duga semula

…. Salahkah saya kalau lantas bergumam … beruntungnya bayi desa …
hangat
dan nyaman serta diselimuti rasa aman

Ibu kampung menyusui … vs …. kebingungan ibu di kota
Gak ada cerita baby blues, gak ada cerita bingung, gak ada cerita mertua
atau
ibu yang membujuk sufor, gak pusing apa sufor terbaik buat anak … tancap
asi
24 jam sehari, 7 hari seminggu, 12 bulan setahun … terus deh
Ibu di kota … gamang … asi gak bakal cukup katanya …
asi mah sekarang dah jadi “hikayat”

memang … kalau bicara pendidikan, lahan kerja, peluang …
di kota lebih terbuka lebar
tapi … kalau kita bantu saudara2 kita di kampung …
jangan2 anak kampung bisa ngebut menyaingi anak kota hehehe

dongeng sebelum tidur

selamat malam
maaf yaaa masih banyak hutang

wati

Comments (2) »

BREASTFEEDING ~ Just 10 Steps! The Baby Friendly Way

The Ten Steps were presented to the world in the 1989 as the WHO/UNICEF Joint Statement on the Protection, Promotion and Support
of Breastfeeding: The special role of the Maternity Services. The Innocenti Declaration in 1990 called upon the world to fully implement the Ten Steps in all maternities by 1995.
Twenty years later, more than 152 countries have Baby-friendly hospitals. They have implemented the Ten Steps, and, with the
addition of relevant parts of the International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes they have also helped to resist the promotion of commercial infant formula to health care practitioners and the public.

TEN STEPS TO SUCCESSFUL BREASTFEEDING

Every facility providing maternity services and care for newborn infants should:
1. Have a written breastfeeding policy that is routinely communicated to all health care staff.
2. Train all health care staff in skills necessary to implement this policy.
3. Inform all pregnant women about the benefits and management of breastfeeding.
4. Help mothers initiate breastfeeding within a half-hour of birth.
5. Show mothers how to breastfeed, and how to maintain lactation even if they should be separated from their infants.
6. Give newborn infants no food or drink other than breast milk unless medically indicated.
7. Practise rooming in – allow mothers and infants to remain together – 24 hours a day.
8. Encourage breastfeeding on demand.
9. Give no artificial teats or pacifiers (also called dummies or soothers) to
breastfeeding infants.
10. Foster the establishment of breastfeeding support groups and refer mothers to them on discharge from the hospital or clinic.

PROGRESS TO DATE ON BFHI AND THE TEN STEPS
Achievements: Today, more than 20,000 maternity facilities worldwide report ever having achieved Baby-friendly status. The BFHI increases exclusive breastfeeding at the local, national and global levels. Increased breastfeeding has been a key factor contributing to recent declines in
child mortality (UNICEF 2009).

The Revised Baby-friendly practices include suggested sets of ten steps for programs beyond the hospital, in other health settings and in the community.
Where the Ten Steps are in place in hospital, communitybased support adds to their effectiveness. But, where there are few steps in place in the hospital, other breastfeeding efforts are less effective.

Challenges Remaining: Unfortunately, we hear reports of lack of commitment, deteriorating hospital practices, and inadequate training of health workers to counsel mothers, even as the evidence of the
potential benefits of the Ten Steps grows.

Therefore, it is time to revitalise implementation of the Ten Steps in hospitals, in other health care settings, and in communities and to return our path to the Baby-friendly Way!

www.worldbreastfeedingweek.org

SEHAT TANPA Suplemen

Nur...hasna makin kurus tuh...tadi mama kasih vit **** sedikit aja kok..fuiihh OMG...mau marah gimana ortu sendiri...serba salah...nnati dibilang anak durhaka
hasna kurus kan ninggiin badan...kalo dia lemas, gak berkembang badannya ato otaknya pasti ada sesuatu kan..
berikut ini adalah tulisan dr purnamawati yg saya copy ke blog ini
mudah2an kalian mom's yg lain paham dan mengerti..

Suplemen hanya bermanfaat untuk usia 65 tahun ke atas atau dalam kondisi tertentu.

Tak ada secuil kekurangan yang kentara dari fisik Bulan, 13 bulan. Namun, kecemasan sang Bunda membuat bocah yang sering melontarkan senyum manis itu mendapat asupan multivitamin setiap hari. Apalagi di musim hujan seperti ini, Tanti, 28 tahun, begitu khawatir buah hatinya jatuh sakit. Ibu rumah tangga yang tinggal di Bekasi ini membayangkan kepanikan yang harus dialaminya jika kondisi itu terjadi. Maka, ia pun mengambil langkah sedia payung sebelum hujan. Agar tak sakit, bocah itu dicekoki suplemen multivitamin. Apalagi, ia terpesona berbagai iklan produk suplemen multivitamin di layar kaca.

