eharusnya sudah menjadi hal biasa jika suami ikut berperan dalam mempromosikan menyusu ASI Eksklusif, dan terutama proses Inisiasi Menyusu Dini. Seperti hasil sebuah penelitian S3 dari UI, yang menyatakan bahwa peran suami sangat diperlukan untuk mensukseskan ASI Eksklusif.
WABA, jaringan global yang peduli dengan isu seputar menyusui, kini pun menyediakan sebuah halaman khusus yang membahas peran Ayah/Suami, atau bahkan para pria, untuk ikut terlibat. Dalam halaman yang baru dibuka sejak tahun 2006, Anda bisa temui beberapa referensi yang mendukung peran kaun adam dalam proses menyusui. Program ini disebut sebagai Men's Initiative.
Dalam salah satu publikasinya, program ini menulis tentang 7 hal yang dapat Ibu lakukan, agar para Ayah turut berpartisipasi dalam kegiatan mengurus anak/bayi (yang saya terjemahkan secara bebas):
1. Cobalah melihat sesuatu dari perspektif Ibu
Ada kalanya para Ibu menilai kontribusi Ayah berdasarkan apa yang selama ini si Ibu lakukan. Hal ini menyebabkan peran Ayah menjadi sangat kecil, bahkan jadi terabaikan. Sebaliknya, para Ayah terkadang mengukur kontribusinya berdasarkan apa yang dilihatnya dari sang Kakek ('Ayah' si Ayah pada waktu kecil/sebelum menikah). Terkadang bahkan berdasarkan teman-teman berkumpul, atau teman se kantornya. Dengan sudut pandang seperti ini, Ayah jadi terlalu cepat puas, atau sudah merasa memberi kontribusi yang cukup.
2. Sesuaikan standar Anda (terhadap kontribusi si Ayah)
Bahwa pria dan wanita memiliki standar yang berbeda, itu sudah menjadi keniscayaan. Karenanya, Ibu harus mau menyesuaikan standar untuk mengukur kontribusi si Ayah. Jangan terlalu keras menuntut Ayah ntuk melakukan persis seperti yang Anda lakukan. Ayah mungkin memiliki gaya atau cara yang unik dalam mengganti popok atau menenangkan bayi yang menangis. Selama cara itu masih aman dan tidak berbahaya, Anda tidak perlu mencerewetinya. Ibu 'kan belum tentu selalu benar... :D
3. Perlakukan suami/pasangan Anda sebagai partner, bukan pembantu
Ketika si Ayah mulai berpikir bahwa perannya dalam keluarga adalah seperti asisten Ibu, Ibu perlu mulai memikirkan peran yang masuk akal untuk dituntut dari suaminya. Kalau Ibu hanya 'meminta bantuan' kepada Ayah, hanya akan menguatkan persepsi Ayah bahwa dia adalah pembantu Ibu, dan memiliki tanggung jawab yang terbatas terhadap perawatan anak. Lebih baik Ibu mendiskusikan bersama Ayah, bagaimana membagi tanggung jawab tersebut secara proporsional.
4. Beri penghargaan yang layak kepada suami Anda
Dalam kelompok, biasanya laki-laki paling benci jika disuruh melakukan sesuatu yang membuat mereka merasa/tampak tidak mampu (tidak kompeten). Di saat yang sama, laki-laki pada umumnya senang kalau diberi penghargaan. Sesekali berilah pujian pada suami Anda atas pekerjaan yang telah dilakukannya, dan dorong dia untuk melakukannya lagi, meskipun tidak sama persis seperti apa yang biasa Anda lakukan.
5. Jangan menjadi 'Si Paling Tahu'
Meskipun Ibu paling tahu bagaimana menghentikan tangisan bayi, cobalah untuk tidak terlalu menggurui suami Anda. Biarkan si Ayah menmukan caranya sendiri, karena dengan begitu akan membangkitkan kepercayaan diri, dan motivasi si Ayah untuk melakukannya lagi. Laki-laki dan perempuan selalu memiliki perbedaan dalam hal mengatasi masalah, jadi jangan terlalu memaksakan cara Anda.
6. Tunjukkan bahwa Anda tidak mungkin bisa melakukan segala hal
Tunjukkan kepada suami Anda bahwa Anda pun memiliki keterbatasan. Dengan memahami hal ini, Ayah akan lebih nyaman dalam mengambil peran dalam kegiatan domestik dalam rumah tangga.
