Tuesday, May 31, 2011

Pentingnya Teknik Memerah yang Tepat

Pentingnya Teknik Memerah yang Tepat Jika kita

perhatikan cara memerah ASI dg tangan tampaknya sulit dari yg dibayangkan. Dalam hal ini, tangan harus lebih cepat dari mata. Sehingga banyak ibu yg merasa bahwa memerah ASI dg tangan sangat sulit. Meskipun ia telah belajar dari bacaan atau pun praktek langsung. Memang, ASI dapat diperah dg mudah tanpat teknik apapun. Namun satu hal yg sering terlupakan adalah teknik yg tidak tepat akan merusak jaringan lemak pada payudara, membuat payudara menjadi lecet. Bahkan kulit payudara bisa menjadi memar atau memerah.

Memerah ASI dg teknik Marmet awalnya diciptakan oleh seorang ibu yg harus mengeluarkan ASInya karena alasan medis. Awalnya ia kesulitan mengeluarkan ASI dg refleks yg tidak sesuai dg refleks keluarnya ASI saat bayi menyusu. Hingga akhirnya ia menemukan satu metode memijat dan menstimulasi agar refleks keluarnya ASI optimal. Kunci sukses dari teknik ini adalah kombinasi dari cara memerah ASI dan cara memijat.

Jika teknik ini dilakukan dg efektif dan tepat, maka seharusnya tidak akan terjadi masalah dalam produksi ASI ataupun cara mengeluarkan ASI. Teknik in dapat dg mudah dipelajari sesuai instruksi. Tentu saja semakin sering ibu melatih memerah dg teknik marmet ini, maka ibu makin terbiasa dan tidak akan menemui kendala.

Keuntungan Memerah ASI dengan Teknik Marmet

Banyak sekali keuntungan memerah ASI dg teknik marmet. Diantaranya :

  • Penggunaan pompa ASI relatif tidak nyaman dan tidak efektif mengosongkan payudara.
  • Banyak ibu telah membuktikan bahwa memerah ASI dg tangan jauh lebih nyaman dan alami (saat mengeluarkan ASI)
  • Refleks keluarnya ASI lebih mudah terstimulasi dg Skin to skin contact (dg cara memerah tangan) daripada penggunaan pompa (terbuat dari plastik).
  • Jelas nyaman digunakan
  • Aman dari segi lingkungan
  • Portable (mudah dibawa kemana-mana). Tidak mungkin kan ibu lupa membawa tangannya?
  • Dan yg paling mengasyikkan : GRATIS

Langkah-langkah Teknik Marmet

  1. LETAKKAN ibu jari dan dua jari lainnya (telunjuk & jari tengah) sekitar 1 cm hingga 1,5 cm dari areola
    • Usahakan utk mengikuti aturan tsb sbg panduan. Apalagi ukuran dari areola tiap wanita bervariasi.
    • Tempatkan ibu jari diatas areola pada posisi jam 12 dan jari lainnya di posisi jam 6
    • Perhatikan bahwa jari-jari tsb terletak diatas gudang ASI. Sehingga proses pengeluaran ASI optimal.
    • Hindari melingkari jari pada areola spt gambar ini. Posisi jari seharusnya TIDAK berada di jam 12 dan jam 4.
  2. DORONG ke arah dada Hindari meregangkan jari. Bagi yg berpayudara besar, angkat dan dorong ke arah dada.
  3. GULUNG menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara bersamaan. Gerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan gudang ASI hingga kosong. Jika dilakukan dg tepat, maka ibu tidak akan kesakitan saat memerah. Catatan : Perhatikan posisi dari ibu jari dan jari-jari lainnya pada gambar dg baik. Arah panah menunjukkan arah tekanan jari saat melakukan gerakan. Perhatikan posisi jari berubah pada tiap gerakan mulai dari posisi Push (jari terletak jauh di belakang areola) hingga posisi Roll (jari terletak di sekitar areola).
  4. ULANGI SECARA TERATUR (RYTHMICALLY) hingga gudang ASI kosong. Posisikan jari secara tepat, push (dorong), roll (gulung); posisikan jari secara tepat, push (dorong), roll (gulung).
  5. PUTAR ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI lainnya. Demikian juga saat memerah payudara lainnya, gunakan kedua tangan. Misalkan, saat memerah payudara kiri, gunakan tangan kiri. Juga saat memerah payudara kanan, gunakan tangan kanan. Saat memerah ASI, jari-jari berputar seiring jarum jam ataupun berlawanan agar semua gudang ASI kosong. Pindahkan ibu jari dan jari lainnya pada posisi jam 6 & jam 12, kemudian posisi jam 11 & jam 5, kemudian jam 2 & jam 8, kemudian jam 3 & jam 9. Gambar berikut menunjukkan posisi tangan pada payudara kanan.

