Tuesday, October 26, 2010

Mengapa Susu Formula Perlu Dibatasi

VIVAnews - Kampanye memberikan air susu ibu (ASI) kembali gencar menyusul rencana larangan iklan susu formula untuk bayi di Indonesia. Ini memperkuat argumen bahwa susu formula tak dapat menggantikan manfaat ASI.

Dalam sebuah penelitian di Inggris, susu formula bahwa dinyatakan memiliki sejumlah efek buruk. Bukan hanya tak mampu memenuhi kebutuhan bayi, tapi juga mengandung zat berbahaya yang menempatkan bayi pada risiko kesehatan buruk.

Penelitian yang dilakukan tim dari Keele University, Staffordshire, itu memeriksa 16 sampel susu formula merek ternama untuk anak-anak usia satu tahun ke bawah yang beredar di Inggris.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal BMC Pediatrics ini menunjukkan, jejak logam dalam 16 sampel susu itu melebihi ambang batas aman. Mayoritas sampel menunjukkan kandungan alumunium 40 kali lebih banyak dari ASI.

Salah satu produk susu untuk bayi prematur bahkan memiliki kandungan alumunium supertinggi mencapai 800 mikrogram per liter. Padahal, aturan kesehatan yang telah disepakati di negara-negara Eropa tidak boleh lebih 200 mikrogram per liter.

Seperti dikutip dari laman Daily Mail, Dr Chris Exley, yang memimpin studi itu, mengatakan, "Kami telah meneliti kandungan aluminium dalam susu formula selama bertahun-tahun dan berpotensi membahayakan anak."

Exley mengatakan bahwa asupan alumunium berlebih memang tak memiliki efek frontal pada anak yang meminumnya. "Anak tidak akan meninggal gara-gara minum susu formula, tapi asupan alumunium dari susu formula ini berhubungan dengan penyakit saraf dan cacat tulang di kemudian hari, bahkan ada hubungan dengan demensia."

Pembatasan asupan susu formula telah dilakukan di sejumlah negara dengan mengadopsi Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981.

Seperti dikutip dari situs UNICEF, di Iran, pemerintah setempat melakukan kontrol ketat terhadap impor dan penjualan susu formula pengganti ASI. Masyarakat hanya dapat membeli susu formula dengan resep dokter. Tak hanya itu, kaleng susu juga tak boleh menampilkan merek, gambar atau pesan promosi.

Sementara undang-undang di India mengharuskan produsen susu formula untuk menyertakan peringatan mencolok tentang potensi bahaya di kaleng. Peringatan ini harus ditempatkan di tengah-tengah label sehingga terbaca pembeli. (pet)

Tuesday, October 12, 2010

Para Ayah pun Dapat Berpartisipasi oleh: Rahadian P. Paramita

eharusnya sudah menjadi hal biasa jika suami ikut berperan dalam mempromosikan menyusu ASI Eksklusif, dan terutama proses Inisiasi Menyusu Dini. Seperti hasil sebuah penelitian S3 dari UI, yang menyatakan bahwa peran suami sangat diperlukan untuk mensukseskan ASI Eksklusif.

WABA, jaringan global yang peduli dengan isu seputar menyusui, kini pun menyediakan sebuah halaman khusus yang membahas peran Ayah/Suami, atau bahkan para pria, untuk ikut terlibat. Dalam halaman yang baru dibuka sejak tahun 2006, Anda bisa temui beberapa referensi yang mendukung peran kaun adam dalam proses menyusui. Program ini disebut sebagai Men's Initiative.

Dalam salah satu publikasinya, program ini menulis tentang 7 hal yang dapat Ibu lakukan, agar para Ayah turut berpartisipasi dalam kegiatan mengurus anak/bayi (yang saya terjemahkan secara bebas):

1. Cobalah melihat sesuatu dari perspektif Ibu
Ada kalanya para Ibu menilai kontribusi Ayah berdasarkan apa yang selama ini si Ibu lakukan. Hal ini menyebabkan peran Ayah menjadi sangat kecil, bahkan jadi terabaikan. Sebaliknya, para Ayah terkadang mengukur kontribusinya berdasarkan apa yang dilihatnya dari sang Kakek ('Ayah' si Ayah pada waktu kecil/sebelum menikah). Terkadang bahkan berdasarkan teman-teman berkumpul, atau teman se kantornya. Dengan sudut pandang seperti ini, Ayah jadi terlalu cepat puas, atau sudah merasa memberi kontribusi yang cukup.

