Tuesday, May 31, 2011

kiat agar bayi bisa mandiri



Sebenarnya memberikan kasih sayang terhadap bayi tidak akan membuat bayi menjadi manja, sehingga berkesan tidak bisa mandiri. Sebab kemandirian yang dituntut para ibu terhadap bayinya, baru bisa di dapat bila bayi dilatih ke arah itu.


Berikut beberapa kiat agar bayi bisa mandiri :


Biarkan bayi selama mungkin berada di tempat tidurnya
Menangis adalah cara bayi berkomunikasi. Karena itu bila si mungil merengek, bukan berarti dia minta di gendong. Ada banyak kebutuhan lain yang juga dieskspresikan melalui tangisan tersebut. Misalnya, di saat ia lapar, popoknya basah, merasa tak nyaman atau butuh perhatian. Ibu dapat memberinya susu atau makan, mengganti popoknya, merubah posisinya atau mengajaknya bermain, tanpa harus menggendongnya.


Biasakan bayi bermain sendiri
Bila bayi sudah dapat bermain, pastikan ia memiliki mainan atau benda-benda di dekatnya untuk teman bermain. Mengingat daya pemusatan perhatiannya masih pendek, bantulah ia dengan menyediakan 2 atau 3 mainan dalam jangkauannya. Bila ia tampak bosan dan gelisah, sebelum berubah menjadi rengekan, ibu dapat mengganti dengan mainan lainnya.


Sediakan botol yang sesuai
Menginjak usia lima bulan, umumnya bayi telah memiliki kemampuan untuk memegang botolnya sendiri. Untuk itu ibu perlu menyediakan botol plastik yang ringan agar tangan mungilnya kuat menyangga serta tidak mudah pecah. Selain itu juga dilengkapi dengan dot yang tidak mudah tertekuk (bisa dipilih yang terbuat dari silikon) dan regulator. Regulator adalah alat untuk mengatur aliran susu sesuai irama isapan bayi sehingga bayi terhindar dari kemungkinan tersedak.


Latihlah bayi untuk makan sendiri
Mulai usia tujuh bulan, umumnya bayi sudah mampu memegang sendiri makanannya. Mengingat belajar memegang makanan ini merupakan langkah pertama menuju meja makannya sendiri, untuk itu ibu harus melakukannya dengan sabar. Pada tahap awal biarkan makanan yang dipegangnya hanya merupakan tambahan dalam diet bayi. Setelah kemampuannya berkembang, biarkan ia memegang sendok sendiri dan ibu yang mengarahkannya. Pada pertengahan tahun kedua, ia sudah dapat makan di meja makannya sendiri.


Latihlah bayi untuk minum dari cangkirnya sendiri
Melatih bayi untuk minum dari cangkir sendiri sangat berguna agar bayi sedini mungkin menyadari bahwa ada cairan lain selain dari botol maupun payudara. Sehingga untuk proses penyapihan, bayi akan lebih mudah menerimannya.


Biarkan ia belajar menggosok giginya sendiri
Gigi bayi umumnya tumbuh di awal bulan ke tujuh. Pada masa ini sangat bijaksana jika ia mulai diperkenalkan dengan sikat gigi. Carilah satu set sikat gigi yang tepat bagi bayi. Sikat gigi step 1 yang terbuat dari karet, selain berfungsi membersihkan gigi, sikat ini juga dapat dimanfaatkan bayi untuk mengurangi rasa gatal pada gusinya. Sikat gigi ini dilengkapi dengan pengaman sehingga terhindar dari kemungkinan sikat menyodok kedalam. Lalu step 2 dan step 3 yang dirancang sesuai dengan pertumbuhan gigi selanjutnya.


Latihlah ia menggunakan toilet
Latihan ini akan lebih berhasil, bila sudah ada tanda-tanda kesiapan pada si mungil. Antara lain, ia sudah mengetahui tentang sistem pembuangan, ia sudah dapat melepaskan dan memakai baju sendiri, dan ia sudah dapat mengerti dan mengikuti petunjuk. Latihlah ia dengan cara membiarkan ia melihat apa yang Anda lakukan dan buatlah ia merasa bangga akan produk buangan yang dikeluarkannya.


Ketujuh latihan di atas membutuhkan kesabaran penuh dari para ibu. Ibu perlu menyediakan waktu untuk melatihnya dengan penuh kasih sayang. Sehingga latihan yang dilakukan tidak berubah menjadi ajang perang, tetapi menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi ibu maupun bagi si mungil. Repot? Tentu saja. Tetapi bila ini tidak dilakukan, maka kerepotan yang lebih besar akan menunggu. Si mungil Anda akan semakin sulit untuk bisa mandiri.


sumber : http://sambilminumteh.blogspot.com/2011/03/melatih-bayi-mandiri.html

alasan mengapa melanjutkan menyusui setelah kembali bekerja

Diperlukan upaya untuk terus menyusui ketika Anda harus berada jauh dari bayi Anda, tetapi ada alasan bagus untuk tetap menyusui , bayi Anda mendapat gizi yang lebih baik dan kalian berdua terus menikmati kedekatan yang special ini. Ada juga manfaat praktis lainnya juga:

1. Menyusui bayi sehat, jadi ibu (dan ayah) akan kehilangan hari kerja lebih sedikit tinggal di rumah dengan bayi yang sakit karena tidak diterima di tempat penitipan anak. Studi menunjukkan bahwa ibu menyusui mempunyai tiga sampai enam kali lebih sedikit ketidakhadiran dibanding dengan ibu yang memberi bayinya susu formula.

2. Menyusui menghemat uang. Satu kali pompa pembelian lebih murah daripada membeli susu formula. Bahkan menyewa breastpump elektrik ke rumah sakit kelas mungkin lebih murah daripada membeli susu formula. Menyusui bayi juga menggunakan lebih sedikit uang untuk berobat, karena lebih sedikit kunjungan ke dokter dan lebih sedikit penyakit serius.

3. Memberikan ASI untuk menyusui selama kau pergi melindungi bayi terhadap alergi.

4. Memompa, menyimpan susu dan bahkan bocor saat Anda sedang bekerja membantu Anda merasa terhubung dengan bayi Anda saat Anda harus berpisah.

5. Karena hanya ibu dapat menyusui, bayi selalu tahu siapa orang yang paling ia sukai. Pengasuh anak, babysitter, dan tempat penitipan anak pekerja tidak dapat menggantikan ibu yang menyusuinya.

6. Ibu dapat menantikan saat-saat mendekap anak dan menyusuinya dengan penuh kehangatan setelah berjam-jam berpisah karena bekerja di luar rumah. Ibu dan bayi dapat menikmati kenyamanan dan kedekatan menyusui selama mereka bersama-sama, siang dan malam.

Pentingnya Teknik Memerah yang Tepat

Pentingnya Teknik Memerah yang Tepat Jika kita

perhatikan cara memerah ASI dg tangan tampaknya sulit dari yg dibayangkan. Dalam hal ini, tangan harus lebih cepat dari mata. Sehingga banyak ibu yg merasa bahwa memerah ASI dg tangan sangat sulit. Meskipun ia telah belajar dari bacaan atau pun praktek langsung. Memang, ASI dapat diperah dg mudah tanpat teknik apapun. Namun satu hal yg sering terlupakan adalah teknik yg tidak tepat akan merusak jaringan lemak pada payudara, membuat payudara menjadi lecet. Bahkan kulit payudara bisa menjadi memar atau memerah.

Memerah ASI dg teknik Marmet awalnya diciptakan oleh seorang ibu yg harus mengeluarkan ASInya karena alasan medis. Awalnya ia kesulitan mengeluarkan ASI dg refleks yg tidak sesuai dg refleks keluarnya ASI saat bayi menyusu. Hingga akhirnya ia menemukan satu metode memijat dan menstimulasi agar refleks keluarnya ASI optimal. Kunci sukses dari teknik ini adalah kombinasi dari cara memerah ASI dan cara memijat.

Jika teknik ini dilakukan dg efektif dan tepat, maka seharusnya tidak akan terjadi masalah dalam produksi ASI ataupun cara mengeluarkan ASI. Teknik in dapat dg mudah dipelajari sesuai instruksi. Tentu saja semakin sering ibu melatih memerah dg teknik marmet ini, maka ibu makin terbiasa dan tidak akan menemui kendala.