Karena itulah, dr Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPed pun meminta para ibu untuk hati-hati. Spesialis anak ini menyebutkan, suplemen itu bermanfaat hanya untuk orang berusia 65 tahun ke atas. Atau orang-orang yang dalam kondisi tertentu, seperti menopause, mengalami gangguan makan, menjalani diet rendah kalori. Juga mereka yang perokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, melakukan diet khusus, tengah merancang kehamilan, mempunyai kelainan metabolisme, atau penyerapan makanan dalam tubuh.

Ia mengungkapkan, anak dan perempuan sering kali menjadi korban dari berbagai produk suplemen. Dengan membidik pasar kaum Hawa, di pasar saat ini telah beredar berbagai produk yang bisa mencegah banyak hal, misal penuaan, osteoporosis. Padahal, penggunaan antioksidan–dengan kandungan vitamin A, E, dan lain-lain–secara berlebihan bisa berujung pada kematian.

Dokter yang bertugas di Kemang Medical Care, Jakarta Selatan, ini menyatakan, tak hanya anak-anak yang harus dicermati dari penggunaan suplemen, orang dalam kondisi tertentu pun harus lebih hati-hati. Misalnya, ibu menyusui, ibu hamil, atau menderita penyakit tertentu, seperti hipertensi, penyakit jantung, tiroid, diabetes, memiliki riwayat stroke, glaukoma, pembekuan darah, depresi, penyakit jiwa, epilepsi, parkison, pembesaran prostat, dan transplantasi organ.

Ia pun menyindir sebuah produk yang mengandung kolustrum. “Bayangkan, berapa sapi yang dibutuhkan untuk membuat produk tersebut,” ujarnya. Menurut dokter yang biasa disapa Wati ini, vitamin dan mineral memang berperan penting dalam kelangsungan proses kegiatan sel-sel dalam tubuh. “Tapi, hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil,” ujarnya. Hanya ada beberapa gangguan yang muncul akibat kekurangan vitamin, tapi berlebihan juga bisa berbahaya.

Wati menjelaskan, kelebihan vitamin yang larut dalam air–vitamin B dan C–dapat membuat beban kerja ginjal berlebihan sehingga fungsinya terganggu atau menyebabkan penumpukan dan muncullah batu ginjal. Sedangkan kelebihan vitamin larut lemak–vitamin A, D, E, dan K–bisa membebani hati yang bisa memicu gangguan fungsi hati, problem pembekuan darah, serta keracunan vitamin.

Bayangkan bila kondisi tersebut harus dihadapi anak-anak akibat ia dijejali suplemen terus-menerus. Padahal, saat ini banyak ibu yang ingin anaknya doyan makan sehingga ia membeli suplemen khusus pendongkrak nafsu makan. Padahal, kata Wati, suplemen sejenis itu belum terbukti efektif meningkatkan nafsu makan. “Dalam dunia kedokteran, belum ada yang namanya perangsang nafsu makan,” ia menegaskan. Lagi pula, suplemen bukan obat yang harus menjalani uji klinis sehingga kita tidak tahu persis efektivitas dan keamanannya.

Mayoritas ibu pun ingin anaknya memiliki daya tahan super sehingga membeli suplemen khusus yang diiklankan mempunyai kemampuan menaikkan kekebalan tubuh. Wati dengan tegas menyebutkan, tidak ada obat untuk sistem imun. “Kalau tidak, kan sudah digunakan buat (penanganan) HIV,” ujarnya. Hal senada juga diungkapkan spesial anak dr Zakiudin Munasir dalam kesempatan berbeda.

Zaki menyebutkan, sistem kekebalan tidak bisa diatur dengan satu hal. Walhasil, anak itu tidak perlu diberi asupan untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena yang penting ialah asupan bergizi dan seimbang. Kekebalan, seperti halnya organ tubuh lain, memerlukan modal untuk bekerja. Nah, sajian bernutrisi lengkap dan seimbanglah yang bisa mendongkrak sistem kerjanya. Wati pun menyarankan para ibu untuk menyediakan bahan-bahan makanan yang kaya vitamin dan berbagai zat yang berguna seperti tubuh, seperti serat, protein dan fitokimia. Ingat pula hasil penelitian American Academy Pediatrics (AAP) yang menyebutkan pemberian suplemen vitamin terlalu dini, justru dapat meningkatkan risiko timbulnya alergi dan asma pada anak. Walhasil, maunya anak selamat, malahan jadi menderita. Bukankah orang tua juga yang merana? RITA

Saturday, February 13, 2010

Wednesday, February 10, 2010

Hasna Hanifah Tadjoedin






hasna umurnya 1 tahun 3 bulan dan alhamdulillah tidak pernah check in di rumah sakit. sakit yang diderita hanyalah kadang2 batuk, pilek, demam dan diare. semuanya sembuh dengan sendiri tanpa obat dari dokter, berkat milis sehat dan asi for baby saya belajarbanyak tentang menyusui dan tumbuh kembang baby serta RUM ( rational use medicine)
saya ingin menjadi ibu yg terbaik buat baby saya, saya hanyalah ibu biasa yg terus belajar dan belajar..