Hindari Gerakan Berikut

  • Menekan (Squeeze): Hindari menekan / memencet payudara. Hal ini dapat melukai payudara.
  • Menarik-narik (Pulling): Hindari menarik-narik puting payudara. Hal ini dapat merusak lapisan lemak pada areola
  • Slide on: Hindari menekan dan mendorong (sliding on) payudara. Hal ini dapatmenyebabkan kulit pada payudara memar atau memerah.

Agar ASI Mudah Dikeluarkan

Hal-hal dibawah ini dapat membantu merangsang (stimulasi) refleks keluarnya ASI.

  1. PIJATLAH (massage) sel-sel produksi ASI dan saluran ASI. Mulai dari bagian atas payudara. Dg gerakan memutar, pijat dg menekan ke arah dada.
  2. TEKANLAH (stroke) daerah payudara dari bagian atas hingga sekitar puting dg tekanan lembut dg jari spt menggelitiki.
  3. GUNCANGLAH (shake) payudara dg arah memutar. Gerakan gravitas akan membantu keluarnya ASI.

Prosedur

Prosedur berikut diutamakan bagi para ibu yg memberikan ASI eksklusif dan bagi mereka yg ingin meningkatkan produksi ASI juga menjaga agar produksi ASI optimal.

  • Perahlah kedua payudara hingga ASI kosong dari gudang payudara (ditandai dg aliran ASI yg menurun).
  • Lakukan prosedur stimulasi refleks keluarnya ASI agar ASI mudah dikeluarkan (massage, stroke, shake) pada kedua payudara. Prosedur tsb dapat dilakukan kapanpun.
  • Ulangi seluruh proses memerah ASI pada tiap payudara dan teknik stimuasi refleks keluarnya ASI sekali atau dua kali. Aliran ASI biasanya menurun pada kali kedua atau ketiga. Ini artinya gudang ASI mengering.

Prosedur ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit.

  • Perahlah tiap payudara selama 5-7 menit.
  • Pijat (Massage), stroke, guncang (shake).
  • Perahlah lagi tiap payudara selama 3-5 menit.
  • Pijat (Massage), stroke, guncang (shake).
  • Perahlah lagi tiap payudara selama 2-3 menit.

Catatan : Jika supply ASI terjaga, gunakan waktu semaksimal mungkin. Waktu tsb diatas hanya sbg patokan saja. Perhatikan aliran ASI dan ganti payudara lainnya jika aliran ASI pd payudara tsb sudah mulai menurun.

Catatan : Jika ASI tidak keluar atau hanya sedikit ASI yg keluar, ikuti petunjuk diatas dg periode waktu lebih singkat dan sering.