Keuntungan Memerah ASI dengan Teknik Marmet

Banyak sekali keuntungan memerah ASI dg teknik marmet. Diantaranya :

  • Penggunaan pompa ASI relatif tidak nyaman dan tidak efektif mengosongkan payudara.
  • Banyak ibu telah membuktikan bahwa memerah ASI dg tangan jauh lebih nyaman dan alami (saat mengeluarkan ASI)
  • Refleks keluarnya ASI lebih mudah terstimulasi dg Skin to skin contact (dg cara memerah tangan) daripada penggunaan pompa (terbuat dari plastik).
  • Jelas nyaman digunakan
  • Aman dari segi lingkungan
  • Portable (mudah dibawa kemana-mana). Tidak mungkin kan ibu lupa membawa tangannya?
  • Dan yg paling mengasyikkan : GRATIS

Langkah-langkah Teknik Marmet

  1. LETAKKAN ibu jari dan dua jari lainnya (telunjuk & jari tengah) sekitar 1 cm hingga 1,5 cm dari areola
    • Usahakan utk mengikuti aturan tsb sbg panduan. Apalagi ukuran dari areola tiap wanita bervariasi.
    • Tempatkan ibu jari diatas areola pada posisi jam 12 dan jari lainnya di posisi jam 6
    • Perhatikan bahwa jari-jari tsb terletak diatas gudang ASI. Sehingga proses pengeluaran ASI optimal.
    • Hindari melingkari jari pada areola spt gambar ini. Posisi jari seharusnya TIDAK berada di jam 12 dan jam 4.
  2. DORONG ke arah dada Hindari meregangkan jari. Bagi yg berpayudara besar, angkat dan dorong ke arah dada.
  3. GULUNG menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara bersamaan. Gerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan gudang ASI hingga kosong. Jika dilakukan dg tepat, maka ibu tidak akan kesakitan saat memerah. Catatan : Perhatikan posisi dari ibu jari dan jari-jari lainnya pada gambar dg baik. Arah panah menunjukkan arah tekanan jari saat melakukan gerakan. Perhatikan posisi jari berubah pada tiap gerakan mulai dari posisi Push (jari terletak jauh di belakang areola) hingga posisi Roll (jari terletak di sekitar areola).
  4. ULANGI SECARA TERATUR (RYTHMICALLY) hingga gudang ASI kosong. Posisikan jari secara tepat, push (dorong), roll (gulung); posisikan jari secara tepat, push (dorong), roll (gulung).
  5. PUTAR ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI lainnya. Demikian juga saat memerah payudara lainnya, gunakan kedua tangan. Misalkan, saat memerah payudara kiri, gunakan tangan kiri. Juga saat memerah payudara kanan, gunakan tangan kanan. Saat memerah ASI, jari-jari berputar seiring jarum jam ataupun berlawanan agar semua gudang ASI kosong. Pindahkan ibu jari dan jari lainnya pada posisi jam 6 & jam 12, kemudian posisi jam 11 & jam 5, kemudian jam 2 & jam 8, kemudian jam 3 & jam 9. Gambar berikut menunjukkan posisi tangan pada payudara kanan.

Hindari Gerakan Berikut

  • Menekan (Squeeze): Hindari menekan / memencet payudara. Hal ini dapat melukai payudara.
  • Menarik-narik (Pulling): Hindari menarik-narik puting payudara. Hal ini dapat merusak lapisan lemak pada areola
  • Slide on: Hindari menekan dan mendorong (sliding on) payudara. Hal ini dapatmenyebabkan kulit pada payudara memar atau memerah.

Agar ASI Mudah Dikeluarkan

Hal-hal dibawah ini dapat membantu merangsang (stimulasi) refleks keluarnya ASI.

  1. PIJATLAH (massage) sel-sel produksi ASI dan saluran ASI. Mulai dari bagian atas payudara. Dg gerakan memutar, pijat dg menekan ke arah dada.
  2. TEKANLAH (stroke) daerah payudara dari bagian atas hingga sekitar puting dg tekanan lembut dg jari spt menggelitiki.
  3. GUNCANGLAH (shake) payudara dg arah memutar. Gerakan gravitas akan membantu keluarnya ASI.

Prosedur

Prosedur berikut diutamakan bagi para ibu yg memberikan ASI eksklusif dan bagi mereka yg ingin meningkatkan produksi ASI juga menjaga agar produksi ASI optimal.

  • Perahlah kedua payudara hingga ASI kosong dari gudang payudara (ditandai dg aliran ASI yg menurun).
  • Lakukan prosedur stimulasi refleks keluarnya ASI agar ASI mudah dikeluarkan (massage, stroke, shake) pada kedua payudara. Prosedur tsb dapat dilakukan kapanpun.
  • Ulangi seluruh proses memerah ASI pada tiap payudara dan teknik stimuasi refleks keluarnya ASI sekali atau dua kali. Aliran ASI biasanya menurun pada kali kedua atau ketiga. Ini artinya gudang ASI mengering.

Prosedur ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit.

  • Perahlah tiap payudara selama 5-7 menit.
  • Pijat (Massage), stroke, guncang (shake).
  • Perahlah lagi tiap payudara selama 3-5 menit.
  • Pijat (Massage), stroke, guncang (shake).
  • Perahlah lagi tiap payudara selama 2-3 menit.

Catatan : Jika supply ASI terjaga, gunakan waktu semaksimal mungkin. Waktu tsb diatas hanya sbg patokan saja. Perhatikan aliran ASI dan ganti payudara lainnya jika aliran ASI pd payudara tsb sudah mulai menurun.

Catatan : Jika ASI tidak keluar atau hanya sedikit ASI yg keluar, ikuti petunjuk diatas dg periode waktu lebih singkat dan sering.

Penting untuk Diperhatikan

ASI peras tak bisa menggantikan tindakan menyusui itu sendiri. Seperti diketahui, tindakan menyusui punya banyak pengaruh untuk pertumbuhan mental dan fisik bayi. Itu sebab, ASI peras hanya dianjurkan bagi bayi-bayi yang ibunya bekerja. Bila ibu tak bekerja atau si bayi bisa dibawa ke tempat di mana ibunya berada, harus diusahakan breast feeding atau menyusui langsung, bukan ASI peras[1]. Jadi, Bu, hanya bila situasi dan kondisinya tak memungkinkan untuk menyusui langsung, barulah si kecil boleh diberi ASI peras/perah. Ibaratnya, tak ada rotan, akar pun jadi. Bila sudah berada satu atap lagi dengan si kecil, hendaknya ASI peras yang masih ada jangan diberikan lagi, tapi bayi harus menyusu langsung pada ibu. Bukankah tindakan menyusui adalah rotan? Jadi, bila ada rotan, mengapa harus menggunakan akar?

Tak usah cemas si kecil akan kekurangan ASI berapapun jumlah ASI perah yang dikeluarkan. Memang, pada awalnya si kecil akan gelisah dengan jumlah yang mungkin lebih sedikit dari biasanya, tapi bayi akan cepat beradaptasi[1]. Maksimal pada hari keempat, bayi akan sudah terbiasa. Seberapa pun ASI yang ada, akan diminum. Kalau ditinggali 500 cc, akan diminum; begitu juga 300 cc, bahkan 200c. Namun ketika ibunya datang, ia akan minum habis-habisan. Jadi, bayi tak akan kekurangan ASI. Itu sudah dibuktikan.

Persiapan

Untuk memberi bayi ASI perahan, jauh-jauh hari sebelum masa cuti berakhir ibu memang harus menyiapkan diri sendiri dan bayi. Apalagi jika si buah hati merupakan anak pertama. Beratnya meninggalkannya memang luar biasa. Apalagi siang hari tak bersamanya dan tak menyusuinya pasti berat. Di kantor, saat payudara bengkak karena produksi ASI tak disusu bayi, ingatan ibu pastilah pada buah hati di rumah.

Mempersiapkan diri sendiri menjadi penting. Pertama, adalah mempersiapkan mental untuk meninggalkan bayi dan memupuk rasa percaya bahwa ia akan baik-baik saja di rumah. Kedua, persiapan dengan mulai belajar memerah dua minggu sebelum cuti berakhir. Ketika bayi tidur dan payudara mulai terasa membengkak, segera perahlah payudara lalu simpan di kulkas. Esok siang, ASI perah tersebut bisa ibu berikan pada bayi.

Tetap memberi ASI selama ibu bekerja di kantor berarti ibu harus memupuk kerjasama dengan pengasuh[2]. Ini bukan hal mudah. Apalagi jika yang ibu percayai merawatnya adalah orangtua sendiri atau mertua. Kalau mereka tidak punya pemahaman yang sama tentang pemberian dan manfaat ASI eksklusif, ditambah pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil dicampur susu atau makanan padat, akan sedikit menyulitkan. Tapi, jangan menyerah. Pelan-pelan jelaskan sama ibu atau ibu mertua tentang pentingnya ASI eksklusif, dan bahwa usus bayi belum siap mencerna makanan. Begitu juga jelaskan pada pengasuh, kerjasama orangtua dengan pengasuh di rumah ini juga menentukan keberhasilan menyusui secara eksklusif.

