Wednesday, February 10, 2010

Bukan karena Menyusui, Payudara tak Indah Lagi

Sabtu, 5 September 2009 | 09:06 WIB

KOMPAS.com - Anggapan payudara menjadi jelek bila menyusui bayi bukan isu baru. Dari dulu anggapan menyesatkan semacam ini sudah sering beredar, juga di kalangan perempuan berpendidikan. Mereka yakin, itu sebuah keniscayaan.

Lalu, mengapa itu dinilai menyesatkan? Karena memang anggapan itu tidaklah benar. Secara medis tidak ada bukti, gara-gara menyusui bayi, payudara jadi berubah jelek.

Sejatinya, dipakai menyusui atau tidak, payudara ibu yang sudah melahirkan pasti jelek. Jadi kalau begitu adanya, mengapa tidak memilih menyusui saja, demi memberi hak kepada anak agar mendapat makanan terbaik?

Kita tahu, selama proses kehamilan, jaringan payudara mengalami perubahan akibat pengaruh hormon. Kelenjar susu jadi aktif berproduksi. Jaringan penunjang payudara meregang, dan itu yang menyebabkan struktur payudara berubah setelahnya.

Payudara tersusun oleh kelenjar susu, selain lemak. Makin besar ukuran payudara, makin memerlukan jaringan penunjang untuk memikul beratnya. Potensi payudara untuk mengendur lebih besar sesuai ukuran. Makin besar payudara, makin besar potensi menggelantung, apalagi kalau tak tepat memilih kutang.

Jadi “Inem” Agar Kekar
Kokohnya payudara juga ditentukan oleh kondisi otot dada tempat jaringan payudara melekat. Tergantung seberapa kokok otot dada terbentuk, makin kekar sosok payudara yang didukungnya. Setiap perempuan hendaknya memperkokoh otot dada supaya payudaranya tetap kekar didukung otot-ototnya.

Wanita yang melakukan pekerjaan di rumah (domestik) setiap hari umumnya memiliki otot dada yang kokoh. Otot terbentuk padat, sintal, bernas. Sebagai alas payudara, kekekaran otot dada memengaruhi bentuk payudara juga.

Payudara tak mungkin bertahan sekekar sebelum hamil dan melahirkan. Namun, bila otot dada lebih kekar, tidak akan lebih menggelantung daripada yang otot dadanya kurang kekar. Di situ pentingnya mengekarkan otot dada.

Pekerjaan mencuci pakaian (menggilas), misalnya, mempertebal dan mengokohkan otot dada. Wanita modern sengaja mengencangkan otot dada dengan senam dan fitnes.

Rugi tidak menyusui
Selain ukuran, bentuk dan rupa payudara tidak seragam. Ada yang mungil, ada yang jumbo. Ada yang mancung, ada yang pesek. Itu ditentukan oleh bawaan lahir. Boleh dibilang payudara itu dilahirkan, bukan dibentuk. Kecuali bila direkayasa dengan operasi atau alat khusus.

Kodrat payudara itu untuk menyusui bayi. Bila tidak dipakai sesuai kodratnya, tentu ada yang salah. Kesalahan karena tidak memberi anak hak mendapatkan makanan terbaiknya. Itu berarti anak belum tentu bertumbuh dan berkembang optimal.

Bila diberi ASI, anak akan seunggul warisan yang diterimanya. Bukan saja ASI lebih sesuai untuk tubuh anak, kekebalan tubuh anak pun menjadi prima. Anak yang tidak diberi ASI lebih sering sakit daripada yang mendapat ASI. Penyakit seringan apa pun akan merongrong tumbuh kembang anak.

Lebih dari itu, dengan menyusui perempuan akan merasa sempurna sebagai ibu. Tak cukup hamil lalu melahirkan. Pengalaman menyusui bayi adalah faset dalam kehidupan perempuan. Di balik itu ada sentuhan pada batin ibu, ada jalinan batin.

dr.Handrawan Nadesul, dokter umum dan pengasuh rubrik di Tabloid Gaya Hidup Sehat

Sumber : Kompas

No comments:

Post a Comment