Wednesday, February 10, 2010

Sadar ASI Eksklusif Belum Meluas

Rabu, 23 Desember 2009 | 03:44 WIB

Jakarta, Kompas – Kesadaran kaum ibu, baik di perkotaan maupun pedesaan, untuk memberikan ASI eksklusif kepada anaknya pada usia 0-6 bulan belum meluas. Promosi susu formula melalui iklan di berbagai media massa dan pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini menjadi dua hambatan utama pemberian ASI eksklusif.

Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Mia Sutanto mengemukakan hal itu dalam diskusi AIMI, Senin (21/12) di Jakarta. ”Susu formula dan makanan pendamping ASI berisiko tinggi bagi bayi karena sistem pencernaan mereka masih lemah dan rentan bakteri,” ujarnya.

Susu formula berisiko terhadap kesehatan karena tidak ada jaminan 100 persen bebas bakteri sejak proses pemerasan hingga dikonsumsi. ”Tetapi, kalau ASI, kan langsung dari ibu ke anaknya,” kata Mia.

Wakil Ketua AIMI Nia Umar menambahkan, kaum ibu kerap memberikan makanan tambahan, seperti bubur lembut, karena merasa persediaan ASI-nya tidak mencukupi. Bisa jadi persediaan ASI-nya sebenarnya masih banyak, tetapi karena perawatan kurang tepat, ASI jadi berkurang.

Mia mengakui, kondisi untuk menyusui di Indonesia belum ideal. Selain kurang optimalnya dukungan pemerintah, ketersediaan fasilitas ruangan untuk menyusui (nursery room) di tempat umum atau perkantoran juga masih minim. ”Payung hukumnya sudah ada, tetapi pelaksanaannya belum,” kata Mia.

Jika dukungan pemerintah kuat, kampanye sosialisasi ASI akan lebih mudah, terutama ke posyandu melalui konselor laktasi (proses menyusui mulai dari produksi ASI hingga proses bayi mengisap dan menelan ASI). Lagi pula untuk mencegah gizi buruk dan kematian ibu melahirkan dan bayi, ASI eksklusif ialah cara termudah, termurah, dan terbaik.

Beranggotakan 4.800 orang, AIMI berharap bisa mendorong pemerintah berpihak kepada ASI eksklusif dan menekan konsumsi susu formula. ”Susu formula masih sampai pedesaan, apalagi ketika terjadi bencana. Sayangnya banyak posyandu justru mendukung pemberian susu formula. Masyarakat harus tahu risiko susu formula dan bukan hanya kelebihannya,” kata Nia. (LUK)

Sumber : Kompas

No comments:

Post a Comment