Bukan karena Menyusui, Payudara tak Indah Lagi

Sabtu, 5 September 2009 | 09:06 WIB

KOMPAS.com - Anggapan payudara menjadi jelek bila menyusui bayi bukan isu baru. Dari dulu anggapan menyesatkan semacam ini sudah sering beredar, juga di kalangan perempuan berpendidikan. Mereka yakin, itu sebuah keniscayaan.

Lalu, mengapa itu dinilai menyesatkan? Karena memang anggapan itu tidaklah benar. Secara medis tidak ada bukti, gara-gara menyusui bayi, payudara jadi berubah jelek.

Sejatinya, dipakai menyusui atau tidak, payudara ibu yang sudah melahirkan pasti jelek. Jadi kalau begitu adanya, mengapa tidak memilih menyusui saja, demi memberi hak kepada anak agar mendapat makanan terbaik?

Kita tahu, selama proses kehamilan, jaringan payudara mengalami perubahan akibat pengaruh hormon. Kelenjar susu jadi aktif berproduksi. Jaringan penunjang payudara meregang, dan itu yang menyebabkan struktur payudara berubah setelahnya.

Payudara tersusun oleh kelenjar susu, selain lemak. Makin besar ukuran payudara, makin memerlukan jaringan penunjang untuk memikul beratnya. Potensi payudara untuk mengendur lebih besar sesuai ukuran. Makin besar payudara, makin besar potensi menggelantung, apalagi kalau tak tepat memilih kutang.

Jadi “Inem” Agar Kekar
Kokohnya payudara juga ditentukan oleh kondisi otot dada tempat jaringan payudara melekat. Tergantung seberapa kokok otot dada terbentuk, makin kekar sosok payudara yang didukungnya. Setiap perempuan hendaknya memperkokoh otot dada supaya payudaranya tetap kekar didukung otot-ototnya.

Wanita yang melakukan pekerjaan di rumah (domestik) setiap hari umumnya memiliki otot dada yang kokoh. Otot terbentuk padat, sintal, bernas. Sebagai alas payudara, kekekaran otot dada memengaruhi bentuk payudara juga.

Payudara tak mungkin bertahan sekekar sebelum hamil dan melahirkan. Namun, bila otot dada lebih kekar, tidak akan lebih menggelantung daripada yang otot dadanya kurang kekar. Di situ pentingnya mengekarkan otot dada.

Pekerjaan mencuci pakaian (menggilas), misalnya, mempertebal dan mengokohkan otot dada. Wanita modern sengaja mengencangkan otot dada dengan senam dan fitnes.

Rugi tidak menyusui
Selain ukuran, bentuk dan rupa payudara tidak seragam. Ada yang mungil, ada yang jumbo. Ada yang mancung, ada yang pesek. Itu ditentukan oleh bawaan lahir. Boleh dibilang payudara itu dilahirkan, bukan dibentuk. Kecuali bila direkayasa dengan operasi atau alat khusus.

Kodrat payudara itu untuk menyusui bayi. Bila tidak dipakai sesuai kodratnya, tentu ada yang salah. Kesalahan karena tidak memberi anak hak mendapatkan makanan terbaiknya. Itu berarti anak belum tentu bertumbuh dan berkembang optimal.

Bila diberi ASI, anak akan seunggul warisan yang diterimanya. Bukan saja ASI lebih sesuai untuk tubuh anak, kekebalan tubuh anak pun menjadi prima. Anak yang tidak diberi ASI lebih sering sakit daripada yang mendapat ASI. Penyakit seringan apa pun akan merongrong tumbuh kembang anak.

Lebih dari itu, dengan menyusui perempuan akan merasa sempurna sebagai ibu. Tak cukup hamil lalu melahirkan. Pengalaman menyusui bayi adalah faset dalam kehidupan perempuan. Di balik itu ada sentuhan pada batin ibu, ada jalinan batin.

dr.Handrawan Nadesul, dokter umum dan pengasuh rubrik di Tabloid Gaya Hidup Sehat

Sumber : Kompas

menyusui lebih dari dua tahun

hasna sekarang umurnya 1 thn 3 bulan ( 15 bulan)..banyak orang yg mencibir bahkan berkata negatif dgn apa yg saya lakukan terhadap hasna. yaitu memberikan hasana ASI sampai detik ini.

Kenapa tidak diberikan susu tambahan?? kan kasihan badannya kurang gemuk, lembek gitu..

kan banyak susu formula yg bagus dan murah...

arggghhh rasanya mau marah..sebel dan kesal....hello,...tahukan anda cara pembuatan susu formula di INDONESIA apalagi susu buatan CHINA yang mengandung formalin...

asi jauh lebih baik ketimbang formula,dan di al quran juga menyebutkan menyusui sampai 2 tahun,...

berikut ini adalah artikel yg saya dapatkan ttg menyusui lebih dari dua tahun, dampak dan bagaimana kandungan ASI


Hingga saat ini banyak sekali anggapan miring ttg ibu yang menyusui anaknya > 1th. Sering kita dengar kalimat ”Kalo anak > 1 th kan dah jelek ASInya”. Atau tak jarang juga terdengar kalimat ”Kalau disusui terus anak jadi manja dan gak mandiri”. Nah benarkah hal ini ? Artikel berikut dirangkum dari beberapa artikel dari La Leche League dan WHO tentang fakta-fakta seputar menyusui anak batita ( hingga umur 3 th)[1].