2. Sesuaikan standar Anda (terhadap kontribusi si Ayah)
Bahwa pria dan wanita memiliki standar yang berbeda, itu sudah menjadi keniscayaan. Karenanya, Ibu harus mau menyesuaikan standar untuk mengukur kontribusi si Ayah. Jangan terlalu keras menuntut Ayah ntuk melakukan persis seperti yang Anda lakukan. Ayah mungkin memiliki gaya atau cara yang unik dalam mengganti popok atau menenangkan bayi yang menangis. Selama cara itu masih aman dan tidak berbahaya, Anda tidak perlu mencerewetinya. Ibu 'kan belum tentu selalu benar... :D

3. Perlakukan suami/pasangan Anda sebagai partner, bukan pembantu
Ketika si Ayah mulai berpikir bahwa perannya dalam keluarga adalah seperti asisten Ibu, Ibu perlu mulai memikirkan peran yang masuk akal untuk dituntut dari suaminya. Kalau Ibu hanya 'meminta bantuan' kepada Ayah, hanya akan menguatkan persepsi Ayah bahwa dia adalah pembantu Ibu, dan memiliki tanggung jawab yang terbatas terhadap perawatan anak. Lebih baik Ibu mendiskusikan bersama Ayah, bagaimana membagi tanggung jawab tersebut secara proporsional.

4. Beri penghargaan yang layak kepada suami Anda
Dalam kelompok, biasanya laki-laki paling benci jika disuruh melakukan sesuatu yang membuat mereka merasa/tampak tidak mampu (tidak kompeten). Di saat yang sama, laki-laki pada umumnya senang kalau diberi penghargaan. Sesekali berilah pujian pada suami Anda atas pekerjaan yang telah dilakukannya, dan dorong dia untuk melakukannya lagi, meskipun tidak sama persis seperti apa yang biasa Anda lakukan.

5. Jangan menjadi 'Si Paling Tahu'
Meskipun Ibu paling tahu bagaimana menghentikan tangisan bayi, cobalah untuk tidak terlalu menggurui suami Anda. Biarkan si Ayah menmukan caranya sendiri, karena dengan begitu akan membangkitkan kepercayaan diri, dan motivasi si Ayah untuk melakukannya lagi. Laki-laki dan perempuan selalu memiliki perbedaan dalam hal mengatasi masalah, jadi jangan terlalu memaksakan cara Anda.

6. Tunjukkan bahwa Anda tidak mungkin bisa melakukan segala hal
Tunjukkan kepada suami Anda bahwa Anda pun memiliki keterbatasan. Dengan memahami hal ini, Ayah akan lebih nyaman dalam mengambil peran dalam kegiatan domestik dalam rumah tangga.

7. Definisikan ulang kata "Bekerja"
Ketika berbagi tanggung jawab, banyak pasangan yang mengalami masalah dalam menggunakan kata "Bekerja". Kegiatan apa saja yang Anda sebut "Bekerja" di rumah? Sepakati pemahaman ini bersama suami, agar tidak memunculkan ketimpangan. Sesekali, lakukanlah pertukaran peran, misalnya membiarkan suami Anda memasak, dan Anda dapat beristirahat. Pertukaran seperti ini akan lebih membangun kesepahaman tentang kontribusi apa yang dapat dilakukan oleh masing-masing.

(Becoming a Better Dad: Seven Ways Your Spouse Can Helps)
Anda dapat mengunduh file aslinya (pdf), di sini.