Sedangkan untuk mempersiapkan bayi, ibu harus memulai membiasakan bayi diberi ASI perahan dengan sendok, bukan botol susu, apabila bayi masih terlalu kecil. Memang di hari-hari pertama pemberian susu perah dengan sendok, bayi mungkin menolaknya. Ia bahkan bisa cemas dan gelisah. Namun, janganlah khawatir, 3 atau 4 hari setelahnya bayi akan terbiasa. Itu sebabnya, sebelum masa cuti berakhir bayi perlu dilatih disuapi susu dengan sendok. Jadi, tak perlu resah jika harus kembali bekerja, bukan?

Memerah ASI dengan Pompa

Adapun cara “menabung” ASI peras, yang paling baik dan efektif dengan menggunakan alat pompa ASI elektrik[1]. Hanya saja, harganya relatif mahal. Lagi pula, masih ada cara lain yang lebih terjangkau bila punya dana lebih, yaitu piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini memang seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan pompa mudah sekali dibersihkan dan tekanannya bisa diatur.

Ironisnya, pompa-pompa yang ada di Indonesia jarang sekali berbentuk suntikan, lebih banyak berbentuk squeeze and bulb. Padahal, harga kedua pompa tersebut relatif sama. Namun bentuk squeeze and bulb tak pernah dianjurkan banyak ahli ASI. Soalnya, pompa seperti ini sulit dibersihkan bagian bulb-nya (bagian belakang yang bentuknya menyerupai bohlam) karena terbuat dari karet hingga tak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/rata[1].

Memerah ASI dengan Tangan

Memerah ASI bukanlah hal yang sulit, bahkan tidak selalu membutuhkan alat khusus atau pompa ASI. Cukup dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar! Memang membutuhkan waktu, yakni masing-masing payudara 15 menit.

Tentu saja ada yang lebih murah ketimbang pompa-pompa ASI tadi, yaitu memerah dengan jari. Cara back to nature ini amat sederhana dan tak perlu biaya. Namun agar hasil perahannya memuaskan, kita perlu mengenal sedikit anatomi payudara.

Payudara terdiri tiga komponen yang prinsipil, yaitu “pabrik” (di daerah dada berwarna putih), saluran, dan “gudang” (di daerah warna cokelat atau areola) ASI. Ketiganya seperti bejana berhubungan. “ASI diproduksi di ‘pabrik’nya yang berbentuk seperti kumpulan buah anggur. Setiap ‘pabrik’ ASI dilalui otot-otot. Bila otot-otot ini mengkerut, ia akan memompa ASI ke salurannya menuju ‘gudang’. Nah, agar pabrik memproduksi ASI lagi, syarat utamanya ASI di ‘gudang’ harus habis lebih dulu. Bila ‘gudang’ kosong, barulah ‘pabrik’ akan mengisinya kembali, begitu seterusnya.

Sebenarnya memerah ASI hampir sama dengan mengeluarkan pasta gigi. Bila kita hanya menekan ujung pasta gigi, tentu pastanya tak akan keluar. Jadi, kita harus menekan agak ke belakang. Bila tak keluar banyak, kemungkinan teknik ibu salah. Mungkin cara memerah susunya seperti melakukan massage payudara. Ini tak akan mengeluarkan ASI, karena yang ditekan pada massage payudara adalah ‘pabrik’ ASI bukan ‘gudang’nya. Kan, kita tak bisa langsung mengeluarkan ASI dari ‘pabrik’ tapi harus melalui ‘gudang’ dulu.” Jadi, bila tekniknya sudah benar, lama-kelamaan memerah ASI akan menjadi pekerjaan biasa. Waktu yang dibutuhkan pun tak sampai setengah jam, tapi susu yang terkumpul bisa mencapi 500 cc.

Jadi, pada prinsipnya kita harus bisa mengeluarkan ASI yang ada di “gudang”. Caranya, tempatkan tangan kita di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat payudara di antara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama, kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperas.

ASI Perah Hanya Kala Ibu & Bayi Terpisah

Harap diingat, aktivitas menyusui langsung (breastfeeding) sebenarnya lebih bermanfaat dibanding ASI perah. Keterikatan, kedekatan, dan terciptanya suasana aman serta nyaman saat menyusui langsung dapat meningkatkan pertumbuhan fisik maupun psikis bayi. Karena itu, berikan ASI perah hanya kala bayi “terpisah” untuk sementara waktu dari ibunya. Setelah ibu di rumah dan bertemu kembali dengan si kecil, aktivitas menyusui langsung dapat segera dilakukan.

Kosongkan Gudang ASI agar ASI Terus Diproduksi

Secara prinsip, payudara terdiri atas tiga unsur utama, yaitu “pabrik”, saluran, dan “gudang” ASI (di daerah warna cokelat atau aerola). Ketiganya ibarat bejana berhubungan. Agar produksi terus berjalan, ASI di gudang harus habis lebih dulu. Bila gudang kosong, barulah pabrik akan mengisinya kembali dan seterusnya. Pendek kata, ASI di gudang harus selalu dihabiskan supaya proses produksi terus berjalan.

Saat memerah ASI, prosesnya hampir sama dengan mengeluarkan pasta gigi. Bila hanya menekan ujung pasta gigi, tentu pastanya tak akan keluar. Jadi, bagian yang agak belakanglah yang harus ditekan. Bila tak keluar banyak, kemungkinan teknik yang dilakukan salah. Bila tekniknya sudah benar, lama-kelamaan memerah ASI akan menjadi aktivitas yang tidak sulit.

Kunci memerah ASI dengan tangan adalah menemukan posisi jari-jari yang tepat. Lakukan latihan sampai menemukan posisi atau tempat yang tepat. Menggabungkan pemerahan ASI dengan tangan dan pengurutan payudara merupakan cara memerah ASI yang efektif.

Perah Dengan Tangan Lebih Dianjurkan

ASI yang diperah dengan pompa sebenarnya tak direkomendasikan atau tak dianjurkan diberikan kepada bayi. Kenapa? Karena banyak pompa ASI di pasaran yang tidak memenuhi standar. Bahan karet yang terdapat di bagian belakang pompa yang berbentuk seperti bohlam ternyata tak bisa disterilkan. Bahkan bisa menjadi media yang menyalurkan mikroba. Lantaran itu, ASI hasil pompa dianjurkan hanya sebatas untuk mengatasi pembengkakan payudara.

Memang ada pula pompa ASI yang memenuhi standar, seperti pompa elektrik dan pompa berbentuk piston. Namun harganya terbilang mahal. Jadi, yang dianjurkan tetaplah teknik memerah dengan tangan. Selain mudah, tak merepotkan serta tak perlu mengeluarkan uang untuk membeli peralatan. Modalnya cuma satu, keterampilan ibu memerah ASI dengan tepat seperti di atas.

Tips Merawat Puting Sehabis Melahirkan

Semua wanita, terutama yang mempunyai rencana untuk menyusui bayinya, sebaiknya selalu merawat payudara. Yang dapat anda lakukan

  • Kenakan BH yang enak dipakai dan bisa menyangga payudara dengan baik. Ganti BH dengan ukuran yang lebih besar bila usia kehamilan bertambah.
  • Jaga payudara selalu dalam keadaan bersih dengan cara mandi dengan sabun lunak setiap hari.
  • Perlahan-lahan usap setiap kotoran yang akan menyumbat mulut saliran ASI. Keringkan dengan handuk bersih.
  • Oleskan krem lanolin setiap hari pada putting susu, bila perlu untuk menjaga kelembutan dan mencegah lecet-lecet sewaktu menyusui.
  • Bila putting susu terlalu pendek, datar atau tertarik kedalam, tariklah masing-masing putting keluar dan pilir-pilirlah di antara ibu jari dan jari telunjuk selama beberapa menit setiap hari. Atau kenakan pelindung putting susu.
  • Setelah usia kehamilan lebih dari 7 bulan, pijatlah daerah kehitaman di sekitar putting susu (areola) beberapa kali setiap hari. Cara ini akan membantu membuka saluran susu. Perhatikan untuk selalu membersihkan tetesan susu sehingga tidak mongering dan menyumbat saluran air susu.
http://keluargasehat.wordpress.com/2008/03/14/teknik-memerah-asi/