Ternyata anggapan2 bahwa ASI gak bagus, nyusui anak besar bisa membuat jadi manja dan gak mandiri tsb TIDAK BENAR. Bahwa ternyata kandungan ASI > 1 th memiliki kandungan yang luar biasa bermanfaat utk anak. Yg jelas, ASI tetap memiliki zat imun yang melindungi bayi dari berbagai penyakit. Bahkan satu penelitian menunjukkan bahwa beberapa zat imun meningkat jumlahnya dalam ASI di th keduam sehingga memberikan perlindungan yg lebih besar bagi anak. Belum lagi kandungan gizinya. Pada tahun kedua, kandungan ASI masih mengandung banyak manfaat[1].

Nah manfaat buat ibu gimana ? Banyak para ahli medis menbuktikan bahwa menyusui dapat memberikan ibu proteksi dari berbagai penyakit. Makin lama ibu menyusui, makin besar proteksi yg diberikan. Ibu dapat terminimalisasi dari resiko terkena kanker payudara, kanker ovarium (indung telur), kanker uterine (rahim), osteroposis, dsbnya[1].

Benarkah jika anak disusui terus menerus akan membuat ia jadi manja dan gak mandiri ?

Ini juga sama sekali TIDAK BENAR. Justru anak-anak yg disusui hingga ia berhenti sendiri (menyapih dirinya sendiri) lebih mandiri. Kenapa ? karena ia menemukan sendiri kemandiriannya. Ia merasa lebih nyaman dalam menemukan fase tsb. Ingat loh fase psikologis usia batita itu buat anak2 terkadang “mengerikan”. Ia harus belajar utk menerima kondisi di sektiarnya. Dengan menyusui, akan memudahkan anak menghadapi fase tsb dg lebih mudah. Terkadang juga kita memaksakan anak utk mandiri lebih cepat dari biasanya. Padahal di usia ini justru ia butuh ibunya dan ayahnya utk membantunya menemukan rasa percaya dirinya dsbnya[1].

Jadi menyusui di usia ini justru memenuhi kebutuhan psikologisnya.

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan : "Susuilah anak di tahun pertamanya dan susuilah terus selama ibu dan anak saling menginginkan…Makin lama ibu menyusui anaknya, makin memberikan keuntungan bagi ibu dan anak dari segi kesehatannya dan perkembangannya……Tidak ada batasan pasti kapan anak harus berhenti menyusu dari ibunya. Dan TIDAK ADA BUKTI bahwa menyusui anak-anak > 3 th akan membuatnya terganggu secara psikologis ataupun." (AAP 2005)[1]

Nah kapan anak sebaiknya disapih ? Lagi-lagi ini pilihan yg sangat subyektif. Semua bergantung kepada 3 pihak : ibu-anak-ayah. Selama semua pihak saling menginginkan maka menyusui dapat terus dilakukan. Jika memutuskan utk menyapih, maka lakukanlah dg perlahan dan baik. Hindari penyapihan yg dapat menyakiti hati anak. Ingat selama masa menyusui, terjalin ikatan batin yg kuat antara ibu-anak. Jangan sampai hal ini ”rusak” karena proses penyapihan ini[1].

Referensi

  1. 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 Soraya, Luluk. Menyusui Batita. 2005.

menyusui dua tahun

http://asuh.wikia.com/wiki/Menyusui_dua_tahun

Hingga saat ini banyak sekali anggapan miring ttg ibu yang menyusui anaknya > 1th. Sering kita dengar kalimat ”Kalo anak > 1 th kan dah jelek ASInya”. Atau tak jarang juga terdengar kalimat ”Kalau disusui terus anak jadi manja dan gak mandiri”. Nah benarkah hal ini ? Artikel berikut dirangkum dari beberapa artikel dari La Leche League dan WHO tentang fakta-fakta seputar menyusui anak batita ( hingga umur 3 th)[1].

Ternyata anggapan2 bahwa ASI gak bagus, nyusui anak besar bisa membuat jadi manja dan gak mandiri tsb TIDAK BENAR. Bahkan, menyusui lebih dari dua tahun memiliki manfaat bukan hanya bagi anak, tetapi juga bagi ibu[1].

Kandungan ASI Pada Tahun Kedua

Menyusui dapat dilakukan hingga anak berusia 2 tahun. Menyusui dengan ASI sampai dengan usia anak mencapai 2 tahun masih mampu memenuhi 1/3 kebutuhan kalori, 1/3 kebutuhan protein, 45 persen kebutuhan akan vitamin A dan 90 persen kebutuhan akan vitamin C[2].