*Blog ini sudah terdaftar sebagai salah satu resources yang turut mengkampanyekan ASI Eksklusif dan IMD di Indonesia, terutama yang dilakukan oleh pria *karena saya memang pria :D*. Anda para Ayah yang juga peduli dengan ASI Eksklusif dan IMD? Anda punya blog atau web, atau apapun yang bisa dishare? Silakan kunjungi web Men's Initiative nya WABA.

Kategori: Ayah/Suami, Media

Close
Forgot password?
Please put in your email: Send me my password!

Close message
Login

* This blog post
* All blog posts

Subscribe to this blog post's comments through...

* Add to netvibes
* Subscribe in NewsGator Online
* Add to My Yahoo!
* Feedblitz

* Add to Pageflakes
* Add to Google
* Subscribe with Bloglines
* Add to Microsoft Live

RSS Icon RSS Feed

Subscribe via email
Subscribe

Subscribe to this blog's comments through...

* Add to netvibes
* Subscribe in NewsGator Online
* Add to My Yahoo!
* Feedblitz

* Add to Pageflakes
* Add to Google
* Subscribe with Bloglines
* Add to Microsoft Live

RSS Icon RSS Feed

Subscribe via email
Subscribe
Follow the discussion
Comments (6)
Loading... Logging you in...
Close

Login to IntenseDebate

Or create an account
Username or Email:
Password:

Forgot login?
OpenID
Cancel Login
Close WordPress.com
Username or Email:
Password:

Lost your password?
Cancel Login
Close

Login with your OpenID

Or create an account using OpenID
OpenID URL:
Back
Cancel Login
Dashboard | Edit profile | Logout

* Logged in as

Admin Options

Disable comments for this page

Save Settings

Sort by: Date Rating Last Activity
Loading comments...
0 Vote up Vote down
's avatar - Go to profile

dwi (seorang ayah da · 136 weeks ago
artikel menarik. tapi, agak bias ayah, ya?
Reply
0 replies · active 136 weeks ago
Loading...
+1 Vote up Vote down
rahadian p. paramita's avatar - Go to profile

rahadian p. paramita 49p · 136 weeks ago
maksute piye mas? kok bias ayah? bukankah tulisan di atas adalah saran untuk ibu, supaya bisa 'mendayagunakan' ayah dalam porsi kegiatan domestik rumah tangga?
Reply
3 replies · active 136 weeks ago
+1 Vote up Vote down
dwi's avatar

dwi · 136 weeks ago
maksute terlalu membela ayah gitu lohh. misalnya "ibu harus menyesuaikan standard ayah" (no. 2) , "ibu mulai perlu memikirkan peran masuk akal si ayah" (no. 3), "ibu beri penghargaan ke ayah" (no. 4), "ibu jangan merasa paling tahu" (no. 5)", "ibu yang disuruh memulai pertukaran peran (no. 7)". nadanya, semuanya ditujukan ke ibu, sekurang-kurangnya ibulah yang mesti memulai semua ini. ngono lho rek.
Reply
Loading...
+1 Vote up Vote down
rahadian p. paramita's avatar - Go to profile

rahadian p. paramita 49p · 136 weeks ago
Huehehe... maksut tulisan itu nggak membela si ayah sih sebenarnya. Soalnya terjemahan, jadi bahasa indonesianya agak bias Ayah ya? Persoalannya, kalau kerjaan Ayah di benchmark pake hasil kerjaan Ibu, pasti si Ayah K.O. :D
Reply
0 Vote up Vote down
dwi's avatar

dwi · 136 weeks ago
hahahaha... bener ... bener. kasian deh lo ayah
Reply
0 Vote up Vote down
's avatar - Go to profile

ade · 17 weeks ago
thx yaa infona.. 

sangat bermanfaat..

Monday, October 4, 2010

Saturday, October 2, 2010

Diare tidak Harus Dilawan Antibiotik

IDAK semua balita penderita diare membutuhkan antibiotik, kecualidengan indikasi terserang diare berdarah. Demikian kata Guru BesarFakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, sekaliguspenerima Bakrie Award 2010, Prof Dr Yati Soenarto.