Monday, May 30, 2011

Menjadi Konsumen Medis YANG TERCERAHKAN

22 KOMPAS, SENIN, 30 MEI 2011

Menjadi Konsumen Medis YANG TERCERAHKAN

Era keterbukaan informasi yang didukung oleh teknologi informasi dan
komunikasi tak dapat dimungkiri menjadi gerbang penting bagi bangkitnya
kesadaran konsumen medis. Era ini memungkinkan pasien atau konsumen
medis mengakses sebanyak mungkin informasi seputar dunia kesehatan
sesuai dengan kebutuhannya. Bagi pasien masa kini, dokter tak lagi
menjadi pemegang tunggal informasi yang dapat diandalkan. SARIE FEBRIANE
al itulah yang disadari oleh dr Pur- namawati S Pujiarto ketika mulai
men- dirikan Group Sehat. Sebuah komu- nitas berbasis masyarakat yang
ang- gotanya dapat saling berbagi seputar dunia ke- sehatan secara
rasional, berbekal sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Komunitas ini dijalankan melalui mailing list (mi- lis) Sehat di
yahoogroups yang kini beranggotakan ribuan orang baik di dalam maupun di
luar negeri. Peng- operasian milis tersebut juga terbantu secara
sukarela oleh berbagai orang dari berbagai latar belakang, seperti Vida
(humas), dan Ade Novita (konselor laktasi). Salah satu kepedulian awal
komu- nitas ini dibentuk adalah mencerah- kan konsumen medis akan hak
dan kewajibannya, konsumsi obat yang ra- sional, serta panduan bagi
orangtua dalam menghadapi berbagai masalah kesehatan anak. Salah satu
kampanye yang dikenal dari komunitas ini adalah edukasi mengenai
penggunaan obat secara rasional (rational use of me- dicine/RUM),
termasuk antibiotik, dan menghindari paparan polifarmasi se- perti
puyer. Dalam perkembangannya, sebuah yayasan akhirnya didirikan pa - da
November 2005, yakni Yayasan Orang Tua Peduli. Komunitas tersebut juga
meram- bah media sosial, seperti Facebook dan Twitter, untuk
mengamplifikasi pesan dan semangat yang diusung Group Sehat. Berbagai
informasi praktis dan mencerahkan juga dapat diakses pub- lik melalui
situs www.sehatg- roup.web.id. Seluruh informasi disa- jikan secara
terbuka dengan alas- an-alasan rasional serta rujukan yang dapat
diandalkan. Selain Group Sehat, komunitas Health Talk di yahoogroups
yang diasuh oleh farmakolog Prof Iwan Darmansjah dan dibantu Melinda N
Wiria juga berupaya mengedukasi masyarakat umum akan dunia ke- sehatan
serta obat-obatan. "Hak atas kesehatan adalah hak asasi manusia. Dalam
berbagai kesepakatan internasional, baik dalam konvensi internasional
maupun resolusi yang dihasilkan dalam sidang rutin WHO, dunia mengakui
hak setiap manusia untuk mendapat layanan kesehatan terbaik, hak atas
kerahasiaan, dan informed consent; memilih layanan, tenaga, dan penyedia
layanan kesehatan; serta hak untuk menolak perawatan atau tindakan
medis," ucap Purnamawati. Informed consent adalah persetujuan tindakan
kedokteran yang diberikan oleh pasien atau ke- luarga terdekatnya
setelah mendapat penjelasan lengkap mengenai tindakan-tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Dengan
demikian, persetujuan hanya diberikan atas dasar keyakinan pasien
setelah mendapatkan penjelasan selengkap-lengkapnya. Selain itu, pa-
sien juga harus jujur menjelaskan kondisi kesehatannya kepada dokter.
"Informed consent tidak hanya diperlukan se- belum tindakan medis,
tetapi juga suatu proses. Bukan suatu kondisi satu kali lantas selesai.
Oleh karena itu, setiap saat pasien dapat membatalkan persetujuannya,"
kata Purnamawati. Pasien adalah konsumen medis Purnamawati mengatakan,
hak pasien atau konsumen medis merujuk pada kerangka besar International
Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR) Pasal 12 Ayat
(1), yakni hak atas kesehatan dijelaskan sebagai hak setiap orang untuk
menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan
mental. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 juga menegaskan hal
serupa. Setiap orang berhak memperoleh akses sumber daya di bidang
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang juga berhak
mendapatkan ling- kungan yang sehat bagi pencapaian derajat ke- sehatan,
informasi dan edukasi tentang kese- hatan yang seimbang dan bertanggung
jawab, serta informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan
pengobatan yang telah atau akan diterima dari tenaga kesehatan.
Informasi dari tenaga kesehatan itu harus dapat diper- tanggungjawabkan,
tidak bias, dan tidak dipe - ngaruhi kepentingan pihak mana pun selain
kepentingan konsumen atau evidence-based me- dicine (EBM). Hak dan
kewajiban konsumen tersebut juga diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Kon- sumen. "Oleh karena itu, kami
mendorong setiap orang memosisikan diri bukan sebagai pasien, melainkan
konsumen. Kata pasien berkonotasi pasif dan pasrah. Sementara posisi
konsumen atau klien lebih dinamis serta kemitraan antara konsumen
(medis) dan dokter lebih kuat karena setiap pihak memiliki hak dan
kewajiban," kata Purnamawati. Saat ini, masyarakat juga cukup paham me-
ngenai "kebiasaan" mencari second opinion atau kunjungan ke dokter lain
(bukan dokter yang pertama kali menangani) dengan tujuan mem- peroleh
sudut pandang lain. Purnamawati mem - berikan petunjuk kapan second
opinion dibu- tuhkan, yakni ketika pasien dinyatakan mem- butuhkan
terapi yang invasive, misalnya operasi, kemoterapi, atau terapi jangka
panjang yang rutin setiap hari; ketika dokter mendiag- nosis suatu
penyakit serius tetapi pa- sien kurang percaya, misalnya didi- agnosis
TBC; dokter merekomendasi suatu pengobatan yang menurut pa- sien tidak
diperlukan seperti demam dengan batuk pilek karena infeksi vi- rus
diresepkan antibiotik; pasien menganggap dokter gagal mendiag- nosis;
penyakit sudah jelas, tetapi opsi terapinya ada beberapa; atau dokter
pertama yang merekomendasikan pa- sien untuk mencari second opinion.
"Dalam mencari second opinion, ca- ri informasi dahulu siapa dokter ter-
baik sesuai dengan kondisi kita, cari tahu kapasitas dan kualitasnya
serta rekam jejaknya. Ini bisa dari per- usahaan asuransi tempat kita
ber- naung, dari online, atau bertanya ke- pada pasien lain yang
memiliki ma- salah serupa dengan kita. Pilih dokter yang bisa berdiskusi
dan berkomu- nikasi yang baik, selain klinis yang baik," kata
Purnamawati. Melalui komunitas Group Sehat, Purnamawati justru mengaku
sema- kin banyak belajar dari anggotanya yang merupakan masyarakat awam.
Masyarakat, menurut dia, kini sema- kin kritis dan bijak, pandai
menyaring informasi, tidak mudah dirayu iklan, serta bersemangat membagi
informasi yang baik kepada sesama. "Mata hati saya semakin terbuka
terhadap rea- litas di lapangan, menyatu dengan kegalauan dan kesedihan
masyarakat sebagai pasien/konsumen medis. Saya berterima kasih sekali
kepada semua anggota milis Sehat," kata Purnamawati. Ketua Konsil
Kedokteran Indonesia Prof Me- naldi Rasmin juga sepakat dengan
pentingnya komunikasi yang baik serta setara antara dokter dan pasien
atau konsumen medis. Oleh karena itu, menurut Menaldi, pendidikan
kedokteran tidak hanya soal bagaimana mendidik menjadi dokter yang
pintar, tetapi juga dokter yang ber- perilaku empati kepada pasiennya.
"Oleh karena itu, tidak bisa sembarangan membuka seko- lah-sekolah
kedokteran. Sekolah dokter se- baiknya juga harus disubsidi negara
sehingga setiap dokter mempunyai kesadaran bahwa dia dibiayai atau
disubsidi oleh rakyat sehingga harus kembali mengabdikan dirinya kepada
masya- rakat," kata Menaldi. H KOMPAS/IRWAN JULIANTO Dr Purnamawati SpA
(K) (kiri) memberikan sambutan pada Acara Hari Keluarga Gembira Milis
Sehat 2011 di Jakarta, Sabtu (30/4), disaksikan artis Widi AB Three
(kanan).

http://ipad.kompas.com/default.aspx?iid=48775&startpage=page0000022

Ralat :

Yayasan Orang Tua Peduli. Komunitas tersebut juga meram- bah media
sosial, seperti Facebook dan Twitter, untuk mengamplifikasi pesan dan
semangat yang diusung Group Sehat. Berbagai informasi praktis dan
mencerahkan juga dapat diakses pub- lik melalui situs www.sehatg-
roup.web.id.