Bahwa ternyata kandungan ASI > 1 th memiliki kandungan yang luar biasa bermanfaat utk anak. Yg jelas, ASI tetap memiliki zat imun yang melindungi bayi dari berbagai penyakit. Bahkan satu penelitian menunjukkan bahwa beberapa zat imun meningkat jumlahnya dalam ASI di th keduam sehingga memberikan perlindungan yg lebih besar bagi anak. Belum lagi kandungan gizinya. Pada tahun kedua (12-23 bulan), setiap 448 ml ASI memenuhi kebutuhan anak [1]:

  • 29% dari kebutuhan energi-nya
  • 43% dari kebutuhan protein-nya
  • 36% dari kebutuhan kalsium-nya
  • 75% dari kebutuhan vitamin A
  • 76% dari kebutuhan asam folat-nya
  • 94% dari kebutuhan vitamin B12
  • 60% dari kebutuhan vitamin C

Referensi

  1. 1,0 1,1 1,2 Soraya, Luluk. Menyusui Batita. 2005.
  2. Blog ASI. Sepuluh Keistimewaan Pemberian ASI. 2005

referensi untuk blog ini

1. http://asioke.multiply.com
2. http://aimi-asi.org/
3. http://www.babymilkaction.org/
4. http://purnamawati.wordpress.com/
5. http://asiku.wordpress.com/
6. http://www.bfmed.org/
7. http://kellymom.com/
8. http://www.llli.org/
9. http://www.ilca.org/i4a/pages/index.cfm?pageid=1
10. http://www.onemillioncampaign.org/en/Index.aspx
11. http://www.ibfan.org/
12. http://www.ibfan.org/site2005/Pages/index2.php?iui=1
13. http://asuh.wikia.com/wiki/Kategori:ASI
14. http://www.worldbreastfeedingweek.org/

Sadar ASI Eksklusif Belum Meluas

Rabu, 23 Desember 2009 | 03:44 WIB

Jakarta, Kompas – Kesadaran kaum ibu, baik di perkotaan maupun pedesaan, untuk memberikan ASI eksklusif kepada anaknya pada usia 0-6 bulan belum meluas. Promosi susu formula melalui iklan di berbagai media massa dan pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini menjadi dua hambatan utama pemberian ASI eksklusif.

Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Mia Sutanto mengemukakan hal itu dalam diskusi AIMI, Senin (21/12) di Jakarta. ”Susu formula dan makanan pendamping ASI berisiko tinggi bagi bayi karena sistem pencernaan mereka masih lemah dan rentan bakteri,” ujarnya.

Susu formula berisiko terhadap kesehatan karena tidak ada jaminan 100 persen bebas bakteri sejak proses pemerasan hingga dikonsumsi. ”Tetapi, kalau ASI, kan langsung dari ibu ke anaknya,” kata Mia.

Wakil Ketua AIMI Nia Umar menambahkan, kaum ibu kerap memberikan makanan tambahan, seperti bubur lembut, karena merasa persediaan ASI-nya tidak mencukupi. Bisa jadi persediaan ASI-nya sebenarnya masih banyak, tetapi karena perawatan kurang tepat, ASI jadi berkurang.

Mia mengakui, kondisi untuk menyusui di Indonesia belum ideal. Selain kurang optimalnya dukungan pemerintah, ketersediaan fasilitas ruangan untuk menyusui (nursery room) di tempat umum atau perkantoran juga masih minim. ”Payung hukumnya sudah ada, tetapi pelaksanaannya belum,” kata Mia.

Jika dukungan pemerintah kuat, kampanye sosialisasi ASI akan lebih mudah, terutama ke posyandu melalui konselor laktasi (proses menyusui mulai dari produksi ASI hingga proses bayi mengisap dan menelan ASI). Lagi pula untuk mencegah gizi buruk dan kematian ibu melahirkan dan bayi, ASI eksklusif ialah cara termudah, termurah, dan terbaik.

Beranggotakan 4.800 orang, AIMI berharap bisa mendorong pemerintah berpihak kepada ASI eksklusif dan menekan konsumsi susu formula. ”Susu formula masih sampai pedesaan, apalagi ketika terjadi bencana. Sayangnya banyak posyandu justru mendukung pemberian susu formula. Masyarakat harus tahu risiko susu formula dan bukan hanya kelebihannya,” kata Nia. (LUK)

Sumber : Kompas

Berikan ASI, Bukan Air Susu Ibu Sapi

Wednesday, 30 December 2009 13:59

Tiap makhluk memiliki karakteristik masing-masing, termasuk bayi manusia. Mengapa bayi Anda harus diberi susu dari ibu sapi?
Hidayatullah.com–Ide menggunakan botol susu sebagai pengganti ASI merupakan hal yang aneh 80 tahun lalu. Namun sekarang, para wanita harus dibujuk agar mau meninggalkan botol susu dan kembali menyusui anaknya secara alami.

