Tuesday, May 4, 2010

ASI adalah Emas yang Diberikan Gratis

Dikirim oleh Evariny A. untuk Seputar ASI
viewed: 1016 , 5 today

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta (58) menggambarkan betapa berharganya Air Susu Ibu (ASI) dengan menyamakannya dengan logam mulia emas.

“ASI itu sebenarnya ibarat emas yang diberikan gratis oleh Tuhan, karena ASI adalah cairan hidup yang dapat terus menyesuaikan kandungan zatnya terhadap kebutuhan bayi. Seperti komputer yang dapat mengatur kebutuhan tubuh bayi,” kata Meutia seusai membuka Gerak Jalan Masal dalam perayaan Pekan ASI di Jakarta, Sabtu (6/8) pagi.

Perempuan kelahiran Yogjakarta itu menyayangkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat ASI tersebut. Padahal, demi perkembangan fisik dan intelektualnya, semua anak harus memperoleh ASI Esklusif selama miniman enam bulan.

“Kita harus mendorong mereka, ibu-ibu itu supaya bisa memberikan ASI Esklusif pada bayi hingga usia enam bulan, dan dilanjutkan hingga dua tahun atau lebih dengan tambahan makanan pendamping,” jelasnya.

Anak seorang proklamator Indonesia itu mengatakan, minimnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya ASI, antara lain karena ada perubahan sosial budaya yang menganggap ASI tidak penting lagi.

“Karena orang ingin modern, selalu ada dorongan untuk menjadi modern, kemudian ada kesalahan persepsi bahwa modern itu juga berarti mengkonsumsi apa yang dianggap modern. Dan sayangnya itu tidak dibarengi dengan mempertahankan apa yang sudah ada,” kata perempuan berkacamata itu.

Kerena keinginan mengikuti modernitas itu pula, banyak ibu berpaling pada susu formula yang merupakan produk modern, dan meninggalkan ASI yang dinilai ketinggalan zaman.

ASI yang merupakan emas berharga, menurut Meutia, adalah jawaban terhadap masalah kekurangan gizi yang dihadapi bangsa Indonesia.

Balita yang mengalami gizi buruk dan kurang gizi meliputi seperempat dari jumlah balita yang ada di Indonesia, sekitar 27 persen.

“Tentunya kita tidak mengharapkan dari sekitar 6,5 juta balita itu, seperempatnya kurang gizi, bahkan 1,5 juta mengalami gizi buruk. Sekarang kita ubah pola pikir yang ada selama ini mengenai ASI. harus kita tanamkan bahwa asi esklusif itu merupakan satu-satunya jalan kaluar bagi mengatasi gizi buruk,” tutup Meutia. (Ant/OL-1)

sumber: Media Indonesia Online

No comments:

Post a Comment