Menjadi :

www.milissehat.web.id

LAYANAN KESEHATAN HEMAT KARENA BIJAK, KRITIS, DAN RASIONAL

KOMPAS, SENIN, 30 MEI 2011 21

LAYANAN KESEHATAN HEMAT KARENA BIJAK, KRITIS, DAN RASIONAL

VIDA PARADY MODERATOR "MILIS SEHAT"

tata laksana dan observasi yang di- bagikan di milis," ujar Nia Fardina,
anggota milis dari Aceh. Perluasan gerakan sudah dijalankan sejak awal.
Kegiatan paket edukasi kesehatan (pesat) yang awalnya di- lakukan di
Jakarta (2003) kini men- jangkau Aceh, Batam, Surabaya, Yogya- karta,
Bandung, Makassar, Bogor, Ta- ngerang, Bekasi, dan Sorowako. Bebe- rapa
anggota juga membentuk support group untuk ibu menyusui yang di- namakan
Klub Peduli Air Susu Ibu (Klasi). "Meskipun sulit melawan arus, lam- bat
laun dengan kesadaran konsumen yang makin tinggi, para penyedia la-
yanan kesehatan akan mengoreksi diri. Sampai sekarang mencari dokter
yang bersedia bahu-membahu untuk belajar memang sulit," ujar Alifah
Davina, asal Medan. Informasi yang tersebar di milis umumnya pengalaman
para anggota menangani anak, diskusi penyakit yang kerap terjadi, serta
tips mengatasi pe- nyakit secara rasional seusai tata laksa- na yang
diakui tenaga kesehatan global. Anggota didorong lebih cerdas mencari
informasi secara mandiri dari berbagai sumber tepercaya dan membaginya.
Peranan pasien Kegiatan milis Sehat sejalan dengan gerakan patients for
patient safety (PFPS) yang menekankan pentingnya peranan pasien dalam
me- ningkatkan kualitas dan ke- amanan pelayanan kesehat- an di seluruh
dunia. Gerakan ini digagas oleh WHO dan dimulai sejak 2004 melalui kerja
sama WHO dengan beragam organisasi dan indi- vidu di seluruh dunia.
Milis terbuka dengan moto "be sma- rter, be healthier" memilih moderator
pengatur lalu lintas informasi serta melakukan seleksi awal calon
anggota. Sebelum diterima sebagai anggota, ku- esioner yang disiapkan
moderator ten- tang data, pengetahuan, pendapat, dan pengalaman terkait
dengan pola pera- watan kesehatan anak harus diisi. Moderator juga
menyusun netiket (tata cara berkomunikasi melalui mi- lis). Jika ada
yang melanggar, sesama anggota dan moderator dapat menegur hingga
mengeluarkannya. Meskipun ada beberapa dokter yang aktif menjadi anggota
milis, diskusi di milis tidak dapat menggantikan kon- sultasi langsung.
Diskusi di milis me- rupakan sarana berbagi informasi yang akan dipakai
sebagai bekal berdiskusi dengan tenaga kesehatan. Dilandasi harapan
bergandengan tangan dengan semua pihak untuk meningkatkan kualitas
layanan kese- hatan, anggota gencar mempromosi- kan pengobatan rasional.
Komunitas ini yakin, tenaga kesehatan yang me- nolak membangun
komunikasi sejajar dengan konsumen akan ditinggalkan. Tantangan yang
biasa dihadapi ang- gota milis tidak hanya ketika ber- konsultasi dengan
penyedia jasa la- yanan kesehatan, tetapi juga lingkung- an terdekat
seperti keluarga. Tantang- an itu muncul karena anggota milis melakukan
hal-hal di luar kebiasaan, tetapi sesuai dengan panduan yang ditetapkan
WHO. Cap miring yang diterima anggota milis seperti "kemin- ter",
anti-obat, anti-dokter, tidak sa- yang anak, dan anggota milis sesat pun
kerap didapat. Dari sisi pemberi layanan kesehat- an, konsumen yang
kritis bisa dipan- dang sebagai ancaman karena me- miliki tuntutan lebih
tinggi. Tuntut- annya adalah tenaga kesehatan lebih transparan, bersedia
memberi penje- lasan lebih, dan memandang konsu- men sebagai mitra
sejajar. (INU) eskipun tidak pernah sa- ling bertemu, acara Fun Family
Day Milis Sehat di Sekolah Cikal, Jakarta Se- latan, akhir April lalu
penuh keakrab- an. Di bawah pohon rambutan yang meneduhi lapangan
rumput, semua yang datang membaur dan bergembira. Kebersamaan, yang
sebelumnya hadir diperantarai e-mail di mailing list (mi- lis) Sehat,
hadir juga Sabtu pagi itu. Sambil menggendong anak bayinya, Irfan Hakim
memecah pagi dengan menyapa anggota milis Sehat yang berdatangan dari
berbagai penjuru Ja- karta membawa anak, istri, suami, orangtua, bahkan
pembantu mereka. Dibantu Margreta Feronica Ratuliu, acara dimulai dengan
berbagi peng- alaman menghadapi anak sakit dan perjumpaan mereka dengan
milis Se- hat.Mona, yang menikah pada usia 21 tahun, panik ketika
mendapati anak- nya sakit. Karena panik, semua nasihat diikuti.
Kepanikan tidak berkurang, tetapi justru bertambah. Namun, se- telah
bergabung dan mengikuti arus informasi di milis Sehat, kepanikannya
tidak lagi muncul. "Karena saya tidak panik, suami saya yang panik,"
ujar Mona tersenyum mengenang. Apa yang dialami Mona juga dialami Irfan
dan istrinya. Mereka mengaku mendadak pintar karena mendapat ilmu dari
sesama anggota milis yang dirintis akhir 2003. Milis Sehat muncul karena
ingin memberdayakan pasien dan konsumen medis agar lebih paham kesehatan
sehingga men- jadi mitra sejajar tenaga kesehatan. Pencetusnya adalah dr
Purnamawati S Pujiarto SpAK MMPed. Dimulai dari kiriman informasi ke-
sehatan dan tata laksana penyakit me- lalui e-mail dari dr Wati ke para
pasien- nya, milis Sehat kini berkembang dari 19 anggota jadi lebih dari
11.500 ang- gota. Anggota dengan beragam profesi dan latar belakang
tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan beberapa ne- gara. Anggota
milis Sehat disatukan keprihatinan terhadap kualitas pela- yanan
kesehatan di Indonesia. Penghematan Manfaat nyata lainnya adalah peng-
hematan anggaran layanan kesehatan. Frekuensi kunjungan ke tenaga ke-
sehatan jauh berkurang dan belanja obat turun drastis. Hal ini terjadi
ka- rena sebagian besar penyakit anak me- rupakan common problem yang
dapat ditangani di rumah. "Dana yang dahulu kami habiskan untuk membeli
berbagai obat sudah dialihkan ke tabungan pendidikan anak. Sebelum kenal
milis, anak batuk saja, saya heboh ke dokter dan men- dapat resep dengan
banyak obat. Sekali kunjungan menghabiskan sekitar Rp 500.000. Sekarang
kami hanya sedia parasetamol dan oralit di rumah. Kalau anak terinfeksi
virus, cukup mengikuti M Moderator Milis Sehat: Romzy Alkatirie, M
Hafiizh, Luluk Soraya, Vida Parady, Hanny Adam, Gendi, Maureen, Samsul
Abidin. KOMPAS/AGUS SUSANTO Internet menjadi salah satu cara masyarakat
menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan.

http://ipad.kompas.com/default.aspx?iid=48775&startpage=page0000021

Friday, May 27, 2011

ASI, KASIH sayang dan SOLIDARITAS

Dear All,
Just Repost kisah ttg perjuangan seorang ibu untuk memberikan ASI
kepada babynya.
Cerita ini ditulis oleh mba Ira-Tim KLASI Bandung (punten repost ya mba) :)
Untuk memberikan ASI, tidak dibutuhkan alat2 yang canggih dan biaya
yang besar. Modal pemberian ASI adalah niat dan tekad yang kuat dari
sang ibu.

Salam ASI,
-Niken-

=================================================================

ASI, Kasih Sayang, Pengorbanan dan Solidaritas antar Sesama Manusia

Bagi saya pribadi, bisa memberikan ASI ekslusif 6 bulan kepada bayi memiliki
makna yang luas, bukan semata-mata memberikan asupan yang terbaik untuk bayi
atau terciptanya bonding (ikatan batin) yang kuat antara ibu dan bayi,
tetapi lebih dari itu. Dari ASI, saya mendapatkan pelajaran hidup yang
sangat berharga, membuat saya lebih bisa memaknai hidup, serta lebih
mensyukuri nikmat dan karunia Maha Pencipta.

Salah satu dari sekian banyak yang pernah saya lalui bersama ASI adalah
cerita perjuangan Mba Kemijem, saya punya alasan kenapa cerita Mba Kemijem
yang saya angkat kali ini, karena dalam cerita ini betapa banyaknya Mba Kemi
(nama panggilan Mba Kemijem) menghadapi rintangan dengan segala
keterbastasan yang dimilikinya, ia tidak pernah menyerah, dalam cerita ini
teman-teman di uji rasa solidaritas dan keikhlasan kami ketika membantu Mba
Kemi.