Alasan seperti; wanita ingin segera kembali bekerja di luar rumah begitu selesai melahirkan, sakit ketika menyusui, atau tidak percaya diri untuk menyusui bayinya, adalah faktor-faktor penyebab berkurangnya jumlah ibu menyusui.

Banyak ahli kedokteran yang selalu mendorong agar para ibu mau memberikan ASI secara alami. Mereka bahkan telah menyodorkan sederet manfaat pemberian ASI, yang baik untuk kesehatan, kecerdasan, dan emosional anak dan ibunya.

Manfaat pemberian ASI secara alami bagi ibu, antara lain:

1. Tidak memberatkan anggaran belanja. ASI tidak perlu dibeli dengan harga yang sangat mahal seperti susu formula.

2. Menyusui bisa membantu mengurangi berat badan ibu.

3. Ketika bayi menghisap susu ibu, hal itu memicu produksi oxytocin yang bisa membuat rahim berkontraksi sehingga kembali ke ukuran semula.

4. Resiko kanker payudara menurun, sejalan dengan lamanya masa menyusui setiap anak.

5. Ibu akan terlindungi dari penyakit diabetes tipe 2, kanker indung telur, dan depresi, setelah melahirkan (PPD).

6. Kegiatan menyusui memerlukan suasanya tenang, sehingga kontak fisik antara ibu dan bayi menimbulkan rasa nyaman bagi keduanya. Kontak fisik membuat ikatan batin ibu dan anak semakin kuat.

7. ASI tidak merepotkan ibu, karena tidak perlu merebus air dan mensterilkan botol. ASI adalah makanan bayi siap saji.

Manfaat pemberian ASI secara alami bagi bayi, antara lain:

1. Ketika bayi menghisap puting ibunya, bukan hanya susu yang didapat, tapi bayi juga melatih rahangnya. Menyedot puting ibu membantu bayi pada masa transisi dari ASI ke makanan padat.

2. Gerakan menyedot susu ibu juga akan memudahkan si bayi untuk belajar bicara.

3. ASI jauh lebih menyehatkan. Colostrum, yaitu susu pertama yang keluar dari puting ibu, mengandung gizi yang sangat lengkap, protein, dan antibodi. Semuanya itu sangat diperlukan bagi bayi yang belum memiliki sistem pertahanan tubuh mumpuni. Antibodi pada ASI yang tidak dimiliki susu formula melindungi bayi dari berbagai macam infeksi.

4. Bayi terlindungi dari penyakit seperti infeksi telinga, virus-virus di perut, diare, infeksi pernafasan, atopic dermatitis, asma, obesitas, diabetes tipe 1 dan 2, leukimia, sindrom kematian bayi mendadak (SIDS), penyakit pencernaan.

ASI mengandung jumlah vitamin D dan E lebih banyak daripada susu formula. Penelitian menunjukkan, ASI dua setengah kali lebih ampuh mencegah terjadinya rakhitis.

ASI mengandung mineral yang bermacam dan jumlahnya lebih banyak dari susu formula. Bahkan banyak mineral yang ada pada ASI tidak dimiliki susu formula. Sebut saja selenium dan chromium. Selenium sangat berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara Chromium membantu menyeimbangkan kadar gula dalam darah.

Mineral seperti kalsium, zat besi, dan mangan pada ASI, bisa dengan mudah diserap tubuh. Namun tidak demikian dengan mineral yang ada pada susu formula.

Tidak seperti susu formula, ASI membantu pembentukan bakteri yang bermanfaat seperti Bifido. Bakteri ini menjaga saluran pencernaan bayi dari bakteri berbahaya, serta mencegah terjadinya kolik dan eksema.

Obesitas jarang dijumpai pada bayi yang minum ASI, tidak seperti mereka yang minum susu formula.

ASI juga membuat bayi lebih cerdas, karena DHA yang sangat penting untuk pembentukan otak jumlahnya lebih banyak. Penelitian menunjukkan, bayi ASI mendapatkan nilai 6-10 poin lebih tinggi dalam tes intelejensia dibandingkan bayi-bayi susu formula.

Dan tentunya logika sederhana menyatakan, ASI pasti cocok untuk bayi, karena ASI memang susu untuk anak manusia. Sedangkan susu formula sebenarnya adalah susu sapi yang tentunya paling cocok untuk anak sapi. [di/bc/illi/

Sumber : www.hidayatullah.com

Menyusui Cara Efektif Membakar Lemak

CIncinnati, Ibu-ibu muda yang baru memiliki anak memilih teknik menyusui untuk menurunkan berat badannya. Peneliti menemukan kegiatan menyusui memang bisa efektif menurunkan berat badan karena bisa membakar lebih dari 500 kalori.

Ibu-ibu yang baru melahirkan dan sedang menyusui mungkin tidak akan mengira bahwa mereka membakar lebih banyak kalori dibanding wanita yang pergi ke tempat fitnes.