Penting untuk Diperhatikan

ASI peras tak bisa menggantikan tindakan menyusui itu sendiri. Seperti diketahui, tindakan menyusui punya banyak pengaruh untuk pertumbuhan mental dan fisik bayi. Itu sebab, ASI peras hanya dianjurkan bagi bayi-bayi yang ibunya bekerja. Bila ibu tak bekerja atau si bayi bisa dibawa ke tempat di mana ibunya berada, harus diusahakan breast feeding atau menyusui langsung, bukan ASI peras[1]. Jadi, Bu, hanya bila situasi dan kondisinya tak memungkinkan untuk menyusui langsung, barulah si kecil boleh diberi ASI peras/perah. Ibaratnya, tak ada rotan, akar pun jadi. Bila sudah berada satu atap lagi dengan si kecil, hendaknya ASI peras yang masih ada jangan diberikan lagi, tapi bayi harus menyusu langsung pada ibu. Bukankah tindakan menyusui adalah rotan? Jadi, bila ada rotan, mengapa harus menggunakan akar?

Tak usah cemas si kecil akan kekurangan ASI berapapun jumlah ASI perah yang dikeluarkan. Memang, pada awalnya si kecil akan gelisah dengan jumlah yang mungkin lebih sedikit dari biasanya, tapi bayi akan cepat beradaptasi[1]. Maksimal pada hari keempat, bayi akan sudah terbiasa. Seberapa pun ASI yang ada, akan diminum. Kalau ditinggali 500 cc, akan diminum; begitu juga 300 cc, bahkan 200c. Namun ketika ibunya datang, ia akan minum habis-habisan. Jadi, bayi tak akan kekurangan ASI. Itu sudah dibuktikan.

Persiapan

Untuk memberi bayi ASI perahan, jauh-jauh hari sebelum masa cuti berakhir ibu memang harus menyiapkan diri sendiri dan bayi. Apalagi jika si buah hati merupakan anak pertama. Beratnya meninggalkannya memang luar biasa. Apalagi siang hari tak bersamanya dan tak menyusuinya pasti berat. Di kantor, saat payudara bengkak karena produksi ASI tak disusu bayi, ingatan ibu pastilah pada buah hati di rumah.

Mempersiapkan diri sendiri menjadi penting. Pertama, adalah mempersiapkan mental untuk meninggalkan bayi dan memupuk rasa percaya bahwa ia akan baik-baik saja di rumah. Kedua, persiapan dengan mulai belajar memerah dua minggu sebelum cuti berakhir. Ketika bayi tidur dan payudara mulai terasa membengkak, segera perahlah payudara lalu simpan di kulkas. Esok siang, ASI perah tersebut bisa ibu berikan pada bayi.

Tetap memberi ASI selama ibu bekerja di kantor berarti ibu harus memupuk kerjasama dengan pengasuh[2]. Ini bukan hal mudah. Apalagi jika yang ibu percayai merawatnya adalah orangtua sendiri atau mertua. Kalau mereka tidak punya pemahaman yang sama tentang pemberian dan manfaat ASI eksklusif, ditambah pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil dicampur susu atau makanan padat, akan sedikit menyulitkan. Tapi, jangan menyerah. Pelan-pelan jelaskan sama ibu atau ibu mertua tentang pentingnya ASI eksklusif, dan bahwa usus bayi belum siap mencerna makanan. Begitu juga jelaskan pada pengasuh, kerjasama orangtua dengan pengasuh di rumah ini juga menentukan keberhasilan menyusui secara eksklusif.

Sedangkan untuk mempersiapkan bayi, ibu harus memulai membiasakan bayi diberi ASI perahan dengan sendok, bukan botol susu, apabila bayi masih terlalu kecil. Memang di hari-hari pertama pemberian susu perah dengan sendok, bayi mungkin menolaknya. Ia bahkan bisa cemas dan gelisah. Namun, janganlah khawatir, 3 atau 4 hari setelahnya bayi akan terbiasa. Itu sebabnya, sebelum masa cuti berakhir bayi perlu dilatih disuapi susu dengan sendok. Jadi, tak perlu resah jika harus kembali bekerja, bukan?