Mba Kemi adalah seorang buruh pabrik yang pada waktu itu sedang hamil anak
kedua, orangnya tidak banyak bicara, setiap mengikuti kelas asi di musola
hanya diam mendengarkan saya membaca artikel tentang ASI. Suatu hari saya
tembak dia dengan bertanya mengenai rencana Mba Kemi melahirkan bayinya.
Jawabannya saat itu adalah “saya belum tau, sepertinya saya akan melahirkan
di Jawa Tengah kampung halaman saya, dan saya akan menitipkan bayi saya pada
orang tua saya di kampung ketika nanti cuti melahirkan habis. Sebab untuk
melahirkan di sini tidak memungkinkan, nanti setelah saya masuk kerja siapa
yang akan mengurus bayi saya”

Mendengar jawaban Mba, saya bertanya lagi, “Apa Mba ngak kepengen memberikan
bayinya ASI Ekslusif ?” Mba hanya tersenyum menanggapi pertanyaan saya.
Sejak saat itu saya mulai berfikir keras bagaimana caranya supaya bisa
membantu si Mba agar mau berjuang memberikan ASI Ekslusif u bayinya. Saya
ngak banyak memaksa mba, saya cuma mengajak dia untuk
rajin datang ke musola sama-sama belajar tentang ASI. Saya membayangkan
bagaimana jika saya berada diposisi mba dengan
segala keterbatasannya, saat itu yang bisa saya lakukan adalah berusaha
membangkitkan semangat Mbak Kemi untuk mau “berjuang” demi ASI.

Alhamdulillah Mba rajin sekali hadir di musola, sesekali saya tanya “Mba
artikel asinya, suka di baca ngak di rumah ?”, Mba menjawab “Sering bu,
malah kalo saya cape suami saya yang membacakan artikel tsb untuk saya”.
Dalam hati saya bersyukur sekali mendengar jawabannya, berarti sudah ada
kemauan dari Mba dan suaminya.

Hari-hari pun berlalu, sesekali saya lontarkan pertanyaan pada mba tentang
rencana melahirkan bayinya, jawabannya masih sama dengan jawaban peratama.

Ketika kehamilannya semakin besar ada perkembangan yang mengejutkan akhirnya
mba mulai berubah pikiran, mba berniat melahirkan di Rancaekek tempat Mba
dan Suaminya bermukim saat itu.
Namun ternyata persoalannya tidak semudah itu, kendala yg dihadapi oleh mba
adalah pertama dia harus mencari pengasuh bayinya, yang kedua adalah
kontrakan tempat tinggal mba tidak memiliki daya listrik yang cukup untuk
menyalakan sebuah kulkas dan memiliki daya listrik yg kecil yaitu 225 watt,
dipakai untuk menyalakan tv, lampu, akuarium , radio, rice cooker dll
maka kalo kalo ditambah kulkas tidak akan kuat alias pasti ngejepret.
Mendengar hal tsb saya menarik napas panjang dan sekali lagi memahami
kondisi mba sambil ikut berpikir mencarikan solusi.

Untuk persoalan pertama mengenai pengasuh bayinya, Mba dan suaminya berusaha
mencari, ada yang bersedia tapi bayinya
di asuh di rumah yang ngasuh bukan di rumah Mba Kemi, yah apa boleh buat
daripada ngak ada sama sekali yang ngasuh bayinya selama di tinggal ibu
bapaknya kerja. Satu masalah selesai, persoalan berikutnya adalah tempt
penyimpanan ASI yaitu kulkas. Saya menyarankan bagaimana dititip di
tetangga, ya coba deh PDKT sama tetangga siapa tau ada yang bersedia
dititipi ASI perah di frezzer kulksnya. Ternyata tetangga-tetangga nya pun
tidak memiliki kulkas. Berarti harus cari jalan lain untuk menyimpan stok
ASI.

Di dalam kumpulan artikek ASI yang saya bagikan pada temen2 pabrik, ada
tulisan dr Utami Roesli, bahwa tidak memiliki kulkas tidak menghalangi
seorang ibu bekerja untuk tidak bisa memberikan ASI ekslusif 6 bulan pada
bayinya. Dan kebetulan juga ada seorang teman pabrik pernah mempraktekan
menyimpan ASI di termos ketika dia dan bayinya harus menginap beberapa hari
di kontrakan suaminya yang tidak ada kulkas. Saya, Mba Kemi dan teman
lainnya jadi ikut sama-sama belajar tips-tips menyimpan stok ASI dalam
termos. Saya optimis insya allah masalah ngak punya kulkas sudah bukan
menjadi kendala Mba Kem. Selanjutnyauntuk memotivasi mba, saya berburu
tulisan ibu2 menyusui dengan berbagai kendala yang harus mereka hadapi tapi
tetap bisa lulus ASIX.

Akhirnya Mba Kemi mulai masuk masa cuti, hari-hari terakhir bertemu Mba di
musola, Mba dan suaminya sudah bertekad bulat
untuk melahirkan di Rancaekek. Terharu rasanya, saya jadi bangga dan kagum
pada mereka yang mau berjuang demi ASIX. Pesan terakhir saya “Mba kalo ada
apa-apa jangan sungkan-sungkan untuk hubungi saya, mudah2an saya bisa
bantu”.

Sebulan kemudian saya mendapat kabar dari suami Mba bahwa Mba sudak
melahirkan bayi laki-laki dengan operasi caesar di RS
terdekat, Mba dan si bayi sehat walafiat, alhamdulillah. Namun saya mendapat
kabar buruk, yaitu mba tidak di beri kebebasan oleh petugas RS untuk menemui
dan menyusui bayinya dengan alasan karena Mbak melahirkan caesar. Segera
setelah mendengar kabar tersebut saya sharing dengan teman-teman dan Tim
Klasi Bandung (Dinny dan Linda). Mendengar kabar ini Linda dan Dinny
tergerak hatinya untuk mengunjungi Mba Kemi di RS. Karena pada waktunya itu
kita sedang sibuk-sibuknya di kantor masing-masing, kita baru bisa
mengunjungi mba keesokan harinya.

Lokasi tempat kami kerja dengan rumah sakit lumayan jauh, Linda berangkat
dari Dago dan Dinny dari Ujung berung, kalo saya sih masih keitung dekat.
Kami bertiga tiba di RS dan menemui Mba, mendengarkan cerita Mba dipersulit
oleh petugas RS untuk bisa bertemu dan memberikan ASI pada bayinya, kemudian
kami bertiga berusaha mencari tau bagaimana fakta yang sebenarnya dengan
bertanya kepada beberapa petgas yang sedang berjaga saat itu. Rupanya
memberikan ASIX belum menjadi prosedur utama di RS tsb, lalu kami menemui
manajemen RS, berusaha menyampaikan keluhan dan keinginan kami, mba pun
diberi kemudahan untuk bisa menemui dan menyusui bayinya. Setelah urusan
selesai kami kembali ke tempat kerja kami, di luar RS saat itu hujan deras,
Dinny sedang hamil besar berdua Linda kembali ke Bandung naik angkot, salut
pada Dinny dan Linda yang mau jauh2 datang untuk memberikan support pada Mba
Kemi, terima kasih teman2

Alhamdulilah setelah kami mengunjungi RS, Mba bisa bebas bertemu bayinya,
meskipun kadang mba musti sedikit ngotot pada petugas.. Semangat mba patut
di acungi jempol. Meskipun menemui kendala, mba ngak mudah putus asa, mba
ngak sungkan meminta bantuan pada kami, empat hari di RS akhirnya mba dan
bayi laki2nya diijinkan pulang, saya dan mba masih sering kontak lewat sms.

Hari-haripun berlalu, tak terasa mba sudah waktunya untuk masuk kerja lagi,
masalahnya mba ngak punya kulkas menyimpan stok asinya. Tetangga ngak ada
yang punya kulkas, mencari warung yang menjual es batu pun ternyata ngak
semudah yang dibayangkan (tadinya sayang pikir pasti banyak warung yang
menjual es batu dan bisa langganan beli es batu setiap hari)
unttuk mencari es batu, suaminya harus mencari kesana kemari dan akhirnya
bisa dapat es batu dari warung yang letaknya jauh dari kontrakannya.

Sampai disini kok jadi saya yang pesimis, namun rasa pesimis itu saya
singkirkan, dan tetap memberikan semangat pada mba dan suaminya. Mba dan
suami setiap hari sama-sama berjuang menghadapai segala macam kendala dan
keterbatasan demi ASI (mba harus ektra usaha memanage stok asi, suaminya
berburu es batu, mba yang buruh pabrik dengan jam kerja shift harus
meluangkan waktu di sela waktunya setiap 2 jam kerja memerah asi, sering
kali mba harus kejar-kejaran stok asi dll). Belum mba dan suami mendapat
cemoohan dari lingkungan sekitar yang tidak mendukung pemberian ASIX, bahkan
pengasuh bayinya pun sempet ngeyel untuk memberikan bayi mba susu formula
dan MPASI sebelum usia bayi 6 bulan.
Mba dan suami menghadapi berbagai rintangan yang cukup berat, namun mereka
pantang menyerah untuk terus berusaha memberikan ASIX pada bayi mereka. Dan
alhamdulillah sepanjang yang saya ikuti perkembangannya bayi mereka tumbuh
dengan sehat.

