Wednesday, April 28, 2010

Haruskah Aku Menjadi Ibu Susuan atau Mencari Ibu Susuan Bagi Buah Hatiku?

Bismillaahi rahmani rahim..
Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh..


Tulisan ini saya buat sebagai lanjutan dari rangkaian mengenai DONOR ASI. Tulisan ini bertujuan memberikan pencerahan kepada setiap ibu dan ayah mengenai hukum donor ASI dan meredam kekhawatiran akan hal yang terkait dengan saudara persusuan.


Semoga tulisan ini bermanfaat, dan mohon maaf jika ada kesalahan penafsiran atau penyampaian semua berasal dari saya. Segala kesempurnaan hanyalah milik Allah subhana wa ta’ala semata. Shalawat serta salam saya berikan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabat, serta keluarga.

Haruskah Aku Menjadi Ibu Susuan atau Mencari Ibu Susuan Bagi Buah Hatiku?



“… maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS An Nahl : 43)

Dalam Islam, donor ASI telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam. Diriwayatkan bahwa setelah Beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam lahir, ibunya Aminah adalah wanita yang pertama kali menyusui dan kemudian dilanjutkan oleh Tsuwaibah, hamba sahaya Abu Lahab yang kebetulan sedang menyusui anaknya bernama Masruh. Tsuwaibah sebelumnya juga menyusui Hamzah bin Abdul Muthalib dan Abu Salamah bin Abdul-Asad Al-Makhzumy.


Tradisi yang berjalan di kalangan Bangsa Arab yang relatif sudah maju adalah mereka mencari wanita-wanita yang bisa menyusui anak-anaknya, sebagai langkah untuk menjauhkan anak-anak itu dari penyakit yang yang menjalar di daerah tersebut; Dengan tujuan agar tubuh bayi menjadi kuat, otot-ototnya kekar dan agar keluarga yang menyusui dapat melatih bahasa Arab.


Maka Abdul Muththalib mencari para wanita yang bisa menyusui bagi Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam. Dia meminta kepada wanita dari Bani Sa’d bin Bakr agar menyusui beliau, yaitu Halimah bin Abu Dzu’aib, dengan didampingi suaminya, Al Harits bin Abdul Uzza, yang berjuluk Abu Kabsyah, dari kabilah yang sama.


Saudara-saudara Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam dari satu susuan di sana adalah Abdullah bin Al Harits, Anisah binti AL Harrits, Hudzafah atau Judzamah binti Al Harits, yang julukannya lebih popular dari namanya sendiri, yaitu Asy Syaima. Wanita inilah yang menyusui anak paman beliau, Abu Sufyan bin Al Harits bin Abdul Muththalib.


Paman beliau, Hamzah bin Abdul Muththalib juga disusui di Bani Sa’d bin Bakr. Suatu hari ibu susuan Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam ini juga pernah menyusui Hamzah Radiallahu ‘Anhu.
Jadi Hamzah Radyallahu ‘Anhu adalah saudara sepersusuan dari kedua pihak yaitu Tsuwaibah dan dari Halimah As-Sa’diyah. (Al-Mubarakfury ,Syaikh Shafiyyurahman. Sirah Nabawiyah. Cetakan I. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 1997. Hal. 75-76)


Dari uraian di atas terlihat begitu jelas mengenai bagaimana Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki ibu susuan dan saudara persusuan. Sehingga menambah kekuatan dan keyakinan bahwa sungguh indah menjadi seorang ibu susuan atau bahkan mengupayakan anak kita memiliki ibu susuan, karena keberkahan semakin melimpah diiringi bertambah panjangnya tali silaturahim dengan banyak saudara dan jaminan kualitas hidup anak terjaga.


Air susu yang ibu miliki sesungguhnya telahmencukupi kebutuhan buah hati, bahkan berlebih. Banyaknya jumlah ASI yang dihasilkan tergantung pada permintaan, sehingga jika Ibu mulai memompa susu ekstra untuk menyumbang maka tubuh Anda akan merespon dengan memproduksi lebih banyak ASI.
Beberapa keadaan dimana dibutuhkan bantuan ibu susuan / Donor ASI adalah, (HMBANA, 2008; Tully, 2002; WHO, 2003; American Academy of Pediatrics/AAP (Gartner et al., 2005); Donor ASI adalah sebagai alternatif ketika ibu mengalami kesulitan dalam memproduksi ASI.)


1. Pada bayi prematur, dimana ibu kandung mereka mengalami kesulitan dalam memerah ASI dan / memiliki bayi prematur
2. Bayi dengan usia lebih tua, dimana mereka memiliki masalah kesehatan, seperti bayi dengan kelainan bibir sumbing, Down’s Syndrome, dan sebagainya dimana ibu terganggu secara emosi
3. Alergi terhadap susu formula atau makanan pengganti ASI lainnya
4. Defisiensi IgA ( pada neonatal, bayi, dan juga dewasa ) (Merhav et al., 1995; Tully, 1990)
5. Sebagai tambahan nutrisi pasca bedah ( postsurgical nutrition ), seperti pembedahan saluran usus ( Rangecroft et al., 1978)
6. Infeksi saluran pencernaan kronis ( severe gastrointestinal infections )
7. Kelainan metabolik ( metabolic disorder )
8. Sebagai tambahan pada bayi sehat, dimana ibu kandung mengalami penurunan produksi ASI secara sementara atau permanen, seperti minimnya jumlah kelenjar susu ( lack of glandular tissue / tubular hypoplastic breast ), operasi pada payudara, atau ibu menderita HIV/AIDS aktif ( ibu tidak mengkonsumsi ARV secara teratur sejak awal kehamilan ) dan adopsi.

No comments:

Post a Comment