"Selama ini pengobatan diare pada balita selalu mengandalkan antibiotikdan antiparasit.Padahal tidak semua penderita diare membutuhkan antibiotik," ujar Yati,kemarin.

Ia mengatakan pemberian antibiotik yang sembarangan justru akanmenimbulkan resistensi. Tidak hanya pada penyakit penyebab diare, tetapijuga pada penyakit-penyakit lainnya.

"Saya dan tim menemukan penyebab terbesar penyakit diare bukan bakteriatau parasit, melainkan disebabkan rotavirus. Temuan tersebut berimbaspada metode pengobatan diare," ujarnya.

Menurut Yati, diare dapat diatasi dengan menerapkan beberapa langkah,yaitu dengan memberikan oralit, zinc, air susu ibu, dan makanan.Sementara itu, antibiotik hanya diberikan kepada penderita diare berdarah.

Pemberian oralit pun tetap menjadi solusi paling jitu untuk mengatasidiare agar tidak berakibat fatal. "Berdasarkan hasil penelitian,pemberian oralit terbukti mampu menurunkan angka kematian balitapenderita diare dari rasio 40/100 menjadi 7/100," jelas Yati.

Diare masih menjadi penyebab utama kematian pada balita.

Fakta itu pula yang mendorong Yati terus menggeluti masalah tersebut."Sejak 1970-an diare menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita didunia, dan hal itu mendorong saya untuk menggeluti lebih dalam tentangpenyakit ini.'' Ia menambahkan, ia dan tim dari Fakultas Kedokteran UGMsedang mengembangkan vaksin rotavirus sebagai penangkal diare. Adanyapengembangan, selain bisa menghadirkan vaksin yang terjangkau,diharapkan dapat mengikis ketergantungan Indonesia terhadap obat-obatanimpor. (Ant/H-1)

http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2010/08/18/ArticleHtmls/18_08_2010_020_016.shtml?Mode=0
Comment · LikeUnlike · Share

*
*
Ninik Suyanti likes this.
*
o
Kiki D. Wiradinata Bawa k wc buuu,,, hehehe
August 19 at 10:36pm · LikeUnlike
o
NUr Aini ‎@teh kiki: sok atuh..mangga...
August 20 at 4:51am · LikeUnlike
o
Chodijah Budiastuti Terima kasih yah infonya....pas banget anak lagi diare, tp terlanjur aku kasih antibiotik abis pake zinc ga ampuh juga
August 20 at 5:58am · LikeUnlike
o
NUr Aini ‎@chotidjah: ok dech!! Anaknya udah sembuh? Jgn sampai Anaknya dehidrSi yah bunda
August 20 at 3:31pm · LikeUnlike
* Write a comment...

SUSU FORMULA BERISIKO MENYEBABKAN OTAK TAK BERKEMBANG

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemberian susu formula pada bayi baru lahir ternyata memberi risiko yang tak ringan. Otak bayi berpotensi tidak berkembang akibat terlalu banyak mengkonsumsi susu formula.



''Risiko sistem jaringan otak tidak terbangun sebesar 20 persen,'' kata Penasihat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) DKI Jakarta, Sri Purwanti Hubertin, Senin (23/8).



Hubertin mengatakan bahwa kandungan susu formula tidak sebaik kandungan nutirisi yang terdapat di dalam air susu ibu (ASI). Dia mencontohkan taurin, asam amino rantai panjang, untuk proses maturasi otak banyak terdapat di ASI dan hanya sedikit terkandung pada susu sapi.



Protein whey yang mudah diserap oleh usus bayi dan digunakan 100 persen oleh tubuh ada pada ASI. 65 Persen protein ASI berjenis whey sedangkan pada susu formula kandungan protein whey maksimal hanya 20 persen dan sisanya protein casein. Whey protein diketahui mengandung enzim, hormon, antibodi, faktor pertumbuhan, dan pembawa zat gizi.



