Thursday, August 19, 2010

Diare tidak Harus Dilawan Antibiotik

TIDAK semua balita penderita diare membutuhkan antibiotik, kecuali
dengan indikasi terserang diare berdarah. Demikian kata Guru Besar
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, sekaligus
penerima Bakrie Award 2010, Prof Dr Yati Soenarto.

"Selama ini pengobatan diare pada balita selalu mengandalkan antibiotik
dan antiparasit.
Padahal tidak semua penderita diare membutuhkan antibiotik," ujar Yati,
kemarin.

Ia mengatakan pemberian antibiotik yang sembarangan justru akan
menimbulkan resistensi. Tidak hanya pada penyakit penyebab diare, tetapi
juga pada penyakit-penyakit lainnya.

"Saya dan tim menemukan penyebab terbesar penyakit diare bukan bakteri
atau parasit, melainkan disebabkan rotavirus. Temuan tersebut berimbas
pada metode pengobatan diare," ujarnya.

Menurut Yati, diare dapat diatasi dengan menerapkan beberapa langkah,
yaitu dengan memberikan oralit, zinc, air susu ibu, dan makanan.
Sementara itu, antibiotik hanya diberikan kepada penderita diare berdarah.

Pemberian oralit pun tetap menjadi solusi paling jitu untuk mengatasi
diare agar tidak berakibat fatal. “Berdasarkan hasil penelitian,
pemberian oralit terbukti mampu menurunkan angka kematian balita
penderita diare dari rasio 40/100 menjadi 7/100,” jelas Yati.

Diare masih menjadi penyebab utama kematian pada balita.

Fakta itu pula yang mendorong Yati terus menggeluti masalah tersebut.
“Sejak 1970-an diare menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita di
dunia, dan hal itu mendorong saya untuk menggeluti lebih dalam tentang
penyakit ini.’’ Ia menambahkan, ia dan tim dari Fakultas Kedokteran UGM
sedang mengembangkan vaksin rotavirus sebagai penangkal diare. Adanya
pengembangan, selain bisa menghadirkan vaksin yang terjangkau,
diharapkan dapat mengikis ketergantungan Indonesia terhadap obat-obatan
impor. (Ant/H-1)



http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2010/08/18/ArticleHtmls/18_08_2010_020_016.shtml?Mode=0

No comments:

Post a Comment