“Jika menyusui dilakukan rutin selama 6 bulan, kemungkinan kurusnya akan lebih cepat setelah melahirkan,” kata Karen Wosje, profesor pedriatik dari Cincinnati Children’s Hospital Medical Center seperti dilansir Chicagotribune, Selasa (19/1/2010).

Meski demikian, tidak semua wanita pasca melahirkan bisa mendapatkan tubuh langsing dengan diet menyusui.

“Setiap hari saya memompa payudara untuk mendapatkan ASI agar bisa kurus setelah melahirkan. Bahkan saya punya 2 kulkas untuk menyimpan persediaan ASI saya, tapi berat badan saya tidak turun-turun juga,” kata seorang wanita.

Masalahnya adalah, semakin banyak air susu yang diproduksi, semakin tinggi pula nafsu makan ibu menyusui. Hal itu disebabkan karena produksi hormon prolaktin yang merangsang nafsu makan. Selain itu, faktor stres dan kurangnya aktivitas juga bisa menghambat keefektifan diet menyusui.

Untuk itu, yang harus dilakukan adalah memperbanyak aktivitas. “Tidak bisa hanya mengandalkan menyusui saja untuk bisa kurus. Tanpa melakukan kegiatan lainnya, percuma saja. Diet menyusui memang bisa membakar kalori, tapi banyak faktor lainnya yang mempengaruhi,” ujar Profesor Karen.

Diet menyusui terbukti efektif pada ibu-ibu yang sedang menyusui. Oleh karena itu beberapa peneliti pun terinspirasi untuk menerapkan teknik tersebut pada wanita yang tidak menyusui.

“Asalkan prinsip dan tekniknya sama, kami menduga diet menyusui juga bisa berguna untuk membantu para wanita yang kegemukan. Namun perlu studi lebih lanjut lagi untuk membuktikannya,” kata Prof Karen.
(fah/ir)

Sumber : Detikhealth

Menyusui Atasi Kegemukan Usai Persalinan

Menyusui merupakan salah satu cara untuk cepat menurunkan berat badan usai bersalin. Sebaiknya, iringi dengan olah fisik yang cukup.

CINCINATI–Tanpa disadari kegiatan menyusui pascamelahirkan membantu para ibu muda mengembalikan berat badan seperti semula. Fakta itu terungkap setelah para peneliti melakukan sebuah riset yang menyimpulkan kegiatan menyusui secara efektif membakar lebih dari 500 kalori.

Peneliti juga menyebutkan kegiatan menyusui bahkan jauh lebih efektif ketimbang menghabiskan waktu secara rutin mengikuti fitness. “Jika menyusui secara rutin selama 6 bulan, kemungkinan kurusnya akan lebih cepat usai melahirkan,” tukas Karen Wosje, Profesor Pediatrik dari Children Hospital Medical Center, seperti dikutip dari Chicagotribune.com,Selasa (19/1).

Meski demikian, Karen mengakui, tidak semua perempuan pascamelahirkan bisa mendapati tubuhnya langsung seketika dengan diet menyusui.

Salah seorang Perempuan kepada Chicagotribune.com mengaku dirinya sudah melakukan diet ini secara ketat tapi tetap saja berat badan dirinya tidak jua menyusut. “Setiap hari saya memompa payudara untuk mendapatkan ASI agar bisa kurus setelah melahirkan. Bahkan saya punya dua kulkas persedian ASI, tapi tetap saja berat badan saya tidak turun,” katanya.

Pasalnya, semakin banyak air susu yang diproduksi akan diikuti pula dengan nafsu maka ibu. Hal itu disebabkan, produksi hormon prolaktin yang merangsang nafsu makan. Selain itu, faktor stress dan kurangnya aktivitas juga menghambat suksesnya diet menyusui.

“Tidak bisa hanya mengandalkan menyusui untuk bisa kurus tanpa melakukan aktivitas apapun,” tegasnya.

Karen berpendapat kegiatan menyusui bisa membakar kalori tapi banyak faktor yang mempengaruhi. Ia juga menegaskan, asalkan prinsip dan tekniknya sama, diet menyusui juga bisa diterapkan pada perempuan dengan kegemukan. Tapi perlu bukti dan riset mendalam untuk mengungkap hal itu.

Sumber : Republika

Ibu Indonesia Teruslah Menyusui

Sunday, 02 August 2009
MENYUSUIbayi dengan ASI dapat mencegah kematian 1,3 juta bayi setiap tahun.Selain kekebalan tubuh bayi lebih baik,ibu pun berisiko lebih rendah terkena kanker payudara.

Pekan ini, tepatnya 1-7 Agustus mendatang,masyarakat di seluruh dunia menggemakan Pekan Menyusui Dunia (World Breastfeeding Week). Ini merupakan upaya global untuk terus meningkatkan kesadaran akan pentingnya menyusui bayi dengan ASI (air susu ibu) hingga 6 bulan. Hingga kini di seluruh dunia hanya terdapat kurang dari 40% ibu yang menyusui bayinya hingga 6 bulan sesuai anjuran WHO.