Lama tidak mendengar kabarnya, waktu itu saya sudah tidak bekerja dan sedang
repot-repotnya persiapan pindah rumah ke Jakarta. Tiba2-tiba saya mendapat
sms dari mba yang mengabari bahwa saat itu mba di diagnosa demam berdarah
dan harus di opname. Masalahnya stok asi untuk bayinya tidak cukup, mungkin
karena mba sakit jadi asinya kurang, hebatnya mba ngak menyerah dia tetap
memberikan asinya.

Saya ingat betul waktu itu hari kamis 2 juli 2009 dimana saya sedang ada
urusan dan masih ada beberapa yang belum beres untuk kepindahan rumah saya.
Tiba-tiba dapat sms lagi dari Mba, segela saya telepon balik, ternyata mba
sudah di opname, mba tetap memerah asinya (atas sepengetahuan dokter yang
merawatnya), tapi stoknya tidak cukup karena si bayi sedang rakus-rakusnya
minum Asi. Saat itu saya merasa tidak ada yang bisa saya perbuat, untuk
menolong mbak, akhinya saya menjelaskan bahwa dalam kondisi darurat ibu bisa
memberikan susu formula pada bayinya sebagai jalan terakhir. Tau ngak apa
tanggapan dari Mba Kemi “... tapi kalo bayi saya diberi susu formula sayang
bu, karena sebentar lagi lulus ASIX”. Ya Allah mendengar tanggapan mba, pipi
saya serasa di tampar keras sekali, saya malu dan merasa egois sekali, dalam
kondisi begini hanya karena sedang sibuk dan tanpa mau berusaha berpikir
panjang membantu Mba Kemi, saya dengan entengnya menyarankan bayinya mba di
beri susu formuka. Padahal selama ini sejak awal mba hamil saya selalu
mendorong mba untuk berjuang demi asix. Saya lupa bisa menyusui anak kedua
saya sampai detik ini (2 tahun 2 bulan) juga karena dukungan dan bantuan
teman-teman saya. Masa kali ini saya ngak bisa apa-apa untuk membantu mba
yang benar-benar sedang membutuhkan pertolongan

Akhirnya tanpa pikir panjang saya tawarkan apakah mba mau menerima donor
asi, kalo mau syaa usahakan hari itu juga mencari
donr asi dan kalo sudah dapat akan segera saya antar ke RS, mba mau menerima
donor asi. Segera saya sebar pengumuman melalu sms ke teman2 saya untuk
mencari donor asi, alhamdulillah waktu itu dalam kondisi singkat dapat
jawaban dari dinny bahwa dia bersedia mendonorkan asinya. 10 botol ASI saya
ambil di kantor Dinny (Dinny sempat ngambil botol2 tersebut di rumahnya).
Dinny memang punya stok asi yang bisa didonorkan. Padahal sebenarnya saat
itu dinny juga sedang kejar-kejaran stok memenuhi kebutuhan bayinya,
subahanalloh saat itu keikhlasan kami sedang di uji saat itu yang kami
pikirkan hanya 1, bayi mba kemi tidak boleh kehabisan asi. Jam 12 asi donor
dari dinny berhasil di antarkan dan sampai ke tangan suami Mba Kemi.
Alhamdulilalh lega sekali rasanya. Beberapa hari kemudian saya dapat kabar
mba sudah keluar dari RS. Mba mengucapkan terima kasih karena asi donor dari
dinny menyelamatkan bayinya dari sufor, alhamdulillah.

Waktu pun berlalu, saya pindah ke jakarta. Suatu sore saya mendapat telepon
dari suami mba, dia curhat bnyinya ngak mau menyusu ke ibunya, di beri dot
juga susah ngak mau sama sekalu minum asi, saya menyarankan untuk
menghentikan pemberian dot, diganti dengan menyuapi asi pakai sendok dan
untuk mengatasi supaya mau menyusu langsung ke payudara ibunya dicoba dengan
berbangai cara dengan kesabaran dan kasih sayang insya Allah bisa teratasi.

Setelah curhatan itu, saya ngak dapat kabar apa-apa lagi dari Mba Kemi
sampai tanggal 31 Juli 2009 saya dapat sms dari mba yang mengabarkan bahwa
bayinya sudah lulus asi ekslusif, subhanalloh alhamdullilan membaca sms Mba
Kemi mata saya berkaca-kaca mengingat beratnya cobaan yang harus di alami
Mba Kemi dan suami lalui, oh iya alhamdullilah bayinya sudah mau menyusu
langsung ke ibunya.
Rasa syukur dan bangga sekali pada mba dan suami. Bravo mba. Dalam smsnya
mba menuliskan kata-kata “ betul ya bu, kalau kita mau usaha dan berdoa
ternyata bisa dan Allah selalu memberikan jalan untuk kita” iya mba, allah
memang memberikan jalan karena mba dan suami tidak mau menyerah pada
keadaan.

Dari cerita perjuangan Mba Kemi, saya mendapat pelajaran hidup, asi telah
menyeret hati nurani saya untuk selalu berbagi dan berusaha sekuat tenaga
untuk membantu sesama ibu yang ingin bisa menyusui bayinya.
Ketika bertemu dengan ibu yang mengalami kesulitan memberikan asi, kita
harus berada di pihaknya, berusaha mengerti dan memahami apa saja kesulitan
yang sedang dihadapi, dukungan yang besar dari lingkungan sangat berarti
untuk ibu sedang mengalami kesulitan menyusui (itu lah yang saya rasakan).

Bagi ibu yang sampai saat ini masih menemukan kendala dalam memberikan asi
pada bayinya berusahalah ibu, jangan menyerah berkacalah pada kisah
perjuangan Mba Kemijem yang tetap berjuang pantang mundur menghadapi
berbagai rintangan dengan buah cintanya.
Menjadi seorang ibu adalah perkerjaan yang mulia meskipun mengemban tugas
yang berat memelihara, menjaga dan merawat
anak2nya, tuhan telah memilih kita untuk menjalaninya jalanilah dengan penuh
kesabaran keihlasan dan cinta.

Akhir kata mudah-mudahanan tulisan ini bisa menggugah hati kita semua yang
saling peduli dan berjuang pantang menyerah agar bayi-bayi bisa mendapatkan
haknya yaitu asi.

Ira Indiana - Tim KLASI Bandung

Wednesday, May 11, 2011

Menyapih Anak dari Botol Susunya



Felicitas Harmandini | din | Rabu, 14 April 2010 | 18:23 WIB

SHUTTERSTOCK
Tawarkan cara lain untuk melepaskan botol susunya, misalnya dengan memberinya straw cup.

KOMPAS.com - Buat si kecil, meminum susu di dalam botolnya adalah suatu pengalaman nikmat tiada tara. Botol dan susunya tak beda dengan selimut hangat atau boneka beruang kesayangannya. Ketika Anda bepergian bersamanya, dan persediaan susu telah habis, si kecil bagaikan sedang "sakau" minum susu. Gelisah, uring-uringan, dan merepotkan.

Ketika sudah waktunya bagi mereka untuk belajar menggunakan gelas untuk minum susu, tantangannya berikutnya menanti. Berpisah dengan botol susu bukanlah ide menarik untuk si kecil. Meninggalkan botol sama rasanya dengan meninggalkan teman baiknya. Namun, Anda memang harus tega menggusur botol susunya itu.

Yang perlu Anda lakukan saat menerapkan latihan ini adalah kegigihan, ketekunan, dan selalu mengingat bahwa latihan ini akan berhasil. Buktinya, Anda tak pernah melihat murid TK masuk sekolah sambil membawa botol susunya, bukan? Berikut langkah yang bisa Anda lakukan:

Singkirkan botolnya
Menyapih anak memerlukan komitmen yang tinggi. Ketika Anda memutuskan ini waktunya anak berhenti menggunakan botol susu, sebaiknya botol susu pun tak lagi beredar di dalam rumah. Menyimpan botol di meja atau rak piring hanya akan membuat si kecil terus merengek dan mempersulit transisinya.

Cara satu-satunya: singkirkan botol tersebut dan pastikan si kecil melihat Anda melakukannya. Masukkan botol susu ke dalam tas, dan katakan pada anak bahwa Anda akan memberikan botol tersebut kepada anak lain yang lebih membutuhkan. Ajak anak membawanya ke kotak pos, ucapkan perpisahan, dan minta ia tetap tabah.

Tukarkan
Bila si kecil belum bersedia melepaskan botol susunya, Anda bisa menawarkan alternatif untuk memikatnya. Misalnya, dengan memberikan sippy cup (gelas yang diberi penyedot) sebelum benar-benar mengharuskannya menggunakan gelas. Atau, Anda bisa memberikan susu cokelat sebagai pengganti susu putihnya yang biasa. Anda harus hati-hati, agar anak yang tergolong pemilih tidak lantas memilih jenis minuman yang kurang bergizi.