Dalam sebuah artikel Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) disebutkan susu formula lebih banyak mengandung protein casein hingga 80 persen yang sulit dicerna usus bayi yang pada akhirnya dibuang oleh bayi. Pembuangan protein casein tersebut lewat ginjal. Sehingga ginjal bayi sudah dipaksa untuk membuang casein.



Ginjal bayi yang sudah bekerja membuang protein casein, dikatakan Hubertin, menjadi salah satu pemicu banyak kasus gagal ginjal terjadi pada anak. Ia mencontohkan saat ini anak usia 14-15 tahun ada yang sudah menderita gagal ginjal.



''Risiko lain dari konsumsi susu formula adalah mudahnya terjadi pengapuran pada pembuluh darah,'' kata Hubertin. Karena lemak di dalam ASI selain sebagai nutrisi juga membentuk enzim penghancur lemak yang tidak diperlukan tubuh. Pada susu formula enzim penhancur tidak terbentuk sehingga lemak berdiam di dalam tubuh yang menyebabkan pengapuran pada pembuluh darah. ''Yang terlihat saat ini banyak orang stroke muda. Salah satu penyebabnya adalah pengapuran yang terjadi pada pembuluh darah,'' tutur dia.



Beberapa risiko tersebut menyebabkan pemberian ASI sangat penting bagi bayi baru lahir. Ibu harus paham betapa pentingnya ASI bagi bayi. Namun Hubertin menyayangkan masih banyak petugas kesehatan maupun fasilias kesehatan yang belum menyadari pentingnya ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sehingga mereka kurang mendorong pemberian ASI pada bayi baru lahir.





Red: Endro Yuwanto





Tanggapan :



Wahai, para ibu... Allah memberikan amanah kepada para ibu , untuk menyusui bayinya selama 2 tahun, maka sungguh berharganya waktu 2 tahun itu, untuk memberikan kasih sayang ibu yang utuh kepada bayinya. Kasih sayang ibu, tentu perlu di barengi dengan kasih sayang ayah. Kasih sayang dan tanggung jawab seorang Ayah kepada keluarganya adalah dengan memberikan nafkah yang halalan toyiban.



Wahai ibu... berhati-hatilah ketika ibu sedang mengandung, ingat-ingatlah banyak jaring-jaring "KAPITALIS" di sekitar ibu untuk membuat ibu tergantung kepada "PRODUK SUSU BUATAN" yang tidak "ASLI" agar bayi ibu menjadi calon komoditi "BISNIS KAPITALIS" yang menggiurkan, pada masa mendatang. Banyak jaring-jaring " KAPITALIS" di dalam program "VAKSINASI" yang membahayakan, banyak jaring-jaring "KAPITALIS" pada saat setelah melahirkan , ibu di pisah dari sang bayi selama 6 jam, disinilah terjadi "PROGRAM PENCEKOKAN" bayi ibu dengan SUSU FORMULA. Oleh karenanya mintakan dengan tegas kepada petugas kesehatan, agar ibu dan bayi dapat segera di pertemukan, untuk mensegerakan sang bayi menyusu pada ibunya dengan ASI yang telah ALLAH ciptakan ,untuk sang bayi.



Belajarlah menjadi "Ibu" standard Allah dan Rasulullah, agar anak ibu menjadi anak yang sehat, cerdas, soleh dan solehah. Belajarlah kepada Ustad dan Ustadzah yang paham tentang Cara merawat Kesehatan menurut petunjuk Rasulullah, Tentu ibu-ibu sekarang sangat bingung ya.. untuk mendapatkan informasi yang benar... karena memang dunia saat ini sedang dalam kondisi carut-marut. Bila kita tidak hati-hati maka bisa-bisa kita terperosok kedalam lumpur yang Pekat.



Tugas kita bersama, para Praktisi THIBUNABAWI, " Kedokteran ala Rasulullah", untuk turun ke masyarakat dan memberikan pencerahan. Saatnya untuk berbagi Ilmu, untuk cerdaskan generasi Rabbani, calon pemimpin masa depan.



Hj. Ummu Salamah, SH. Hajjam.