7. Definisikan ulang kata "Bekerja"
Ketika berbagi tanggung jawab, banyak pasangan yang mengalami masalah dalam menggunakan kata "Bekerja". Kegiatan apa saja yang Anda sebut "Bekerja" di rumah? Sepakati pemahaman ini bersama suami, agar tidak memunculkan ketimpangan. Sesekali, lakukanlah pertukaran peran, misalnya membiarkan suami Anda memasak, dan Anda dapat beristirahat. Pertukaran seperti ini akan lebih membangun kesepahaman tentang kontribusi apa yang dapat dilakukan oleh masing-masing.
(Becoming a Better Dad: Seven Ways Your Spouse Can Helps)
Anda dapat mengunduh file aslinya (pdf), di sini.
*Blog ini sudah terdaftar sebagai salah satu resources yang turut mengkampanyekan ASI Eksklusif dan IMD di Indonesia, terutama yang dilakukan oleh pria *karena saya memang pria :D*. Anda para Ayah yang juga peduli dengan ASI Eksklusif dan IMD? Anda punya blog atau web, atau apapun yang bisa dishare? Silakan kunjungi web Men's Initiative nya WABA.
Kategori: Ayah/Suami, Media
Close
Forgot password?
Please put in your email: Send me my password!
Close message
Login
* This blog post
* All blog posts
Subscribe to this blog post's comments through...
* Add to netvibes
* Subscribe in NewsGator Online
* Add to My Yahoo!
* Feedblitz
* Add to Pageflakes
* Add to Google
* Subscribe with Bloglines
* Add to Microsoft Live
RSS Icon RSS Feed
Subscribe via email
Subscribe
Subscribe to this blog's comments through...
* Add to netvibes
* Subscribe in NewsGator Online
* Add to My Yahoo!
* Feedblitz
* Add to Pageflakes
* Add to Google
* Subscribe with Bloglines
* Add to Microsoft Live
RSS Icon RSS Feed
Subscribe via email
Subscribe
Follow the discussion
Comments (6)
Loading... Logging you in...
Close
Login to IntenseDebate
Or create an account
Username or Email:
Password:
Forgot login?
OpenID
Cancel Login
Close WordPress.com
Username or Email:
Password:
Lost your password?
Cancel Login
Close
Login with your OpenID
Or create an account using OpenID
OpenID URL:
Back
Cancel Login
Dashboard | Edit profile | Logout
* Logged in as
Admin Options
Disable comments for this page
Save Settings
Sort by: Date Rating Last Activity
Loading comments...
0 Vote up Vote down
's avatar - Go to profile
dwi (seorang ayah da · 136 weeks ago
artikel menarik. tapi, agak bias ayah, ya?
Reply
0 replies · active 136 weeks ago
Loading...
+1 Vote up Vote down
rahadian p. paramita's avatar - Go to profile
rahadian p. paramita 49p · 136 weeks ago
maksute piye mas? kok bias ayah? bukankah tulisan di atas adalah saran untuk ibu, supaya bisa 'mendayagunakan' ayah dalam porsi kegiatan domestik rumah tangga?
Reply
3 replies · active 136 weeks ago
+1 Vote up Vote down
dwi's avatar
dwi · 136 weeks ago
maksute terlalu membela ayah gitu lohh. misalnya "ibu harus menyesuaikan standard ayah" (no. 2) , "ibu mulai perlu memikirkan peran masuk akal si ayah" (no. 3), "ibu beri penghargaan ke ayah" (no. 4), "ibu jangan merasa paling tahu" (no. 5)", "ibu yang disuruh memulai pertukaran peran (no. 7)". nadanya, semuanya ditujukan ke ibu, sekurang-kurangnya ibulah yang mesti memulai semua ini. ngono lho rek.
Reply
Loading...
+1 Vote up Vote down
rahadian p. paramita's avatar - Go to profile
rahadian p. paramita 49p · 136 weeks ago
Huehehe... maksut tulisan itu nggak membela si ayah sih sebenarnya. Soalnya terjemahan, jadi bahasa indonesianya agak bias Ayah ya? Persoalannya, kalau kerjaan Ayah di benchmark pake hasil kerjaan Ibu, pasti si Ayah K.O. :D
Reply
0 Vote up Vote down
dwi's avatar
dwi · 136 weeks ago
hahahaha... bener ... bener. kasian deh lo ayah
Reply
0 Vote up Vote down
's avatar - Go to profile
ade · 17 weeks ago
thx yaa infona..
sangat bermanfaat..
No comments:
Post a Comment