Tekunlah
Tentu akan ada "pemberontakan-pemberontakan" kecil saat menjalani proses ini. Entah ia menangis sepanjang waktu, terjadi temper tantrum, atau ia bersikeras tak mau minum susu. Apapun yang terjadi, jangan menyerah. Anda telah membuat keputusan untuk menyingkirkan botolnya untuk alasan yang tepat, jadi tetaplah dengan rencana Anda. Proses ini tak akan mudah, namun bila Anda melunak, Anda hanya akan mempersulit kemajuan si kecil dan Anda sendiri.

Botol Susu Picu Kegemukan Anak


Botol Susu Picu Kegemukan Anak
Asep Candra | Jumat, 6 Mei 2011 | 08:25 WIB



KOMPAS.com — Anak yang minum dari botol susu hingga umur 2 tahun
berisiko kegemukan 30 persen lebih tinggi pada usia 5 tahun daripada
anak yang minum dari gelas.

Pemakaian botol susu mendorong konsumsi kalori berlebih. Karena itu,
sejak anak berusia enam bulan perlu dikenalkan minum dari gelas dan
penggunaan botol susu dihentikan sejak anak 1 tahun.

Penelitian yang dimuat dalam Journal of Pediatrics itu menganalisis
7.000 anak di seluruh Amerika Serikat. Rachel Gooze, salah satu peneliti
dari Pusat Penelitian Obesitas dan Pendidikan, Universitas Temple,
Philadelphia, mengatakan kepada BBC, Kamis (5/5/2011), anak perempuan
berumur 2 tahun dengan berat dan tinggi badan seimbang yang menggunakan
botol susu berkapasitas 8 ounce (sekitar 250 gram) akan menerima
kelebihan kalori hingga 12 persen dari yang dibutuhkan dalam satu hari.
(BBC/MZW)


http://health.kompas.com/read/2011/05/06/08250047/Botol.Susu.Picu.Kegemukan.Anak

Sunday, May 1, 2011

akad persusuan ( ibu susu)

Zaszima Abu-Samah created the doc: "Akad Persusuan (Milk Agreement)"

Source: http://muslimah.or.id/fikih/tuntunan-akad-persusuan.html

Tuntunan Akad Persusuan

Alhamdulillah, syariat Islam begitu lengkap dalam mengatur setiap seluk kehidupan umat manusia. Termasuk dalam hal penyusuan dimana perkara ini memang sangat penting mengingat masa-masa awal kehidupan seorang manusia (yang masih berwujud bayi tak berdaya), sangat bergantung pada air susu seorang ibu. Namun ada kalanya seorang ibu kandung tidak dapat atau terhalang dari menyusui sehingga diperlukan ibu susuan lain bagi sang bayi – walaupun disana telah ada susu formula, namun tetap yang terbaik dan sesuai dengan kemampuan cerna seorang bayi adalah yang keluar dari seorang ibu (manusia) -. Dalam hal ini, maka seorang suami dapat meminta wanita lain untuk menyusui anaknya (istirdhaa’).

Syarat Akad Penyusuan

Dalam kitab Al-Mughni (V/278), para ulama menetapkan empat syarat dalam melakukan akad penyusuan. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Harus jelas berapa lama masa penyusuan yang dilakukan. Sebab tidak mungkin menentukan upah susuan kecuali setelah masa penyusuannya diketahui, yang tentunya akan berbeda upahnya sesuai dengan kesepakatan.
  2. Melihat langsung kondisi bayi yang akan disusui. Sebab ada tidaknya perbedaan dalam penyusuan teragantung kepada besar kecilnya serta lahap dan tidaknya bayi yang akan disusui.
  3. Tempat penyusuan, karena berbeda antara satu tempat dan lainnya, bisa jadi merepotkan ibu susu jika dilakukan di rumah si bayi, sebaliknya akan menyenangkan jika dilakukan di rumah sendiri (rumah ibu susu).
  4. Mengetahui dengan jelas nilai upah yang disepakati.

Upah Ibu Susuan

Ketika seorang ibu susuan memang dalam akadnya akan diberi upah (karena bisa jadi seorang ibu susuan sekedar menolong dan tidak menginginkan untuk diupah) maka para ulama berselisih pendapat tentang wujud dari upah tersebut, apakah berupa makanan dan pakaian atau berupa nilai uang.

Menurut satu riwayat dari madzhab Ahmad , bahwa boleh menyewa wanita susuan dengan imbalan makanan dan pakaian berdasar firman Allah Ta’ala, yang artinya:

… Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf…” (QS/ Al-Baqarah: 233)

Pada ayat di atas, Allah mewajibkan memberikan nafkah dan pakaian kepada wanita yang menyusui tersebut. Ini juga merupakan madzhab Abu Hanifah rahimahullah.

Namun ulama lain – imam Syafi’i, Ibnu Mundzir, salah satu riwayat dari Ahmad -, hal itu tidak dibolehkan karena perbedaan yang mencolok dalam nilai. Padahal syarat sahnya akad penyusuan harus diketahui berapa nilai uang yang harus diberikan sebagai imbalan. Sementara Imam Malik dan Ishaq berpendapat secara umum akad ijarah (jual jasa) dengan imbalan makanan atau minuman dibolehkan (termasuk dalam hal menyusui).

Apa yang dikatakan pengarang kitab Al-Mughni dalam hal ini bisa menjadi “penengah”, yaitu, “Apabila syarat pengupahan berupa pakaian dan maknaan yang sudah jelas ciri-cirinya, maka hal itu dibolehkan menurut kesepakatan ulama.” Allahu a’lam.

Isi Akad Penyusuan

Isi akad perjanjian adalah berkenaan dengan air susu, bukan perawatan bayi. Apabila wanita tersebut hanya menyusui bayi tanpa memberikan perawatan terhadap si bayi, maka wanita tersebut sudah berhak menerima upah. Apabila wanita tersebut hanya memberikan perawatan saja tanpa menyusuinya maka ia tidak berhak mendapatkan upah tersebut, berdasarkan firman Allah Ta’ala, yang artinya:

…kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu, maka berikalanlah kepada mereka upahnya” (QS. Ath-Thalaq: 6)

Yang dikecualikan dari kasus ini adalah apabila kedua pihak sepakat untuk merawat bayi, atau kebiasaan masyarakat yang berlaku di tempat tersebut bahwa akad menyusui termasuk di dalamnya merawat anak. Sehingga upah merawat maka sudah termasuk dalam akad. Wallahu a’lam.

Siapa yang Menjadi Ibu Susuan?

Siapa saja dapat menjadi ibu susuan selama ia mendapat izin dari suaminya. Jangan sampai hak-hak suaminya tidak terpenuhi karena kesibukannya menyusui dan merawat bayi orang lain.

Apabila Si Bayi Meninggal

Ibnu Qudamah berkata, “Apabila si bayi meninggal dunia, maka akad tersebut batal, karena mustahil untuk diteruskan dan tidak mungkin bayi lain dapat menempati posisi bayi yang sudah meninggal, karena adanya perbedaan kuat tidaknya seseorang bayi dalam menyusu dan demikian juga adanya perbedaan khasiat air susu untuk masing-masing bayi.”

Kemudian beliau rahimahullah melanjutkan, “Apabila akad tersebut batal dikarenakan kematian bayi, maka perjanjian sewa-menyewanya juga batal dan ibu susuan harus mengembalikan uang yang telah diterima. Apabila hal itu terjadi ketika susuan berlangsung, maka ibu susuan harus mengembalikan sisa uang dengan waktu yang tersisa.”

Di antara ulama madzhab Syafi’i ada yang berpendapat bahwa akad tersebut tidak batal selama ibu susuan masih ada, karena kendala terletak pada bayi yang meninggal dunia. Apabila pihak keluarga bayi dan pihak wanita yang menyusui sepakat untuk menggantinya dengan bayi lain, maka penyewan tersebut terus berlangsung. Jika tidak maka akad tersebut dianggap batal. Demikian yang dikatakan oleh pengarang kitab al-Majmuu’.

Apabila Ibu Susuan Meninggal

Apabila wanita susuan tersebut meninggal dunia, maka akad tersebut dianggap batal karena inti penyewaan sudah tidak ada.

Demikian pendapat yang diriwayatkan oleh Abu Bakar dari kalangan madzhab hambali. Sebagian ulama madzhab Syafi’i berpendapat bahwa akad tersebut batal dan sisa uang sewa yang ada digunakan untuk mencari wanita lain yang mau menggantikan posisi wanita yang meninggal tadi hingga masa yang telah disepakati usai. Karena hal itu ibarat hutang yang harus dibayar. Allahu a’lam.

***

Artikel muslimah.or.id

Disusun ulang oleh tim muslimah.or.id dari Buku Ensiklopedia Anak Tanya Jawab Tentang Anak Dari A sampai Z karya Abu Abdillah Ahmad bin Ahmad Al-Isawi

Dimurajaah oleh Ust Ammi Nur Baits