Memerah ASI dengan Pompa

Adapun cara “menabung” ASI peras, yang paling baik dan efektif dengan menggunakan alat pompa ASI elektrik[1]. Hanya saja, harganya relatif mahal. Lagi pula, masih ada cara lain yang lebih terjangkau bila punya dana lebih, yaitu piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini memang seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan pompa mudah sekali dibersihkan dan tekanannya bisa diatur.

Ironisnya, pompa-pompa yang ada di Indonesia jarang sekali berbentuk suntikan, lebih banyak berbentuk squeeze and bulb. Padahal, harga kedua pompa tersebut relatif sama. Namun bentuk squeeze and bulb tak pernah dianjurkan banyak ahli ASI. Soalnya, pompa seperti ini sulit dibersihkan bagian bulb-nya (bagian belakang yang bentuknya menyerupai bohlam) karena terbuat dari karet hingga tak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/rata[1].

Memerah ASI dengan Tangan

Memerah ASI bukanlah hal yang sulit, bahkan tidak selalu membutuhkan alat khusus atau pompa ASI. Cukup dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar! Memang membutuhkan waktu, yakni masing-masing payudara 15 menit.

Tentu saja ada yang lebih murah ketimbang pompa-pompa ASI tadi, yaitu memerah dengan jari. Cara back to nature ini amat sederhana dan tak perlu biaya. Namun agar hasil perahannya memuaskan, kita perlu mengenal sedikit anatomi payudara.

Payudara terdiri tiga komponen yang prinsipil, yaitu “pabrik” (di daerah dada berwarna putih), saluran, dan “gudang” (di daerah warna cokelat atau areola) ASI. Ketiganya seperti bejana berhubungan. “ASI diproduksi di ‘pabrik’nya yang berbentuk seperti kumpulan buah anggur. Setiap ‘pabrik’ ASI dilalui otot-otot. Bila otot-otot ini mengkerut, ia akan memompa ASI ke salurannya menuju ‘gudang’. Nah, agar pabrik memproduksi ASI lagi, syarat utamanya ASI di ‘gudang’ harus habis lebih dulu. Bila ‘gudang’ kosong, barulah ‘pabrik’ akan mengisinya kembali, begitu seterusnya.

Sebenarnya memerah ASI hampir sama dengan mengeluarkan pasta gigi. Bila kita hanya menekan ujung pasta gigi, tentu pastanya tak akan keluar. Jadi, kita harus menekan agak ke belakang. Bila tak keluar banyak, kemungkinan teknik ibu salah. Mungkin cara memerah susunya seperti melakukan massage payudara. Ini tak akan mengeluarkan ASI, karena yang ditekan pada massage payudara adalah ‘pabrik’ ASI bukan ‘gudang’nya. Kan, kita tak bisa langsung mengeluarkan ASI dari ‘pabrik’ tapi harus melalui ‘gudang’ dulu.” Jadi, bila tekniknya sudah benar, lama-kelamaan memerah ASI akan menjadi pekerjaan biasa. Waktu yang dibutuhkan pun tak sampai setengah jam, tapi susu yang terkumpul bisa mencapi 500 cc.

Jadi, pada prinsipnya kita harus bisa mengeluarkan ASI yang ada di “gudang”. Caranya, tempatkan tangan kita di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat payudara di antara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama, kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperas.

ASI Perah Hanya Kala Ibu & Bayi Terpisah

Harap diingat, aktivitas menyusui langsung (breastfeeding) sebenarnya lebih bermanfaat dibanding ASI perah. Keterikatan, kedekatan, dan terciptanya suasana aman serta nyaman saat menyusui langsung dapat meningkatkan pertumbuhan fisik maupun psikis bayi. Karena itu, berikan ASI perah hanya kala bayi “terpisah” untuk sementara waktu dari ibunya. Setelah ibu di rumah dan bertemu kembali dengan si kecil, aktivitas menyusui langsung dapat segera dilakukan.