Banyak di antara para ibu yang menyerah dan patah arang karena tidak tahu bagaimana cara menyusui yang baik, misalnya cara perlekatan yang tepat.Ada pula yang beralasan sakit atau tidak nyaman saat menyusui. Sungguh ironis karena hal-hal demikian sesungguhnya tidak perlu terjadi jika saja para ibu mau bertanya atau mencari informasi tentang manajemen menyusui (laktasi) yang baik.Padahal menurut WHO, mengajari para ibu baru tentang cara menyusui dapat menyelamatkan 1,3 juta anak dari kematian setiap tahun.

”Meningkatkan hingga 90% angka menyusui global untuk bayi hingga usia 6 bulan dapat menyelamatkan sekitar 13% dari 10 juta kematian balita setiap tahunnya,”kata staf ahli WHO,Constanza Vallenas. Vallenas berpandangan, kurangnya jumlah praktisi menyusui menjadi salah satu kendala,baik di negara maju maupun negara-negara miskin. Untuk itu, ia mengharapkan adanya lebih banyak petugas di rumah sakit, klinis maupun komunitas yang membantu memberikan penyuluhan bagi para ibu ataupun calon ibu baru tersebut.

Sementara itu, dalam pernyataan terkait Pekan Menyusui Dunia 1-7 Agustus, Dirjen WHO Margaret Chan juga menekankan pentingnya memberikan dukungan bagi para ibu di daerah bencana untuk memulai kembali menyusui bayinya.Acapkali saat terjadi bencana dan setelahnya, aktivitas menyusui tergantikan dengan banyaknya bantuan yang datang, salah satunya susu formula.

Hal ini tidak boleh terus berlanjut karena menghentikan pemberian ASI dapat membuat bayi lebih berisiko terkena penyakit.”Fokusnya tetap aktif melindungi dan mendukung kegiatan menyusui,”sebut Chan. Sejak 2004, berdasarkan 3.000 lebih penelitian,WHO menyarankan pemberian ASI eksklusif pada satu jam pertama setelah lahir dan meneruskannya hingga 6 bulan. ASI adalah fondasi imunitas bagi bayi.Bahkan,kolostrum yang dihasilkan beberapa hari menjelang kelahiran hingga 4-5 hari pasca-melahirkan, kaya akan protein dan mineral untuk membantu merangsang kekebalan tubuh bayi.

Dengan daya tahan tubuh kuat, anak terhindar dari berbagai penyakit seperti diare dan radang paru (pneumonia). Manfaat yang sama tidak akan didapat jika ibu hanya memberi bayi susu formula. Sayangnya, banyak para ibu yang masih ragu dan bertanya-tanya bagaimana bayi dapat tumbuh dan berkembang optimal hanya dengan minum ASI selama 6 bulan. Padahal, selain memasok nutrisi dan mengoptimalkan kekebalan tubuh bayi, ASI juga paling aman bagi sistem pencernaan bayi yang masih sensitif.

Spesialis anak dan konsultan laktasi, Prof Dr Hj Rulina Suradi SpA(K) IBCLC, menjelaskan, saluran cerna merupakan salah satu organ terpenting dalam pertumbuhan. Sekitar 80% sel pada saluran cerna menghasilkan antibodi dan 40% jaringan cerna disusun oleh jaringan limfoid yang disebut Gut AssociatedTyphoidTissue (GALT).

”Kedua komponen ini sangat berperan bagi imunitas tubuh manusia. Di lain pihak, saluran cerna merupakan organ yang kerap terpapar lingkungan luar dengan masuknya makanan maupun mikroorganisme,” ujarnya. Secara fisiologis,janin aman dan steril dari mikroorganisme selama dalam kandungan.Namun,beberapa jam setelah dilahirkan,bayi bisa terpapar kuman.Untuk menangkalnya, bayisebaiknya diberikolostrum (disusui) segera setelah lahir. Ini penting karena kolostrum akan menutup reseptor yang ada dalam saluran pencernaan.

”Bayi yang mendapat ASI eksklusif saluran cernanya didominasi bifidobacteri, sejenis bakteri ‘baik’. Hal ini tidak terlihat pada bayi yang diberi susu formula,”ungkapnya. Sementara itu, banyak penduduk Amerika yang salah beranggapan bahwa susu formula itu sama baiknya dengan ASI. Kondisi ini diperburuk dengan adanya sejumlah ibu yang enggan atau malu memberi ASI kepada anaknya saat berada di tempat umum.

”Temuan ini membuktikan bahwa diperlukan pemahaman dan penanaman kesadaran kepada masyarakat luas tentang pemberian ASI sebagai makanan terbaik untuk perkembangan bayi,” ujar Dr Rowe Li dari the Centers for Disease Control and Prevention (CDCP) Amerika. Li yang juga seorang peneliti menekankan bahwa banyak manfaat yang diperoleh dari pemberian ASI. (inda susanti/rtr)
Sumber : SINDO