Pondok Sehat "An-Nabawiyah"

Jl. Raya bukit No 38. Serua Ciputat.

081398665033, 021-74639255

anakmu bukan milik mu


Anakmu bukan milikmu





Mereka adalah putra-putri sang hidup,



yang rindu akan dirinya sendiri



Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau



Mereka ada padamu, tetapi bukan milikmu



Berilah mereka kasih sayang, namun jangan berikan pemikiranmu



Karena pada mereka ada alam pikiran sendiri



Patut kau berikan rumah bagi raganya,...namun tidak bagi jiwanya



Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan



yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam mimpi,



Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,



namun tidak boleh membuat mereka meyerupai engkau



Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur ataupun tenggelam ke masa lampau



Engkaulah busur tempat anakmu



Anak panah hidup... melesat pergi



Kahlil Gibran

MAAFKAN IBU ANAKKU


Saat pulas tidurmu kucium lembut pipi mungilmu dan kuusap rambutmu

sungguh anakku, ibu mencintaimu



Maafkan ibu, anakku ketika tadi siang

engkau kubentak karena adik baru tidur dalam pelukanku

sedangkan badanku penat bukan main lantas engkau menjauh

sambil tetap memandangku



Maafkan ibu, anakku ketika jari ibu

meninggalkan bekas merah di pahamu

hanya karena engkau makan sembari bermain-main

lalu nasimu tumpah ke lantai tapi engkau tak menangis,

hanya mata beningmu menatapku dengan takut-takut



Maafkan ibu, anakku yang menolak bercerita saat engkau ingin mendengar kisah

yang bisa membuatmu tertawa gembiraatau menitikkan air mata,

hanya karena ibu sedang lelah....

atau ibu sedang sibuk dengan pekerjaan lainnya



Maafkan ibu, anakku yang tidak lebih awal menjumpaimu untuk sekedar

duduk dan bermain bersama hanya karena ibu ingin

melakukan sesuatu untuk diri ibu...

anakku,

betapa ibu merasa bersalah

begitu ibu tahu engkau sangat dan sangat rindu duduk dipangkuanku



Maafkan ibu, anakku yang marah kepadamu

hanya karena kesalahan yang sebenarnya bukan kesalahanmu...

ibu marah hanya karena ibu letih mengerjakan pekerjaan seorang ibu



Maafkan ibu, anakku

terkadang ibu ingin bisa membagi tubuhku agar segala keinginanmu terpenuhi...

sedang sebagian tubuhku yang lain mengerjakan tugas dan pekerjaan yang lain lagi..



Maafkan ibu, anakku

yang tidak mampu memberikan seluruh waktuku untukmu...



andai engkau tahu sayangku...

betapa ibu sangat mencintaimu,

betapa ibu terkadang bisa begitu ketakutan akan kehilanganmu,

betapa ibu bisa tertawa hanya karena tingkahmu,

betapa ibu bisa menangis tatkala melihatmu kecewa,

betapa ibu khawatir ketika engkau sakit..



Anakku,

sungguh ibu tak mengharap apa-apa

tatkala ibu berjuang menghadirkanmu ke dunia,

mendengar engkau sehat... itu saja telah mampu

menghilangkan seluruh derita



Sering ibu bertanya,

marahkah engkau pada ibu yang telah

marah kepadamu..

gelengan kepalamu membuat ibu lega,

walau tetap tak akan mampu menghapus rasa sesal dihatiku



Sungguh anakku,

cinta ibu padamu hanya Tuhan yang tahu...

tak pernah seseorang bisa mengukur dalamnya

cinta seorang ibu pada anaknya,

sampai ia kelak menjadi seorang ibu.



Maafkan ibu, anakku...

yang tak mampu menjadi ibu sebagaimana

seharusnya seorang ibu yang sempurna



Anakku...

ridha ibu adalah milikmu

agar kelak engkau mudah memasuki surga-Nya

(hanya itu mungkin, yang mampu ibu berikan untukmu, duhai permata hatiku......)