Kosongkan Gudang ASI agar ASI Terus Diproduksi

Secara prinsip, payudara terdiri atas tiga unsur utama, yaitu “pabrik”, saluran, dan “gudang” ASI (di daerah warna cokelat atau aerola). Ketiganya ibarat bejana berhubungan. Agar produksi terus berjalan, ASI di gudang harus habis lebih dulu. Bila gudang kosong, barulah pabrik akan mengisinya kembali dan seterusnya. Pendek kata, ASI di gudang harus selalu dihabiskan supaya proses produksi terus berjalan.

Saat memerah ASI, prosesnya hampir sama dengan mengeluarkan pasta gigi. Bila hanya menekan ujung pasta gigi, tentu pastanya tak akan keluar. Jadi, bagian yang agak belakanglah yang harus ditekan. Bila tak keluar banyak, kemungkinan teknik yang dilakukan salah. Bila tekniknya sudah benar, lama-kelamaan memerah ASI akan menjadi aktivitas yang tidak sulit.

Kunci memerah ASI dengan tangan adalah menemukan posisi jari-jari yang tepat. Lakukan latihan sampai menemukan posisi atau tempat yang tepat. Menggabungkan pemerahan ASI dengan tangan dan pengurutan payudara merupakan cara memerah ASI yang efektif.

Perah Dengan Tangan Lebih Dianjurkan

ASI yang diperah dengan pompa sebenarnya tak direkomendasikan atau tak dianjurkan diberikan kepada bayi. Kenapa? Karena banyak pompa ASI di pasaran yang tidak memenuhi standar. Bahan karet yang terdapat di bagian belakang pompa yang berbentuk seperti bohlam ternyata tak bisa disterilkan. Bahkan bisa menjadi media yang menyalurkan mikroba. Lantaran itu, ASI hasil pompa dianjurkan hanya sebatas untuk mengatasi pembengkakan payudara.

Memang ada pula pompa ASI yang memenuhi standar, seperti pompa elektrik dan pompa berbentuk piston. Namun harganya terbilang mahal. Jadi, yang dianjurkan tetaplah teknik memerah dengan tangan. Selain mudah, tak merepotkan serta tak perlu mengeluarkan uang untuk membeli peralatan. Modalnya cuma satu, keterampilan ibu memerah ASI dengan tepat seperti di atas.

Tips Merawat Puting Sehabis Melahirkan

Semua wanita, terutama yang mempunyai rencana untuk menyusui bayinya, sebaiknya selalu merawat payudara. Yang dapat anda lakukan

  • Kenakan BH yang enak dipakai dan bisa menyangga payudara dengan baik. Ganti BH dengan ukuran yang lebih besar bila usia kehamilan bertambah.
  • Jaga payudara selalu dalam keadaan bersih dengan cara mandi dengan sabun lunak setiap hari.
  • Perlahan-lahan usap setiap kotoran yang akan menyumbat mulut saliran ASI. Keringkan dengan handuk bersih.
  • Oleskan krem lanolin setiap hari pada putting susu, bila perlu untuk menjaga kelembutan dan mencegah lecet-lecet sewaktu menyusui.
  • Bila putting susu terlalu pendek, datar atau tertarik kedalam, tariklah masing-masing putting keluar dan pilir-pilirlah di antara ibu jari dan jari telunjuk selama beberapa menit setiap hari. Atau kenakan pelindung putting susu.
  • Setelah usia kehamilan lebih dari 7 bulan, pijatlah daerah kehitaman di sekitar putting susu (areola) beberapa kali setiap hari. Cara ini akan membantu membuka saluran susu. Perhatikan untuk selalu membersihkan tetesan susu sehingga tidak mongering dan menyumbat saluran air susu.
http://keluargasehat.wordpress.com/2008/03/14/teknik-memerah-asi/

No comments:

Post a Comment